Kamis, 10 Desember 2020

(Ngaji of the Day) Jawaban Rasulullah Atas Surat Sang Nabi Palsu, Musailamah Al-Kadzab

Dialah Musailamah bin Habib dari Bani Hanifah. Seseorang yang mendapat julukan al-kadzab (si pembohong) karena mengaku sebagai seorang nabi dan rasul Allah, bersamaan dengan masa Nabi Muhammad. Dia memang dikenal sebagai orang yang pandai berbicara, mahir dalam menarik simpati orang lain, dan memiliki pengaruh besar di Bani Hanifah. Oleh sebab itu, dia menjadi seseorang ‘yang diikuti’ kaumnya. Terlebih setelah dia mendeklarasikan diri sebagai seorang utusan Allah.

 

Untuk memperkuat legitimasinya sebagai seorang nabi dan rasul, Musailamah mengaku mendapatkan wahyu dari Allah. Ia kemudian menyusun beberapa karya sastra yang dimaksudkan untuk menandingi ayat-ayat Al-Qur’an.

 

Namun sayang, karya-karya yang dibuat Musailamah isinya begitu ‘receh’. Jauh di bawah standar sastra Arab kala itu. Sehingga karya-karya Musailamah itu malah menjadi ejekan dan olok-olokan masyarakat Arab saat itu. Selain isinya yang dinilai terlalu mengada-ngada, 'fotmatnya' juga menjiplak Al-Qur'an. Salah satu karya Musailamah berbunyi: Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.

 

Meski demikian, ada saja orang yang percaya bahwa Musailamah adalah benar-benar nabi dan rasul Allah. Tidak satu atau dua orang, tapi ribuan –bahkan puluhan ribu orang- percaya dan menjadi pengikutnya. Musailamah terus menyebarkan ‘ajarannya’, baik saat Nabi Muhammad masih hidup dan terlebih setelah beliau wafat. Berbagai cara dilakukan Musailamah untuk mengukuhkan posisinya. Salah satunya mengirimkan surat kepada Nabi Muhammad.

 

Dalam surat itu, Musailamah menyakinkan bahwa dirinya adalah seorang nabi dan rasul Allah juga, sama seperti Nabi Muhammad. Musailamah mengklaim bahwa dirinya juga ditugaskan untuk menyebarkan risalah langit dan berhak menguasai separuh negeri Arab. Berikut surat yang ditulis Musailamah untuk Nabi Muhammad:

 

“Dari Musailamah Rasulullah untuk Muhammad Rasulullah. Salam sejahtera, aku telah ditetapkan untuk menjalankan tugas dan kekuasaan bersama kamu. Aku berkuasa atas separuh negeri dan separuh untuk Quraisy, tetapi Quraisy adalah umat yang kasar dan kejam.”

 

Musailamah mengutus dua pengikutnya untuk menyampaikan surat tersebut kepada Nabi Muhammad. Ketika sampai di hadapan Nabi Muhammad, dua utusan tersebut kemudian ditanya perihal isi surat tersebut. Keduanya mengatakan sependapat dengan isi surat Musailamah.

 

Nabi Muhamammad kemudian mengirimkan surat balasan untuk Musailamah. Sebagaimana dikutip buku Sirah Ibnu Ishaq: Buku Tertua Tentang Sejarah Nabi Muhammad (Muhammad ibn Ishaq, 2003), berikut surat balasan Nabi Muhammad:

 

“Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah sang pendusta. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk (QS. Thaha: 47). Sesungguhnya bumi ini adalah kepunyaan Allah. Diwariskan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."

 

Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada akhir tahun ke-10 Hijriyah. Setelah menerima surat balasan dari Nabi Muhammad, ‘dakwah’ Musailamah terus belanjut. Bahkan semakin aktif setelah wafatnya Nabi Muhammad. Sehingga propaganda yang disebarluaskan Musailamah itu mempengaruhi stabilitas pemerintahan umat Islam di bawah Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq. Musailamah dan pengikutnya akhirnya berhasil ditumpas umat Islam dalam perang Yamamah, setelah membuat banyak keonaran. []

 

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar