Selepas shalat idul fitri dua rakaat, penyampaian khutbah dilaksanakan. Penyampaian khutbah idul fitri bersifat sunnah sebagaimana shalat idul fitri itu sendiri. Setidaknya demikian menurut pandangan mazhab As-Syafi’i.
Adapun berikut ini adalah keterangan Imam An-Nawawi dari mazhab As-Syafi’i
perihal kesunnahan khutbah idul fitri.
فيسن
بعد صلاة العيد خطبتان علي منبر وإذا صعد المنبر اقبل علي الناس وسلم عليهم وردوا
عليه كما سبق في الجمعة ثم يخطب كخطبتي الجمعة في الاركان والصفات إلا أنه لا
يشترط القيام فيهما
Artinya, “Setelah shalat idul fitri, (khatib) dianjurkan untuk menyampaikan dua
khutbah di atas mimbar. Jika telah naik ke atas mimbar, khatib menghadap jamaah
dan memberi salam kepada mereka dan mereka menjawab salam khatib sebagaimana
penjelasan pada bab Jumat. Khatib kemudian berkhutbah seperti dua khutbah
Jumat, baik rukun maupun sifatnya. Hanya saja pada khutbah shalat idul fitri,
khatib tidak disyaratkan untuk berdiri pada saat khutbah,” (Lihat Imam
An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah:
2010 M], juz V, halaman 25).
Pertanyaannya kemudian, apakah penyampaian khutbah adalah satu paket dengan
shalat idul fitri sebagaimana paketan shalat dan khutbah Jumat?
Shalat idul fitri dan shalat Jumat memang memiliki kemiripan dari segi jumlah
rakaat shalat dan jumlah khutbahnya. Meski demikian, keduanya memiliki
perbedaan. Shalat dan khutbah idul fitri adalah sunnah muakkad. Keduanya
bersifat terpisah yang tidak mensyaratkan satu sama lain. Sedangkan khutbah
idul fitri dilaksanakan setelah shalatnya.
Adapun shalat dan khutbah Jumat adalah wajib. Keduanya saling mensyaratkan
sehingga ketika khutbah Jumat tidak dilaksanakan, maka shalatnya tidak sah.
Sedangkan khutbah Jumat dilaksanakan sebelum shalatnya.
قال
فان بدأ بالخطبة قبل الصلاة رأيت ان يعيد الخطبة بعد الصلاة فان لم يفعل لم يكن
عليه اعادة صلاة ولا كفارة كما لو صلى ولم يخطب هذا نصه بحروفه وهو ظاهر في ان
الخطبة غير محسوبة ولهذا قال كما لو صلي ولم يخطب
Artinya, “Jika seseorang melangsungkan khutbah sebelum shalat idul fitri,
menurutku (kata Imam As-Syafi’i) ia perlu mengulang penyampaian khutbahnya
sesudah shalat idul fitri. Tetapi jika ia tidak melakukannya, maka ia tidak
wajib mengulang shalat dan tidak wajib membayar kafarah sebagaimana seseorang
yang melakukan shalat idul fitri tanpa berkhutbah. Ini dinashkan oleh Imam
As-Syafi’i dengan huruf-hurufnya, yaitu jelas bahwa khutbah idul fitri tidak
dihitung sebagaimana orang melakukan shalat tanpa khutbah idul fitri,” (Lihat
Imam An-Nawawi, 2010 M: V/27).
Dengan kata lain, shalat dan khutbah idul fitri adalah terpisah yang tidak
mensyaratkan satu sama lain. Dengan demikian, shalat idul fitri tidak batal
ketika khutbahnya tidak dilaksanakan sebagaimana keterangan Imam An-Nawawi
berikut ini.
ولو
تركت الخطبة لم تبطل الصلاة
Artinya, “Kalau khutbah idul fitri ditinggalkan, maka shalat idul fitri-nya
tidak batal,” (Lihat Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin wa Umdatul Muftin,
[Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, halaman 3).
Dengan ungkapan lain, Imam An-Nawawi mengatakan bahwa shalat idul fitri tetap
sah meski khutbahnya tidak dilaksanakan. Demikian pandangan shahih dan masyhur
mayoritas ulama ketika membahas shalat idul fitri tanpa khutbahnya.
وانه
لو تركها صحت صلاته فإذا قلنا بالمذهب فصلاها المنفرد لم يخطب علي المذهب الصحيح
المشهور وبه قطع الجمهور
Artinya, “Jika seseorang meninggalkan khutbah, maka shalat idul fitri-nya tetap
sah. Jika kami mengatakan berdasarkan ini mazhab, maka seseorang dapat
melakukan shalat idul fitri sendiri tanpa berkhutbah menurut mazhab shahih
masyhur. Pandangan ini diputuskan oleh jumhur ulama,” (Lihat Imam An-Nawawi,
2010 M: V/29).
Masalah shalat idul fitri tanpa khutbah ini muncul ketika sejumlah lembaga
keagamaan mengeluarkan fatwa untuk melakukan pelaksanaan shalat idul fitri di
rumah karena wabah Covid-19.
Karena pelaksanaan shalat idul fitri di rumah, baik dikerjakan sendiri maupun
berjamaah secara terbatas, maka pelaksanaan shalat idul fitri berikut
khutbahnya menjadi problem. Semoga keterangan ini memberikan jalan bagi kita
untuk tetap melaksanakan shalat idul fitri di rumah dan pelaksanaan khutbanya
jika memungkinkan. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar