Pelaksanaan shalat idul fitri disunnahkan secara berjamaah. Setelah shalat, salah satu dari jamaah disunnahkan untuk menyampaikan khutbah idul fitri. Pelaksanaan shalat idul fitri hampir serupa dengan pelaksanaan shalat Jumat dari segi jumlah rakaat dan penyampaian khutbahnya.
Pertanyaannya kemudian, apakah ketentuan jumlah jamaah shalat dan khutbah idul
fitri sama dengan ketentuan jumlah jamaah shalat Jumat?
Terdapat dua pandangan mengenai masalah ini. Pertama, qaul qadim Imam
As-Syafi’i. pandangan ini mensyaratkan ketentuan pelaksanaan shalat idul fitri
sebagaimana ketentuan pelaksanaan shalat Jumat.
Jika mengikuti logika ini, maka jumlah minimal jamaah shalat idul fitri
mengikuti ketentuan jumlah minimal shalat Jumat menurut masing-masing mazhab.
(Menurut mazhab Hanafi, jumlah minimal jamaah shalat Jumat adalah 1 orang
termasuk imam; mazhab Maliki 12 orang, mazhab Syafi’i 40 orang; dan mazhab
Hanbali 40 orang).
Dengan logika qaul qadim ini, kita dapat mengatakan bahwa, bila kurang dari
jumlah minimal, maka shalat idul fitri tidak sah karena shalat idul fitri
termasuk rumpun shalat yang dianjurkan pelaksanaannya secara berjamaah. Tetapi
qaul qadim ini ditolak.
Kedua, qaul jadid As-Syafi’i. Pandangan ini membedakan shalat idul fitri dan
shalat Jumat sehingga konsekuensi ketentuan keduanya. Pandangan ini membolehkan
pelaksanaan shalat dan khutbah idul fitri dengan jumlah jamaah di bawah 40
orang (seperti ketentuan minimal jamaah shalat Jumat dalam mazhab As-Syafi’i).
ومنهم
من جوزها بدون اربعين علي هذا القول والا ان خطبتها بعدها وانه لو تركها صحت صلاته
Artinya, “Sebagian ulama mazhab syafi’i membolehkan shalat idul fitri dengan
jamaah di bawah 40 orang menurut pendapat ini. Jika tidak, sungguh khutbahnya
disampaikan setelah shalat idul fitri. Seandainya khutbah ditinggalkan, niscaya
shalat idul fitri-nya tetap sah,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul
Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah: 2010 M], juz V, halaman 29).
Dengan kata lain, Imam An-Nawawi dari Mazhab As-Syafi’i mengatakan bahwa shalat
dan khutbah idul fitri yang diikuti oleh jamaah kurang dari 40 orang tidak
batal.
ومنهم
من جوزها بدون الأربعين على هذا وخطبتها بعدها ولو تركت الخطبة لم تبطل الصلاة
Artinya, “Sebagian ulama mazhab syafi’i membolehkan shalat idul fitri dengan
jamaah di bawah 40 orang menurut pendapat ini. Khutbah disampaikan setelah
shalat idul fitri. Kalau khutbahnya ditinggalkan, maka shalat idul fitri-nya
tidak batal,” (Lihat Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin wa Umdatul Muftin,
[Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, halaman 3).
Sulaiman Al-Bujairimi dalam hasyiyatul manhajnya mengatakan, jumlah minimal
jamaah shalat idul fitri adalah 1 orang yang mengikuti imam dan mendengarkan
khatib. Dengan kata lain, penyampaian khutbah idul fitri tetap sunnah
dilaksanakan meski jamaah yang mendengarkannya hanya berjumlah 1 orang.
قَوْلُهُ
: (وَسُنَّ خُطْبَتَانِ) وَلَوْ بَعْدَ خُرُوجِ الْوَقْتِ. قَوْلُهُ :
(لِجَمَاعَةٍ ) أَيْ وَلَوْ صَلَّوْا فُرَادَى لِأَنَّ الْمَقْصُودَ الْوَعْظُ،
وَأَقَلُّ الْجَمَاعَةِ اثْنَانِ، كَمَا مَرَّ فَلَوْ كَانَ اثْنَانِ
مُجْتَمَعَيْنِ سُنَّ لِأَحَدِهِمَا أَنْ يَخْطُبَ، وَإِنْ صَلَّى كُلٌّ مِنْهُمَا
مُنْفَرِدًا شَيْخُنَا
Artinya, “(Penyampaian dua khutbah disunnahkan) meski telah keluar waktu. (bagi
jamaah) sekalipun mereka melaksanakan shalat idul fitri masing-masing karena
tujuan khutbah adalah penyampaian nasihat. Jumlah minimal jamaah adalah 2 orang
sebagaimana penjelasan telah lalu. Seandainya dua orang berkumpul, salah satu
dari keduanya disunnahkan menyampaikan khutbah idul fitri meskipun keduanya
melaksanakan shalat idul fitri masing-masing. Demikian fatwa guru kami,” (Lihat
Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Manhaj: juz IV, halaman 248).
Ulama mazhab Syafi’i menerima pandangan kedua ini (qaul jadid syafi’i). Mereka
tidak menyamakan ketentuan shalat idul fitri dan shalat Jumat. Mereka
membolehkan pelaksanaan khutbah idul fitri dengan jamaah di bawah 40 orang,
bahkan hanya 1 orang.
Namun demikian, khutbah idul fitri tetap sunnah. Jika dalam sebuah keluarga
tidak terdapat seseorang yang cakap menyampaikan khutbah idul fitri di tengah
Covid-19, kesunnahan khutbah tidak perlu dipaksakan karena shalat idul fitri
mereka tetap sah. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar