Al-Ta'lim al-Muta'allim (14)
Ontologi Flora atau Nabati
Oleh: Nasaruddin Umar
Salah satu jenis alam syahadah tidak mutlak (gair muthlaq) ialah tumbuh-tumbuhan (flora/nabati). Tumbuh-tumbuhan bukan alam syahadah mutlak seperti tanah, mineral, batu, dan air, tetapi masuk dalam kategori makhluk atau alam sayahadah gair muthlaq, karena memiliki nyawa (makhluk biologis), seperti halnya hewan (hayawan) dan manusia (insan). Unsur ketidakmutlakannya terletak dari nyawa itu. Nyawa sulit untuk diindera panca indera atau dideteksi secara sains murni. Nyawa adalah unsur luar masuk di dalam alam syahadah mutlak lalu menjadikannya menjadi tidak mutlak lagi. Namun ketidak mutlakannya masih sangat standar.
Ketidak mutlakan yang dimiliki tumbuh-tumbuhan karena sudah memiliki tiga unsur atau potensi yang tidak dimiliki oleh alam syahadah mutlak, yaitu 1) Memiliki potensi untuk berkembang dari tadinya kecil kemudian bertumbuh menjadi besar (rroeth/manmiyah), 2) Memiliki potensi untuk berkembang biak dan beranak pinak (reproduction/maulidah), 3) Memiliki potensi makan atau minum (nutrition/gaziyah) yang memungkinkan untuk berkembang secara vertikal dan horizontal. Tumbuh-tumbuhan adalah bagian dari makhluk biologis, kendatipun unsur biologi yang dimilikinya masih sangat standar.
Dalam perspektif tasawuf, tumbuh-tumbuhan juga dikategorikan memiliki nyawa dan merupakan anak-anak dari pasangan perkwainan makrokosmos. Mereka berasumsi bahwa semua ciptaan Tuhan idealnya berpasang-pasangan. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur'an:
وَمِن كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (Q.S. al-Dzariyat/51:49).
Ayat ini mengisyaratkan segala sesuatu diciptakan Tuhan berpasang-pasangan (tazwij). Bahkan menurut mereka bukan hanya makhluk-makhluk biologis seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan mempunyai pasangan, laki-laki dan perempuan, jantan dan betina; tetapi juga makhluk-makhluk lain seperti makhluk kosmos lainnya, seperti langit dan bumi (al-sama' wa al-ardh), malam dan siang (al-lail wa al-nahar), dan musim dingin dan musim panas (al-syita'wa al-shaif), dunia dan akhirat (al-dunya wa al-akhirah), surga dan neraka (al-jannah wa al-nar), alam gaib dan alam nyata (al-gaib wa al-syahadah).
Pada makhluk biologis, setiap pasangan mempunyai hubungan fungsional, laki-laki dan perempuan, jantan dan betina, masing-masing mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Demikian pula makhluk-makhluk alam lainnya. Menurut Ibnu Arabi, langit sebagai suami jika akan melangsungkan hubungan sebagaimana layaknya hubungan suami isteri, terlebih dahulu diawali dengan "cumbu rayu" (warming-up/mula'abah). Jika sedang mendung, sesekali terjadi kilat, dan guntur bersahut-sahutan maka itu pertanda pasangan langit dan bumi sedang bercumbu. Puncak orgasme mereka terjadi ditandai dengan keluarnya cairan dari suami masuk ke rahim ibu pertiwi, kemudian lahir anak-anak alam raya berupa tumbuh-tumbuhan.
Tumbuh-tumbuhan alahah anak kandung pasangan makrokosmos langit dan bumi. Mereka ada yang menghidupi dan menyayanginya. Dari ibunya, bumi menyuguhi konsumsi berupa unsur hara yang akan menyuburkan pertumbuhan anak-anaknya dan darli langit akan memberikan nutrisi berupa sinar matahari dan unsur nitrik lain. Proses nitrifikasi yang terjadi melalui kilat dan persenyawaan unsur kimia dalam alam semesta menyebabkan tanaman dan tumbuh-tumbuhan bisa hidup dan berkembang. Jangan pernah semena-mena terhadap flora karena mereka juga memilki lbu dan ayah kandung seperti halnya manusia. []
DETIK, 03 Juli 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar