Rabu, 16 Desember 2020

Nasaruddin Umar: Membaca Trend Globalisasi (18) Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Penemuan Ilmu Kimia

Membaca Trend Globalisasi (18)

Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Penemuan Ilmu Kimia

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Ilmu kimia yang sedemikian rumit dan begitu penting dalam dunia kemanusiaan dan dunia sains itu sendiri ternyata ditemukan dan dikembangkan oleh seorang ilmuan dan sufi muslim, yaitu Jabin ibn Hayyan . Ia dilukiskan oleh Priesly dan Lavoiser sebagai peletak dasar ilmu-ilmu kimia. Bahkan ia dinobatkan oleh sejarawan Priestly Sarton dalam buku monumentalnya: Introduction to the History of Science, sebagai bapak ilmu kimia (The Father of Chemistry). Ketika dunia Barat samasekali buta tentang ilmu kimia, ia sudah mendirikan laboratorium kimia pertama di dunia. Ia adalah ilmuan Islam lebih awal mendahului Al-Kindi, Al-Khawarismi, Al-Razi, Al-Farabi, dan Ibn Sina.

 

Jabir ibn Hayyan yang bernama lengkap Abu Musa Jabir bin Hayyan Al-Shufiy Al-Azadiy, yang biasa disebut Al- Thusi atau Al-Kufi, dan dalam literature Barat sering disebut Geber, lahir di Thus, Khurasan, Iran pada tahun721 dan wafat di Kufa, Bagdad, Iraq, tahun 815. Ia disebut pernah menjadi murid Imam Ja'far Ash-Shadiq, imam keenam Syi'ah. Ia juga dikenal sebagai seorang sufi sejati sebagaimana tergambar dalam salahsatu karyanya berjudul "Mukhtar Rasa'il". Sumber-sumber lain juga menyebutnya ahli Fikih Mazhab Syi'ah Itsna' 'Asyariyyah. Di dunia Barat ia lebih dikenal sebagai penemu dan peletak dasar ilmu kimia. Dalam berbagai Ensiklopedia Barat juga disebut sebagai ahli astronomi (astronomer), ahli astrologi (astrologer), innsinyur (engineer), ahli geografi (geographer), filosof (philosopher), ahli fisika (physicist), ahli farmasi (pharmacist), dan dokter (physician).

 

Di antara karya monumental Jabir ibn Hayyan ialah formulasi perbedaan antara alkimia dan kimia dan antara astronomi dan astrologi (Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan dibahas dalam artikel khusus). Ia menulis hasil percobaan, artikel, dan buku tidak kurang dari 3000 topik. 500 di antaranya risalah ilmiah tentang kimia yang sangat penting artinya dalam dunia keilmuan dan peradaban manusia. Ia juga mendirikan sejumlah laboratorium, bukan saja dalam bidang kimia tetapi juga dalam bidang fisika dan biologi. Di dunia Barat disebut The Jabirian corpus untuk keseluruhan sentral aktifitas Iabir ibn Hayyan. Di antara karya-karyanya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Belanda, Yunani, Jerman. Di antara karya yang paling populernya di Barat ialah: Book af The Composition of Alchemy, The Work of Geber, Sun of Perfection, Book of Stone, dan lain-lain.

 

Prestasi paling mencengangkan dari Jabir ibn Hayyan ialah meletakkan dasar-dasar metode riset kimia secara ilmiah dan eksperimental. Di dalam laboratorium yang ia dirikan memulai melakukan eksperimen sublimasi, kristalisasi, filtrasi, eksraksi, dan destilasi atau penyulingan. Kesemuanya itu dilakukan untuk memperoleh mineral dan logam murni dari berbagai campuran. Bahan baku yang bercampur dengan berbagai benda dan zat lain yang melekat dapat dipilah melalui laboratorium sehingga kemurnian logam bisa diperoleh. Sublimasi untuk memisahkan kandungan gas dari suatu zat padat, kristalisasi untuk memisahkan suatu zat dari larutan campuran dengan mengubahnya menjadi partikel/zat padat, filtrasi untuk memisahkan zat-zat melalui perbedaan ukuran partikel, ekstraksi untuk mengambil suatu senyawa yang terkandung dalam suatu benda, seperti pemisahan alkohol dari campuran air alkohol, destilasi untuk memisahkan sesame zat cair dengan menggunakan perbedaan titik didih. Air dapat dijernihkan cukup dengan menggunakan proses penyulingan. Dunia sangat berutang budi terhadap Jabir Ibn Hayyan. Dunia Islam saat ini perlu belajar dari terhadap para pendahulunya. []

 

DETIK, 24 Agustus 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar