Rabu, 07 September 2016

(Buku of the Day) Islam dan Keselamatan Pemeluk Agama Lain



Islam dan Keselamatan Pemeluk Agama Lain


Judul Buku        : Islam dan Keselamatan Pemeluk Agama Lain 
Penulis             : Muhammad Hassan Khalil 
Penerbit            : Mizan, Bandung 
Tahun Terbit      : Mei, 2016
Tebal                : viii+292 halaman. 
ISBN                 : 978-979-433-939-8
Peresensi          : Munawir Aziz, Peneliti dan editor buku, aktif di Gerakan Islam Cinta dan Gusdurian, silaturahmi via @MunawirAziz. 

Masa depan setelah kematian menjadi bagian diskusi panjang dalam teologi dan interaksi antarumat beragama. Klaim kebenaran tentang religiusitas, Tuhan dan surga dan neraka menjadi bagian intens dalam komunikasi lintas agama. Bagaimana Islam memandang keselamatan bagi umat agama lain? Bagaimana manusia berada dalam lorong surga-neraka, serta bagaimana jaminan keselamatan dari Sang Pencipta?

Buku Islam dan Keselamatan Pemeluk Agama Lain ini berusaha menjawab pertanyaan penting tentang bagaimana Islam memahami keselamatan umat agama lain. Pertanyaan yang lebih detail, yakni "apa kata Islam tentang keselamatan non-Muslim?" Sebagian umat Islam membangun jarak dengan non-Muslim karena faktor iman dan dakwah, bahwa non-Muslim diyakini tidak akan menemukan kesejukan surga.

Selanjutnya, persoalan yang rumit, tentang adanya ceruk kosong dalam kajian Barat tentang kajian soteriologi-istilah dari Bahasa Yunani, soteria (pembebasan, keselamatan) dan logos (wacana). Istilah ini merujuk pada diskusi panjang serta doktrin tentang keselamatan. Islam telah mengembangkan aliran soteriologinya yang khas, baik menyangkut ekslusifisme intra-agama maupun antar-agama, inklusivisme, pluralisme. 

Penulis buku ini, menggariskan renungan bahwa siapa yang sebetulnya berhak bahagia dan mendapat siksa? Apa kebahagiaan dan penderitaan itu berapa lama? Persoalan klasik ini masih menuai perdebatan di kalangan agamawan maupun akademisi (hal.2).

Garis intelektual
Dalam buku ini, Hassan Khalil berusaha merumuskan pemikiran empat intelektual Muslim tentang keselamatan umat non-Muslim. Pemikiran tokoh-tokoh Muslim yang dibahas dalam buku ini, yakni Abu Hamid al-Ghazali (w 505 H/1111M), Muhyi al-Din Ibn al-Arabi (w. 638 H/1240 M), Taqi al-Din Ibn Taimiyyah (w 728/1328 M) dan Muhammad Rasyid Ridha (w. 1935 M). 

Hassan Khalil menyerukan tentang bahaya penyederhanaan yang berlebihan dalam diskusi tentang keselamatan. Sebagian karya menyajikan posisi Islam sebagai berikut: orang beriman yang berdosa akan dihukum di neraka untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan, siapa saja yang mati sebagai kafir akan kekal berada di neraka. Sejumlah ulama mendukung pendapat ini, yakni Abu Ja'far al-Tahawi (w. 321H/939M), Syaikh Shaduq (w. 381H/ 991 M), Najm al-Din al-Nasafi (w. 537H/1142 M) dan 'Adud al-Din al-Iji (w. 756/1355M) (hal. 24). 

Dalam risetnya, Hassan Khalil berkesimpulan bahwa mayoritas ulama memandang orang-orang yang tulus telah berjumpa dengan risalah pamungkas (Islam) layak mendapatkan pintu keselamatan meski tidak menerimanya sebagai keyakinan. Namun, Ibn Taimiyyah, yang digolongkan sebagai inklusivis terbatas, menegaskan bahwa hal itu hanya berlaku bagi orang-orang non-Muslim yang belum pernah mendapatkan risalah atau orang-orang yang tidak terjangkau (hal. 34).

Ibn Arabi menilai adanya keselamatan bagi non-Muslim "yang tulus", sebab menurut keyakinannya, setiap jalan yang diambil bukan hanya diciptakan oleh, melainkan juga mengantarkan menuju Tuhan, Sang Pencipta yang welas asih dan mulia. Ibn Arabi menilai bahwa semua umat dan manusia, termasuk yang jahat, pada akhirnya akan sampai pada kebahagiaan.

Imam al-Ghazali mengajarkan betapa umat manusia akan diselamatkan. Rahmat Allah akan menjangkau seluruh umat manusia, bahkan mereka yang tak terjangkau risalah kebenaran. Hanya minoritas kafir bengis yang layak mendapat siksa abadi di akhirat (hal. 254). Sedangkan, Ibn Taimiyyah memiliki pandangan radikal tentang keselamatan, yang terkait dengan neraka. Bagi Ibn Taimiyyah, neraka itu longgar gerbangnya, siapa saja yang sudah berjumpa dengan risalah Islam namun enggan menerima, akan ditakdirkan masuk neraka.

Hassan Khalil menilai bahwa apa yang dikatakan Islam tentang keselamatan Liyan (non-Muslim) juga akan mempengaruhi bagaimana Liyan (Non-Muslim) menilai Islam dan para penganutnya. Narasi inilah yang seharusnya menjadi perspektif muslim Indonesia ketika memandang pemeluk agama lain. Apakah surga hanya menjadi kapling muslim semata? Buku ini menjawab dengan jernih sekaligus komprehensif. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar