Nyai Hj Izzah Syathori Fuad Amin,
Arjawinangun – Jawa Barat
Pencetak Banyak Hafidzah
Hari itu, langit dan bumi pesantren
Babakan-Ciwaringin-Cirebon tiba-tiba ‘basah’. Bukan karena hujan lebat yang
menimbulkan genangan banjir, melainkan karena para keluarga, santri, dan
masyarakat meneteskan tangis air mata. Salah seorang ulama perempuan yang
hafizhah itu wafat meninggalkan semuanya.
Sosok ulama perempuan hafizhah itu tak lain,
Nyai Hj Izzah Syathori Fuad Amin, salah seorang pengasuh pesantren Bapenpori
(Balai Pendidikan Pondok Putri) al-Istiqomah, putri dari al-Maghfurlah KH
Abdullah Syathori (sesepuh pesantren Dar al-Tauhid, Arjawinangun), dan istri
mendiang KH Fuad Amin (sesepuh pesantren Raudlatut Tholibin,
Babakan-Ciwaringin). Beliau dipanggil oleh-Nya, 3 September 2013.
Nyai Izzah adalah sosok yang istiqomah dalam
mencerdaskan umat, melalui pengajian rutin; pengajian kitab kuning maupun
al-Qur’an. Tak mengenal kata lelah dan bosan dalam hal mengajar ngaji kepada
para santri maupun masyarakat luas. Ini terbukti, salah satunya saat upacara
pemakaman mendiang. Tak seperti biasanya, ribuan orang berjejalan dan sesak
memenuhi areal maqbarah Raudlatut Tholibin.
Tak tahu ada berapa kali sesi shalat jenazah
saat itu, baik yang berlangsung di pelataran masjid maupun saat sudah
dimakamkan. Saya begitu yakin, ini karomah dan keistimewaan dari seorang hamba
yang begitu mencintai dan mengabdikan sepenuh hidupnya demi dan untuk
kelestarian al-Qur’an.
Pengajian yang istiqomah dilakukan Nyai Izzah
pun sederhana. Untuk pengajian jami’iyah rutin mingguan, beliau hadir di
hadapan para ibu-ibu menjelaskan berbagai macam ilmu. Pengajian seperti ini
berlangsung di Babakan dan Arjawinangun. Jamaah pun menyimak dan berikutnya
menampung banyak pertanyaan bernada keluh kesah seputar kehidupan agama,
sosial, dan ekonomi rumah tangganya.
Nyai Maryam Abdullah, salah seorang menantu
mendiang pernah bercerita: “Sering kali saya menyaksikan setiap malam Jum’at,
beliau (al-Marhumah) hendak pergi mengajar pengajian ibu-ibu di Arjawinangun,
walaupun dalam kondisi hujan, dan sekalipun harus naik becak tetap dilakoninya.
Sebagai pemimpin jami’iyah di Babakan dan Arjawinangun beliau dikenal sebagai
sosok yang sangat cerdas dan memiliki karakter mobilisator.”
Sementara saat di pesantren, Nyai Izzah akan
setia membimbing para santriwati. Mengaji al-Qur’an misalnya, para santriwati
berbaris rapi, bergiliran menyetorkan bacaan al-Qur’annya. Saking banyaknya
santriwati yang ingin belajar mengaji al-Qur’an kepada beliau, setiap sesi
setoran bacaan, beliau sanggup menyimak tidak kurang dari enam orang sekaligus
secara bersamaan, masing-masing tiga orang santriwati di baris sebelah kanan
dan kiri.
Tak hanya para santriwati, semua para Nyai
yang ada di pesantren Babakan-Ciwaringin belajar mengaji al-Qur’an kepadanya.
Beliaulah memang ulama perempuan paling otoritatif dalam bidang al-Qur’an baik
di wilayah pesantren Babakan-Ciwaringin, pada khususnya, Cirebon dan Jawa Barat
pada umumnya.
Jika ditelusuri jejak intelektualnya, Nyai
Izzah sendiri mesantren dan belajar mengaji langsung kepada al-Maghfurlah KH
Mahfudh Mas’ud, pimpinan pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta. Ia pun mampu
menghafal al-Qur’an (hafizhah) dalam waktu yang relatif singkat, hanya 9 bulan.
Demikianlah, maka pesantren Bapenpori
al-Istiqomah, masyhur sebagai pesantren yang istiqomah mencetak para hafizhah,
santriwati penghafal al-Qur’an. Putera-putrinya pun demikian, cerdas dan
hafizh-hafizhah. Itu semua tak lain merupakan buah dari keberkahan, kecerdasan,
dan keistiqomahan Nyai Izzah sebagai pengasuh dan pendidik di pesantren.
Yang sangat mengesankan, banyak di antara
kaum ibu yang awalnya buta huruf al-Qur’an atau bahkan lidahnya susah untuk
melafadzkan ayat-ayat al-Qur’an tetapi akhirnya fasih dan hafal surat-surat
penting
Saking istiqomahnya beliau dalam hal mengaji,
saat hendak bepergian jauh pun beliau selalu mempertimbangkan agar tidak
ketinggalan waktu mengaji. Setahu saya beliau juga orangnya ulet dan telaten
dalam mengajar. Siapapun yang ingin mengaji kepada beliau mulai dari kalangan
anak-anak sampai orang tua pasti dilayaninya dengan senang hati.
KH Thohari Shodiq, salah seorang pengasuh
pesantren Raudlatut Tholibin, berkali-kali menegaskan bahwa Nyai Izzah adalah
satu-satunya Nyai sepuh yang alim, terutama dalam hal kajian kitab kuning.
Selain alim dalam kajian al-Qur’an.
Akhirnya, kita memanjatkan do’a, semoga Nyai
Izzah berbahagia di bawah naungan surga-Nya. Demikian juga yang ditinggalkan,
baik para santri, keluarga, dan masyarakat dapat tabah serta menimba
keteladanan, keistiqomahan, dan keikhlasan dari seorang ulama perempuan yang
hafizhah ini. Amin. []
Mamang M. Haerudin
Ketua LP3M STID AL-Biruni Cirebon, khadim
al-Ma’had pesantren Raudlatut Tholibin Babakan-Ciwaringin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar