Perlakukan Nabi terhadap Umat Non-Muslim (2)
Mencontohkan Toleransi
Oleh: Nasaruddin Umar
Nabi tidak hanya menganjurkan toleransi terhadap penganut agama lain tetapi mencontohkannya sekaligus. Banyak tokoh yang hanya bisa bicara tentang toleransi tetapi dalam sikap dan tindakannya berbeda dengan apa yang sering dibicarakannya.
Nabi dan para sahabatnya tidak pernah sedikit pun ragu untuk bekerjasama dan bertoleransi dengan orang-orang non Islam karena dasarnya di dalam Al-Qur'an begitu banyak dan begitu tegas. Di antara ayat-ayat itu ialah:
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (Q.S. al-Mumtahinah/60: 7-8). Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (Q.S. al-Taubah/9: 6).
Dalam praktik Nabi pernah didatangi delegasi non-muslim (Nashrani) Najran, negeri Yaman sekarang, bertanya kepada Nabi tentang Isa ibn Maryam. Lalu Nabi menjawab Dia adalah ruhullah wa kalimatuhu, dan dia hamba dan rasul-Nya. Kelopok pemuda itu berkata: Apakah engkau siap kami cemoh jika kamu keliru? Nabi menanggapi: Apakah itu yang kalian kehendaki? Mereka menjawab: Iya. Kemudian pemimpin mereka datang menegur mereka dengan mengatakan: Jangan cemooh orang ini, karena jika kalian melakukannya kita akan dihancurkan. Setelah itu ia meminta maaf kepada Nabi dan memintakan maaf juga kepada warganya yang lancing itu. Nabi mengatakan: Aku sudah memaafkan kalian.
Safwan ibn Sulaiman meriwayatkan bahwa Nabi pernah mengatakan: "Barang siapa yang mendhalimi orang-orang yang menjalin perjanjian damai (mu'ahhad) atau melecehkan mereka, atau membebaninya sesuatu di luar kesanggupannya, atau mengambil hartanya tanpa persetujuannya, maka saya akan menjadi lawannya nanti di hari kemudian" (HR. Bukhari-Muslim). Nabi juga banyak mencontohkan memberikan keprihatinan dan bantuan terhadap non-muslim, terutama bagi mereka yang berasal dari golongan tidak mampu. Sikap belas kasih Nabi itu dicontoh juga oleh para sahabatnya.
Umar ibn Khaththab pernah berjumpa seorang kakek tua buta non-muslim sedang meinta-minta. Umar bertanya dari ahli kitab mana engkau? Dijawab: Dari agama Yahudi. Umar membawa kakek tua buta itu ke rumahnya dan Umar membuatkan memo ke Baitul Mal yang isinya: "Tolong perhatikan orang ini dan semacamnya. Demi Allah, kita tidak menyadari kalau kita telah memakan hartanya lalu kita mengabaikannya di masa tuanya. Sesungguhnya sedekah untuk para fakir-miskin. Kaum fakir miskin itu ada dari kaum muslim dan ini dari kaum Yahudi". []
DETIK, 27 Maret 2021
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar