Selasa, 22 Desember 2020

BamSoet: Bekerja Mewujudkan Akhir Pandemi

Bekerja Mewujudkan Akhir Pandemi

Oleh: Bambang Soesatyo


VIRUS corona belum akan lenyap, tetapi dunia mulai fokus pada upaya mengakhiri pandemi Covid-19. Ditandai oleh tibanya 1,2 juta vaksin corona dari Tiongkok, Indonesia pun segera bergerak pada arah yang sama. Fakta ini hendaknya mampu membangkitkan optimisme masyarakat.


Diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Minggu (6/12), 1,2 juta dosis vaksin corona produksi Sinovac itu tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada hari yang sama. Presiden juga menambahkan bahwa pemerintah masih mengupayakan tambahan 1,8 juta dosis lagi yang dijadualkan tiba awal Januari 2021. Selain itu, bahan baku untuk 15 juta dosis vaksin akan tiba bulan ini, sementara tambahan bahan baku untuk pembuatan 30 juta dosis vaksin dipastikan tiba di Indonesia juga pada Januari 2021. Bahan baku vaksin corona itu akan diolah dan diproduksi oleh PT Bio Farma .


Di tengah panik global akibat ketiadaan atau sangat minimnya volume produksi vaksin penangkal Covid-19, fakta tibanya 1,2 juta vaksin corona , plus komitmen mendapatkan bahan baku untuk pembuatan 45 juta dosis vaksin corona itu sangat layak diapresiasi. Kendati masih jauh dari jumlah kebutuhan riel minimum, 1,2 juta vaksin corona itu layak dimaknai sebagai peruntungan yang menjadi modal awal dan sumber kekuatan Indonesia memulai vaksinasi mewujudkan kekebalan komunitas (herd immunity).

 

Patut untuk diketahui bahwa keterbatasan volume produksi global pada tahap sekarang hingga tahun 2021 menyebabkan Vaksin Corona menjadi produk kesehatan yang diperebutkan semua negara. Karena berbiaya mahal, banyak negara tidak berinisiatif mengembangkan dan memproduksi vaksin corona. Menurut Worldometer, populasi manusia hingga Oktober 2020 sudah mencapai 7,8 miliar jiwa. Kalau semua harus divaksinasi, jumlah kebutuhan vaksin yang harus tersedia minimal dua kali lipat dari total populasi itu, atau 15,6 miliar dosis. Namun, kapasitas produksi global tahun ini diperkirakan hanya 8,4 miliar dosis.


Sekitar tiga miliar dosis dari jumlah itu kabarnya sudah diborong negara-negara kaya yang total populasinya cuma 15 persen dari keseluruhan penduduk bumi. Akibat keterbatasan kapasitas produksi itu, sebagian besar warga bumi pasti akan tetap kesulitan mendapatkan vaksin. Apalagi jika ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus dilaksanakan. WHO telah menetapkan, sekitar 24 persen dari total populasi bumi sebagai kelompok berisiko tinggi yang harus divaksinasi. Mereka adalah tenaga medis, kelompok lanjut usia dan orang dewasa dengan penyakit bawaan. Kebutuhan vaksin untuk kelompok ini saja mencapai 4,2 miliar dosis.


Dengan memahami kecenderungan global seperti itu, upaya pemerintah Indonesia mendapatkan vaksin, bahan baku vaksin serta sejumlah komitmen pengadaan vaksin dari beberapa produsen memang layak diapresiasi. Hingga kini, pemerintah setidaknya telah mengamankan 270 juta dosis vaksin corona untuk kebutuhan hingga tahun 2021. Memang, jumlah ini masih kurang dari total kebutuhan riel. Di tengah pandemi global, pencapaian ini patut disyukuri. Berkat tingginya kredibilitas pemerintah dan terbangunnya hubungan baik Indonesia dengan banyak negara, Indonesia tak hanya mendapatkan vaksin dan bahan baku dari Sinovac, Sinofarm, dan Cansino. Pemerintah bahkan juga terus melakukan pendekatan dengan Astra Zeneca, Novavax, Pfizer, dan CEPI untuk tujuan yang sama
.


Kendati masih harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan riel minimum akan vaksin corona, Indonesia harus mulai bergerak dengan program-program yang realistis untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Modal awal yang sudah tersedia sekarang diharapkan menjadi faktor pendorong semangat dan motivasi. Konsistensi pada kepatuhan dan kesadaran melaksanakan protokol kesehatan harus terjaga agar jumlah kasus Covid-19 bisa ditekan ke level terendah.


Total kebutuhan Indonesia akan vaksin corona nyatanya tidak kecil. Acuannya adalah Jumlah penduduk. Menurut data Kementerian Dalam Negeri cq Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), jumlah penduduk Indonesia tahun ini mencapai 268.583.016 jiwa. Maka, kebutuhan riilnya adalah dua kali lipat dari jumlah itu, atau hampir 600 juta dosis vaksin corona. Dengan asumsi bahwa kekebalan kelompok harus memvaksinasi 70% penduduk, kebutuhan minimum Indonesia mencapai 350 juta dosis vaksin.


Jumlah kebutuhan minimum itu ditetapkan dengan asumsi bahwa harus dilakukan dua kali suntikan vaksin corona bagi setiap orang untuk mencapai kekebalan. Jelas bukan pekerjaan ringan. Buktinya, dari hasil kerja keras dan lobi yang berkelanjutan oleh pemerintah, Indonesia nyatanya baru bisa mengamankan 270 juta dosis vaksin dari sejumlah produsen di beberapa negara. Artinya, per hari ini, kebutuhan minimum belum tercapai karena memang vaksinnya praktis menjadi barang langka yang dibutuhkan oleh miliaran orang.


Gambaran kebutuhan dan permintaan akan vaksin juga bisa terlihat dari perkembangan jumlah kasus Covid-19 di dunia, serta sejumlah negara yang mencatat jumlah kasus terbanyak. Menurut worldometers, kasus Covid-19 di seluruh dunia per Senin (7/12) mencapai 67,3 juta. Amerika Serikat (AS) tetap menjadi negara dengan jumlah terbanyak, mencapai 14,8 juta kasus. Karena alasan ini, Produksi vaksin oleh Pfizer dan Moderna tampaknya akan diborong otoritas kesehatan di AS. India mencatat 9,68 juta kasus, Brasil 6,6 juta, Rusia 2,49 juta dan Prancis 2,29 juta kasus. Rusia pun diyakini memprioritaskan penggunaan vaksin buatannya, Sputnik V vaccine, untuk kepentingan di dalam negeri sendiri.


Indonesia, per Senin (7/12), mencatat tambahan 5.754 kasus baru. Maka, total pasien Covid-19 di Tanah Air kini sudah mencapai 581.550 orang. Di tengah kemarahan dan kekecewaan begitu banyak orang akibat tingginya lonjakan kasus Covid-19 di dalam negeri akhir-akhir ini, upaya dan kerja keras untuk mengakhiri pandemi harus terus berlanjut. Karena itu, semua elemen masyarakat pasti berharap kerja keras dan upaya pemerintah untuk mendapatkan jumlah kebutuhan minimum vaksin corona, yakni 350 juta dosis vaksin, bisa terwujud.
[]

 

SINDOnews, 11 Desember 2020

Bambang Soesatyo | Ketua MPR RI/Wakil Ketua UmumKadin Indonesia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar