Senin, 03 Mei 2021

Nasaruddin Umar: Etika Politik dalam Al-Qur'an (46) Isu Mayoritas-Minoritas dalam Al-Qur'an

Etika Politik dalam Al-Qur'an (46)

Isu Mayoritas-Minoritas dalam Al-Qur'an

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Al-Qur'an sejak awal mengingatkan umatnya untuk tidak menjadikan kedudukan mayoritas dan minoritas sebagai isu politik yang bisa melahirkan anarki kaum mayoritas dan tirani kaum minoritas. Al-Qur'an tidak pernah memperkenalkan konsep mayoritas (aktsariyyah) dan monoritas (aqaliyyah) dalam arti pemberian otoritas mutlak kepada kaum mayoritas atau pemberian hak-hak istimewa kepada kaum minoritas. Al-Qur'an memperkenalkan konsep al-musawa, yaitu persamaan kedudukan, hak dan kewajiban bagi segenap warga umat tanpa menekankan keberadaan mayoritas dan minoritas.

 

Memang ada sejumlah istilah yang digunakan dalam Al-Qur'an yang dapat diasosiasikan kepada eksistensi kelompok mayoritas dan minoritas, yaitu kata katsirah dan qalilah, seperti yang disebutkan dalam ayat: Kam min fiatin qalilah gulibat fiatin katsirah bi idzn Allah (Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar/Q.S. al-Baqarah/2:249). Ayat ini tidak jelas apakah yang dimaksud kelompok mayoritas (katsirah) dan minoritas (qalilah), apakah merujuk kepada mayoritas-minoritas secara kualitatif atau secara kuantitatif? Yang jelas ayat itu mengingatkan kita bahwa eksistensi kelompok mayoritas bukan jaminan untuk menang dan kelompok minoritas bukan kepastian untuk kalah. Sejarah kemanusiaan telah berulang kali membuktikan kebenaran ayat ini.


Al-Qur'an juga pernah menyoroti keberadaan kelompok mayoritas secara kuantitatif dan secara kualitatif dan ada golongan minoritas secara kuantitatif dan kualitatif, misalnya disebutkan dalam ayat: Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (Q.S. al-Anfal/8:26).


Al-Qur'an menegaskan tidak boleh melecehkan walau hanya satu orang (nyawa), sebagaimana ditegaskan dalam ayat: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, ... maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Q.S. al-Maidah/5:32). Al-Qur'an juga sudah mengisyaratkan relasi antar golongan di dalam masyarakat, harus diambil manfaatnya dengan cara menekankan aspek "pertemuan" (encounters), bukannya menekankan aspek negatif (conflict), sebagaimana diisyaratkan di dalam ayat: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. (Q.S. A-Hujurat/49:13).


Di dalam mengatasi problem mayoritas-minoritas ini tentu yang diperlukan bukan jalan tunggal di dalam mencapai suatu tujuan, tetapi diperlukan jalan-jalan alternative, sebagaimana ditegaskan di dalam ayat: Janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain. (Q.S. Yusuf/12:67). Yang penting bagi para komponen masyarakat, baik golongan mayoritas maupun minoritas dimenita untuk menekankan titik temu, (kalimah sawa'), sebagaimana disebutkan dalam ayat: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (common flatform) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu. (Q.S. Ali 'Imran/3:64).


Golongan manapun, baik mayoritas maupun minoritas, diminta untuk berbaik sanka antara satu sama lain, sebagaimana disebutkan dalam ayat: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. (Q.S. al-Hujurat/49:12). Jika rambu-rambu yang di tanam di dalam Al-Qur'an ini diimplementasikan di dalam masyarakat sudah barang tentu akan lahir sebuah masyarakat ideal.
[]

 

DETIK, 06 November 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar