Mewujudkan Persepsi Positif Negara dari Sukses Vaksinasi
Oleh: Bambang Soesatyo
SUKSES vaksinasi Corona bagi minimal 70 persen dari
total penduduk Indonesia akan mengubah persepsi tentang potensi ancaman
Covid-19 di Indonesia. Dari persepsi negatif karena tingginya ancaman, akan
berbalik menjadi persepsi positif berkat terwujudnya kekebalan komunitas atau
herd immunity dari vaksinasi Corona yang mencapai target.
Terbentuknya persepsi positif karena minimnya ancaman
penularan Covid-19 akan mendorong pemulihan pada semua aspek kehidupan. Tentu
saja, di tengah perekonomian yang berselimut resesi sekarang ini, akselerasi
pemulihan bisa dilakukan.
Mesin-mesin perekonomian yang bisa bekerja maksimal
akan menarik kembali komunitas pekerja yang dirumahkan atau di-PHK (pemutusan
hubungan kerja). Juga karena ancaman Covid-19 telah direduksi sedemikian rupa,
anak-anak serta remaja bisa kembali beraktivitas di sekolah maupun di kampus.
Target besar dan strategis inilah yang dibidik
pemerintah ketika akhirnya sampai pada keputusan untuk tidak setengah-setengah
dalam melakukan vaksinasi Corona. Sebagaimana telah diumumkan sendiri oleh
Presiden Joko Widodo, vaksinasi Corona tidak akan menerapkan rencana skema
subsidi dan skema mandiri. Oleh negara, seluruh rakyat Indonesia diberi hak
mendapatkan vaksinasi, tanpa dipungut biaya karena biaya vaksinasi ditanggung
oleh negara.
Pemerintah telah berkeputusan untuk menggunakan sisa
anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk membiayai vaksinasi. Dari total
anggaran Rp695,2 triliun yang dikelola PEN, sudah terserap Rp 481,61 triliun
atau 69,3 persen. Sisanya diperkirakan tidak akan terserap hingga akhir 2020,
dan karena itu digunakan untuk membiayai vaksinasi corona pada tahun mendatang.
Keputusan ini solutif dan progresif. Sudah menjadi
kalkulasi sejumlah kalangan bahwa rencana vaksinasi dengan skema subsidi dan
skema mandiri kurang produktif, bahkan bisa saja sarat masalah. Karena
bergantung pada kondisi keuangan setiap pribadi atau keluarga di masa pandemi
dan resesi ekonomi sekarang, vaksinasi skema mandiri pasti berjalan lamban, memakan
waktu dan juga menjadi ribet karena faktor eror di tahap penyimpanan serta
distribusi vaksin. Belum lagi faktor risiko penyimpangan, seperti spekulasi dan
permainan harga.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,
target untuk segera mewujudkan persepsi positif dari vaksinasi skema mandiri
menjadi tidak mudah. Banyak orang akan menunda-nunda vaksinasi dengan alasan
belum punya dana untuk membeli vaksin. Akibatnya justru bisa fatal, karena
ketersediaan vaksin malah tidak menyelesaikan masalah.
Ketika banyak orang menunda-nunda vaksinasi, potensi
lonjakan kasus Covid-19 tetap terbuka. Lonjakan kasus Covid-19 yang tidak
berkesudahan tak hanya membentuk persepsi negatif, tetapi juga terus
melipatgandakan kerugian negara dan masyarakat pada umumnya.
Kerugian masyarakat akibat pandemi Covid-19 sangat
besar dan bisa dibaca dari berbagai aspek. Misalnya, jutaan pekerja kehilangan
pekerjaan dan sumber penghasilan. Begitu juga kerugian negara. Tahun 2020 ini
misalnya, pemerintah kehilangan penerimaan dari pajak sampai tak kurang dari Rp
500 triliun.
Ambruknya aktivitas perekonomian menyebabkan pelaku
usaha tidak mampu membayar pajak. Dari sektor pariwisata, potensi penerimaan
yang mencapai enam miliar dolar AS hilang begitu saja. Kalau negara tidak
segera mengambil langkah-langkah luar biasa untuk meminimalisir ancaman
Covid-19, nilai kerugian masyarakat dan negara akan terus berlipatganda di
tahun-tahun mendatang. Dan, tentu saja akibatnya adalah menghadirkan
penderitaan banyak orang.
Karena itu, keputusan pemerintah menanggung semua
beban pembiayaan vaksinasi Corona layak disebut solutif dan progresif.
Keputusan populis itu menjadi kekuatan negara untuk membalikan persepsi tentang
ancaman penularan Covid-19 di dalam negeri.
Semua institusi negara, baik kementerian, lembaga dan
semua pemerintah daerah, wajib mengamankan keputusan ini, agar pada waktunya
nanti vaksinasi corona oleh negara tepat guna dan tepat sasaran. Ketika semua
warga negara diberi hak untuk mendapatkan dan menerima suntikan vaksin Corona
tanpa biaya, langkah progresif ini harus dipahami sebagai upaya nyata Indonesia
mewujudkan kekebalan komunitas. Bukankah banyak negara juga menempuh langkah
yang sama untuk membangun persepsi positif itu?
Kalau diterjemahkan lebih komprehensif, keputusan
pemerintah memberi hak vaksinasi kepada seluruh rakyat itu memuat ragam pesan.
Ketika nanti vaksinasi berjalan sesuai rencana, pemulihan pada semua aspek
kehidupan bisa segera dimulai, termasuk akselerasi pemulihan ekonomi dari
resesi.
Pelaku bisnis dan industri bisa mulai menyusun
rencana menghidupkan mesin-mesin produksi, termasuk rencana memanggil kembali
komunitas pekerja yang dirumahkan atau di-PHK (pemutusan hubungan kerja). Tidak
kalah pentingnya adalah pesan kepada sektor pendidikan untuk mempersiapkan
kembalinya anak-anak serta remaja beraktivitas di sekolah dan di kampus.
Juga dari vaksinasi yang sukses, destinasi wisata
yang kini lengang punya alasan dan keberanian untuk melakukan promosi. Begitu
juga jasa perhotelan yang kini tingkat huniannya nyaris nol persen bisa
bersiap-siap. Pemerintah daerah Provinsi Bali, misalnya, bisa mengambil
inisiatif dengan semua pelaku bisnis pariwisata, termasuk maskapai peberbangan,
untuk melakukan promosi bersama. Dengan ancaman Covid-19 yang sangat minimal,
diyakini bahwa baik wisatawan asing maupun lokal tidak akan takut lagi datang
ke Bali.
Inisiatif serupa bisa ditempuh pemerintah daerah lain
yang mengandalkan obyek wisata di daerahnya masing-masing.
Kini, yang diharapkan masyarakat adalah kerja cepat
Kementerian Kesehatan, Satgas Covid-19 dan manajemen PT Bio Farma merampungkan
program kerja masing-masing, utamanya terkait produksi dan pengadaan vaksin,
serta program vaksinasi corona itu sendiri. Agar masyarakat mendapatkan
informasi dan pembahaman yang benar, semua rencana program vaksinasi itu
hendaknya selalu disosialisasikan di ruang publik. Kementerian Kesehatan
bersama seluruh jajaran Dinas Kesehatan di semua provinsi diharapkan semakin
aktif berbagi informasi kepada masyarakat.
Masyarakat sangat ingin mengetahui rencana program
vaksinasi yang dirancang pemerintah. Khususnya tentang jadwal, tempat atau
fasilitas kesehatan yang resmi ditunjuk hingga tata cara mendapatkan hak
vaksinasi itu. Antusiasme masyarakat itu sebaiknya didukung dengan informasi
yang benar dan akurat dari pemerintah.
Tak kalah pentingnya adalah respons dan kesigapan
semua pemerintah daerah menyosialisasikan informasi tentang vaksinasi gratis
ini kepada masyarakat di daerahnya masing-masing hingga ke level rukun tetangga
(RT), termasuk warga pedesaan. Masyarakat harus tahu tentang bebas biaya
vaksinasi sebagai hak setiap individu, guna mencegah penipuan atau pungutan
liar. []
SINDONEWS, 19 Desember 2020 - 11:12 WIB
Bambang Soesatyo | Ketua MPR Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar