Senin, 28 Desember 2020

Nasaruddin Umar: Membaca Trend Globalisasi (24) Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Memperkenalkan Kompas dan Navigasi

Membaca Trend Globalisasi (24)

Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Memperkenalkan Kompas dan Navigasi

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Ketekunan dan kedisiplinan para ilmuan muslim di abad pertengahan membuahkan banyak hasil yang monumental dan mengglobal. Di antaranya ialah penemuan kompas dan navigasi. Teknologi kompas dan navigasi ini sesungguhnya sudah ada semenjak sebelum masehi, seperti di Cina dan India, tetapi menurut George Sarton dalam Introduction to the History of Science, belum pernah dimanfaatkan peradaban Cina dan India untuk membuat sebuah kompas, apalagi dimanfaatkan dalam sebuah pelayaran. Peradaban Islamlah yang pertama kali menemukan kompas dan navigasi lebih sempurna dengan menggunakan magnet sebagai alat penunjuk arah. Kompas dan navigasi juga dimanfaatkan dalam dunia pelayaran. Banyak sumber menyebutkan bahwa mobilitas menusia antar pulau dan antar benua berkat kontribusi nains dan teknologi ilmuan Islam yang menemukan kompas dan navigasi sekaligus dengan galangan kapal yang canggih.


Tidak bisa dikatakan bahwa ilmuan Islam menciplak temuan teknologi kompas dan navigasi dari abad sebelum masehi karena struktur dan sistemnya samasekali tidak sama. Para ilmuan Islam mengembangkan kompas dengan 32 titik dengan ketelitian yang amat tinggi. Kompas dan navigasi buatan ilmuan Islam sudah diproduksi secara massal dan sudah digunakan oleh para pelaut pada abad ke-11M. Pertama kali kompas dan navigasi digunakan oleh pasukan mariner dunia Islam di dalam melakukan berbagai ekspedisi. Karena itu mariner dunia Islam di abad pertengahan karena sudah mampu menguasai teknologi kelautan, termasuk memanfaatkan jasa astronomi dan astrologi yang dihasilakn oleh sentuhan tangan-tangan terampil ilmuan Islam.


Dari hari kehari kompad dan navigasi terus disempurnakan oleh para ilmuan Islam, hingga pada saatnya lahir kompas dan navigasi yang lebih besar dan lebih canggih. Temuan kompas dan navigasi yang canggih ini seolah mempercepat proses globalisasi. Para penemu benua yang diklaim oleh dunia Barat sesungguhnya menggunakan alat-alat canggih dunia Islam. Pelaut-pelaut tersohor dunia Islam seperti Ibnu Batutah yang sudah beberapa kali berkeliling dunia dan mampir di sejumlah kepulauan dan benua, tetapi tidak tercatat sebagai penemu. Ibnu Batutah dengan ketawaduannya juga tidak pernah mau menepuk dada telah menemukan sejumlah wilayah. Padahal, sejarah mencatat bahwa jam melaut Ibnu Batutah mungkin terpanjang semenjak anak manusia lahir di muka bumi hingga pada masanya.


Teknologi kompas sesungguhnya sedah ditemukan dalam bentuk lebih kecil dan mibole yang digunakan untuk penentuan arah kiblat bagi umat Islam setiap kali membangun masjid atau mushallah. Umat Islam sejak abad pertengahan sudah menggunakan peralatan canggih selain bayangan matahari di dalam penentuan arah kiblat. Kelemahan bayangan matahari seringkali tertutup dengan awan atau tidak bisa digunakan di malam hari. Akan tetapi kompas bisa membantu umat Islam 24 jam di dalam menentukan arah kiblatnya. Bagi umat Islam, penentuan arah kiblat sangat urgen karena menyangkut keredibilitas shalat yang harus menghadap ke kiblat.


Dengan demikian, kompas dan nafigasi tidak bisa dipisahkan dengan umat Islam. Pertama sebagai pedoman penentuan arah kiblat, kedua untuk membantu karakter dunia Islam yang sangat kental dengan pola hidup mobile sebagai saudagar. Kompas digunakan di dalam padang pasir untuk menentukan lokasi tujuan dan di laut digunakan untuk nelayan dan para sudagar yang terus mobile mencari rezeki yang halal dan sekaligus berdakwah.
[]

 

DETIK, 31 Agustus 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar