Para ulama sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits. Hal ini dikarenakan sebuah ancaman yang sangat keras kepada siapa pun yang berdusta atas hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana dalam sebuah hadits:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم من كذب علي معتمدا فليتبوأ بيتا من جهنم
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang berdusta atasku
secara sengaja, hendaknya ia mengambil rumahnya di neraka Jahanam” (HR Ibnu
Hibban).
Para sahabat Nabi pun mengajarkan generasi selanjutnya untuk berhati-hati dalam
menyampaikan sebuah hadits. Bahkan, para sahabat Nabi menganjurkan untuk
mengucapkan “atau sebagaimana yang Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sabdakan (أو كما قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم)” setiap selesai menyampaikan
sebuah hadits sebagaimana yang dicatat oleh Ahmad bin Ali al-Khathib al-Baghdadi
(w. 463 H).
وقد
كان في الصحابة رضوان الله عليهم من يتبع روايته الحديث عن النبي صلى الله عليه
وسلم بأن يقول : أو نحوه أو شكله أو كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
والصحابة أرباب اللسان وأعلم الخلق بمعاني الكلام ولم يكونوا يقولون ذلك إلا تخوفا
من الزلل لمعرفتهم بما في الرواية على المعنى من الخطر والله أعلم
“Dan terdapat golongan dari para sahabat radhiyallahu ‘anhu yang selalu mengiringi
hadits-hadits yang mereka sampaikan dengan ucapan “atau sesamanya (أو
نحوه)”, “atau sejenisnya (أو
شكله)”, “atau sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam (أوكما قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم)”. Dan para sahabat adalah golongan yang
memiliki kalam yang fashih serta kelompok yang paling memahami makna kalam yang
disampaikan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Para sahabat mengucapkan ucapan tersebut sebagai
bentuk kehati-hatian dari kekeliruan dalam menyampaikan hadits Nabi. Hal ini
dikarenakan mereka mengetahui adanya risiko yang sangat besar dalam
meriwayatkan hadits secara makna.” (Ahmad bin Ali al-Khathib al-Baghdadi, al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab
as-Sami’ [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah], 2017, vol.2 hal.
34).
Hal ini juga ditegaskan oleh Muhammad Ibnu Majah (w. 273 H) dalam
karyanya:
حدثنا
أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا معاذ بن معاذ عن ابن عون عن محمد بن سيرين قال كان أنس
بن مالك إذا حدث عن رسول الله صلى الله عليه و سلم حديثا ففرغ منه قال أو كما قال
رسول الله صلى الله عليه و سلم
“Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abu Syaibah dari Mu’adz bin Mu’adz dari Ibnu
‘Aun dari Muhammad bin Sirin, beliau berkata bahwasannya sahabat Anas bin Malik
ketika selesai menyampaikan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka
beliau mengucapkan “atau sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (أوكما
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم)” (Muhammad ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah [Beirut:
Darul Kutub al-Ilmiyyah], 2012, hal. 5).
Begitu juga hal ini dicatat oleh Abdullah bin Aburrahman ad-Darimi (w.
255 H) dalam karyanya:
أخبرنا
محمد بن كثير عن الأوزاعي عن إسماعيل بن عبيد الله قال : كان أبو الدرداء إذا حدث
بحديث عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال هذا ونحوه أو شبهه أو شكله
Diriceritakan dari Muhammad bin Katsir dari al-Awza’i dari Ismail bin
Ubaidillah, bahwa beliau berkata “Sahabat Abu Darda’ ketika selesai
menyampaikan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
mengucapkan ‘Seperti inilah (hadits tersebut), atau sejenisnya, atau serupa
dengannya,” (Abdullah bin Aburrahman ad-Darimi, Sunan ad-Darimi, hadits no.
268 [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah], 2011).
Beberapa ulama lain juga menambahkan kalimat istighfar setiap mereka selesai
menyampaikan sebuah hadits sebagaimana yang dicontohkan oleh Abbas bin Salim
al-Lakhmi:
وجاء
عن عباس بن سالم اللخمي الدوشقي أنه قال عقب الحديث هكذا إلا أن أخطئ شيئا لا
أريده، فأستغفر الله وأتوب إليه
Dan dikabarkan bahwa Abbas bin Salim al-Lakhmi ad-Dimasyaqi setiap selesai
menyampaikan sebuah hadits beliau berkata “seperti itulah yang disabdakan oleh
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kecuali aku telah melakukan sebuah kesalahan
(dalam menyampaikan hadits) yang aku tidak menginginkannya, maka aku meminta
ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepadanya”. (Dr. Ridha bin Zakaria, Riwayat al-Hadits bi al-Ma’na wa Atsaruha,
[Kairo: Maktabah al-Aiman], 2010, hal. 115).
Dalam hal ini, para ulama juga menganjurkan para pelajar untuk mengucapkan
“Atau sebagaimana yang disabdakan (أو كما قال)” setiap selesai membaca hadits yang mana pelajar tersebut ragu
dengan cara membaca hadits tersebut dengan benar. Karena hal tersebut adalah
adab yang baik dalam meriwayatkan hadits sebagaimana pendapat Utsman bin
Abdurrahhman Ibnu Shalah (w. 642 H)
وإذا
اشتبه على القاريء فيما يقرؤه لفظة، فقرأها على وجه يشك فيه، ثم قال ( أو كما قال
) فهذا حسن، وهو الصواب في مثله، لأن قوله ( أو كما قال ) يتضمن إجازة من الراوي
وإذناً في رواية صوابها عنه إذا بان
“Dan ketika para pembaca merasa samar dengan lafadz hadits yang ia baca,
kemudian ia membacanya dengan penuh keraguan, kemudian ia mengucapkan “Atau
sebagaimana yang disabdakan (أو كما قال)” maka ini
adalah cara yang baik dan mendekati kebenaran (as-shawab) di dalam sejenisnya. Karena ucapan
para pembaca “Atau sebagaimana yang disabdakan (أو كما قال)” menyimpan ijazah sanad dari perawi hadits serta izin di dalam
riwayat yang mendekati kebenaran (as-shawab) dari perawi hadits ketika para
pembaca menemukannya” (Utsman bin Abdurrahhman Ibnu Shalah, Muqaddimah Ibnu Shalah [Beirut:
Darul Fikr], 2010, hal. 106). []
Muhammad Tholhah al Fayyadl, mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar