SHALAT KHUSYU' I
Mengapa Harus Khusyu’?
Tulisan dengan tema Shalat Khsusyu’ ini
disarikan dari karya Hujjatul Islam Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumidiin
dalam bab kitabu Asraris Shalati yang mengupas berbagai rahasia dan hikmah
dalam shalat. Mulai dari gerakan badan hingga kandungan nilai dalam bacaan
shalat, yang jika dimengerti dengan benar akan menambah makna shalat itu
sendiri.
Pada dasarnya shalat merupakan ibadah yang
bertujuan mengingat Allah sebagaimana firman-Nya.
وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Kerjakanlah shalat untuk mengingat-Ku
(Thaha-14)
Mengapa harus selalu meingat-Nya? karena
melupakan-Nya adalah suatu kesalahan besar. Berbagai ni’mat Allah yang tidak
terhitung jumlahnya dan tidak ternilai harganya, mulai ni’mat memandang,
meraba, merasa, bernafas dan lain sebagainya, semua diperoleh dari-Nya secara
cuma-cuma. Bagaimana pantas melupakan-Nya, jika kehidupan ini bergantung
sepenuhnya kepada-Nya? karena itulah Allah swt mengingatkan kita dengan
firmannya.
ولاتكن
من الغافلين
Janganlah kamu termasuk oang-orang yang lupa
(al-a’raf 205)
Termasuk kategori lupa adalah melakukan
shalat tanpa disertai kehadiran hati. Shalat yang kering, shalat yang hanya
bertujuan menggugurkan kewajiban. Meskipun mulutnya terlihat sibuk, tetapi tak
satu rakaatpun yang dimengerti. Malahan hatinya dipenuhi dengan masalah
keduniawiyan. Yang terucap memang bacaan takbir, yang terdengar adalah bacaan
tasbih tetapi yang diingat adalah barang dagangan, urusan bisnis, dan lain
sebagainya. Sungguh Allah swt tidak menganggap pengabdian semacam ini.
Rasulullah saw bersabda:
لاينظر
الله الى صلاة لايحضر الرجل فيها قلبه مع بدنه
Allah swt tidak memandang shalat seseorang
yang tidak menghadirkan (konsentrasi) hatinya beserta badannya.
Bahkan lebih dari itu, Allah swt mengancam
mereka yang shalat dalam keadaan lalai atau kosong, artinya shalat yang
dilakukan begitu saja tanpa disertaI kekhusyu’an. Dalam surat al-Maun ayat 4-5
Allah swt menjelaskan ancaman-Nya:
فَوَيْل
لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتهمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
Oleh karena itulah, jika syarat syahnya
shalat terdiri dari berbagai tindakan shahir, maka sesungguhnya khusyu’
merupakan tindakan bathin yang tidak bisa ditinggalkan karena ia menempati
posisi adab (tata krama) dalam shalat. Sebagaimana seorang tamu presiden selain
berpenampilan rapi, ia harus berlaku yang sopan kepadanya dengan penuh hormat.
Demikianlah dalam shalat seorang hamba harus merasa sebagai orang yang lemah
dan hanya Dialah yang Paling berkuasa.
Mengenai hal ini, kisah hatim al-A’sham
ketika ditanya seseorang tentang cara shalatnya ia menerangkan “…Aku jadikan
ka’bah diantara dua pelipisku, Aku jadikan sirath (titian penyebrangan di hari
kiamat nanti) di telapak kakiku, sorga di sebelah kanan dan neraka di sebelah
kananku, dan malaikat pencabut nyawa ada dibelakangku siap-siap menerkam-ku
sehingga aku merasa shalatku adalah shalat untuk terakhir kalinya…”
Jika telah demikian adanya maka dampak dari
shalat itu akan terasa dalam segala lini kehidupan. Shalat tidak hanya
membangun kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial.
الصلاة
مطهرة للقلوب من أدناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب
Sesunguhnya shalat itu membersihkan hati dai
kotoran dosa dan membuka pintu-pintu yang ghaib.
Shalat seperti inilah yang diperitnahkan oleh
Allah sebagaimana termaktub dalam Al-ankabut ayat 45:
اتْلُ
مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ
تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar