Jumat, 11 Desember 2020

(Ngaji of the Day) Ketika Nabi Muhammad Mendamaikan Dua Orang yang Bertikai

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)….(al-Hujurat: 10)

 

Nabi Muhammad adalah juru damai yang handal. Terbukti, beliau berhasil mendamaikan dua kelompok –Bani Aus dan Bani Khazraj- yang sudah lama bertikai. Iya, kedua bani itu terlibat peperangan selama puluhan tahun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.

 

Banyak korban berjatuhan dalam perang saudara tersebut. Bahkan, semua pemimpin Bani Aus dan Bani Khazraj gugur dalam perang Bu’ats –perang ini terjadi lima tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Ketika Nabi Muhammad di Madinah, keadaan menjadi damai. Bani Aus dan Khazraj tidak lagi berperang. Malah keduanya menjadi saudara seiman yang saling mendukung dan menghormati. Tidak ada lagi kebencian. Tidak ada lagi dendam di antara mereka. Yang ada adalah kerukunan dan perdamaian. Semuanya berbait kepada Nabi Muhammad.

 

Namun demikian, ada kejadian dimana ‘api konflik’ itu masih tersulut. Dikisahkan, suatu ketika Bani Aus dan Khazraj sedang berkumpul dalam satu majelis untuk mendiskusikan suatu hal. Tiba-tiba ada seorang pemuda dari Bani Aus melantunkan sebait syair yang mengandung celaan terhadap Bani Khazraj. Tidak terima dengan ejekan tersebut, seseorang dari Bani Khazraj membalasnya.

 

Mereka kemudian saling serang. Tidak cukup sampai di situ, mereka pulang ke rumah dan mengambil senjatanya masing-masing untuk berperang. Tidak lama berselang, kabar pertikaian antara dua orang dari Bani Aus dan Bani Khazrah tersebut sampai ke telinga Nabi Muhammad. Dan pada saat bersamaan, Nabi Muhammad menerima wahyu Al-Qur’an Surat Ali Imrah ayat 102.

 

Beliau kemudian bergegas menemui mereka untuk melerainya. Merujuk buku Hayatush Shahabah (Syaikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, 2019), betis Nabi Muhammad sampai terluka karena saking cepatnya beliau berjalan menuju tempat pertikaian.

 

Ketika melihat kedua orang yang hendak berperang itu, Nabi Muhammad langsung membacakan wahyu yang baru saja diterimanya. Kata Nabi Muhammad, ‘Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamụtunna illā wa antum muslimụn),” kata Nabi Muhammad. Mendengar hal itu, mereka yang sudah bersiap berperang langsung membuang senjatanya, saling berpelukan, dan menangis tersedu-sedu.

 

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad menyatakan bahwa mendamaikan dua orang yang sedang bersengketa adalah termasuk sedekah. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad dalam berbagai kesempatan selalu mengingatkan agar mempererat hubungan antarmanusia dan mendamaikan dua pihak yang bertikai dengan cara yang adil.

 

Dikutip dari buku Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa mendamaikan dua pihak yang berkonflik itu memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada shalat, puasa, dan sedekah.

 

“Maukah kalian saya beri tahu tentang amal yang derajatnya lebih tinggi dari shalat, puasa, dan sedekah?” tanya Nabi Muhammad kepada sahabatnya.

 

“Mau wahai Rasul,” jawab mereka.

 

“Mendamaikan dua pihak yang bermusuhan. Karena sesungguhnya bila dua orang yang bermusuhan itu sudah rusak (nalar dan perilakunya) maka dia akan memangkas (agama mereka),” balas Nabi.

 

Saking pentingnya mendamaikan orang yang bertikai, Islam memberikan keringanan kepada orang yang melakukannya. Yakni dibolehkannya berbohong demi mewujudkan perdamaian di antara mereka. “Tidak termasuk pembohong orang yang mendamaikan dua orang (yang bermusuhan), dan berkata baik kepada pihak sini dan pihak sana,” kata Nabi Muhammad dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud. []

 

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar