Seruan Syekh Taufiq Ramadhan al-Buthi untuk
Bangsa Indonesia
Ketua Ikatan Ulama Suriah Dr Syekh Muhammad
Taufiq Said Ramadhan al-Buthi mengeluarkan seruan khusus untuk bangsa
Indonesia. Putra dari ulama terkemuka Suriah, almarhum Syekh Ramadhan al-Buthi
yang wafat akibat bom bunuh diri anggota kelompok ekstrem, ini memuji sembari
menaruh harapan kepada Muslim di Tanah Air. Berikut teks lengkap seruan
tersebut yang dikirim ke redaksi NU Online:
بِسمِ الله
الرّحمنِ الرّحيم
نداء
إلى الشعب الأندنوسي الطيب
Seruan untuk Bangsa Indonesia:
الحمد
لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان
إلى يوم الدين.
Segala puji bagi Allah Pencipta semesta alam.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga,
sahabat, dan pengikut mereka dengan kebaikan hingga hari akhir.
أيها
الإخوة الكرام يا أبناء أندنوسيا، تلك الأرض المباركة التي أحب أبناؤها الإسلام
فدخلوا فيه حباً به، وإعجاباً بما وجدوه من الأخلاق الكريمة والصفات الحميدة فيمن
تعاملوا معهم من المسلمين، فغدوا أكبر بلد مسلم بسكانه واتساع رقعته.
Wahai saudaraku yang mulia di Indonesia,
negeri yang penuh dengan keberkahan, yang penduduknya mencintai Islam, lalu
memeluk Islam juga karena cinta terhadap agama ini, karena mereka merasa kagum
dengan akhlak mulia yang mereka temukan dalam Islam, serta sifat-sifat terpuji
dari umat Islam yang bersosialisasi dengan mereka. Suatu fakta yang
meniscayakan Indonesia menjadi negeri muslim terbesar, dengan penduduk dan luas
teritorialnya.
لقد
وجدت فيكم من صفاء الفطرة ودماثة الخلق ما جعلني أحب هذه البلاد وشعبها، وأشعر
بأنهم يمثلون الصفاء الذي تفتقر إليه كثير من الشعوب المسلمة.
Saya temukan pada diri kalian, kemurnian
fitrah dan akhlak yang baik, sesuatu yang menjadikan saya sangat cinta pada
negeri ini dan penduduknya. Saya merasakan, penduduk Indonesia berhasil
merepresentasikan kejernihan bersikap yang dibutuhkan oleh banyak bangsa-bangsa
Muslim.
المسلمون
اليوم بحاجة إلى صدق التمسك بالإسلام الحق، البعيد عما يشوهه، بحاجة إلى تطبيق
إرشادات غابت عن عقولنا، هي من صلب شريعتنا، وأسس ديننا. وإلا فإن الخطر سيصيب الأمة
ويودي بها إلى الهلاك.
Umat Islam saat ini membutuhkan keteguhan
dalam berpegang diri pada Islam yang benar, yang jauh dari propaganda yang
mereduksi (kebenaran ajarannya). Umat Islam butuh untuk mempraktikkan semua
petuah, yang sementara ini hilang dari pikiran kita, (padahal) itu adalah inti
syariat dan dasar agama kita. Jika tidak, maka bahaya mengancam umat dan akan
menghancurkannya.
لا
أدري لماذا التفرق والتمزق يسري في كيان أمتنا ونحن الذي قال فيهم الله تعالى:
﴿إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ}
الأنبياء 92 وقال آمرا وموجهاً وممتناً أيضاً: {وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ
جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ } آل عمران
103
وقال
لنا: {إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} الحجرات 10
Saya tidak mengerti, mengapa perpecahan dan
perselisihan menimpa umat ini, padahal kita adalah umat yang disebut oleh Allah
dalam firman-Nya: “Sungguh agama tauhid inilah agama kamu, agama yang satu, dan
Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya: 92)
Allah memerintahkan, sekaligus menguji kita
dalam perintah-Nya, “Dan berpegang teguhlah kamu semua pada tali (agama)
Allahdan janganlah kamu bercerai berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu, ketika
kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu,
sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu)
kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian dari sana.
Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu kalian agar kamu
mendapatkan petunjuk.” (QS. Ali Imran: 103)
Allah juga berfirman kepada kita:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah di
antara kedua saudaramu (yang berselisih). Bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapatkan rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
إن
الطامعين بموارد أمتنا والحاقدين على هويتنا لا يسرهم ان نكون أمة واحدة، ولا
يسرهم أن تجتمع كلمتنا فنصبح أقوياء في اقتصادنا، أقوياء في مؤسساتنا التعليمية
وصناعاتنا، أقوياء نملك قرارنا وسيادة بلادنا. إن كثيراً من القوى الطاغية تريد أن
تكون شعوبنا في خدمة مصالحها، فقيرة لا تملك من أمرها شيئاً، ضعيفة لا تستطيع
الدفاع عن مصالحها، ولا النهوض بشأنها.
Sesungguhnya kaum yang tamak terhadap sumber
daya bangsa kita, begitu benci terhadap persatuan kita, tidak suka kita menjadi
umat yang satu. Mereka tidak suka, kita seiya sekata sehingga menjadi kuat
dalam ekonomi, kuat dalam lembaga pendidikan dan perusahaan kita, kuat dalam
independensi keputusan dan kedaulatan bangsa. Sungguh banyak kekuatan zhalim
yang menginginkan bangsa kita bekerja untuk kepentingannya, (sehingga) bangsa
ini menjadi miskin, tidak memiliki keputusan dan kekuatan, lemah, tidak mampu
membela kepentingan dan tidak mampu bangkit.
نحن
اليوم بحاجة إلى جمع كلمتنا وتوحيد صفوفنا، التزاماً بقوله تعالى: {وَاعْتَصِمُواْ
بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ} التزاماً بأمر ربنا سبحانه وتعالى،
وحرصاً على مستقبل أمتنا، فديننا يجمع ولا يفرق، ما بالنا نفترق ولا نجتمع؟! ديننا
يدعونا إلى التحابب والتعاون، ما بالنا نتباغض ونتدابر؟! ألم يقل النبي ﷺ فيما صح
عنه: " لا تحاسدوا ولا تناجشوا ولا تباغضوا، ولا تدابروا، ولا يبع بعضكم على
بيع بعض، وكونوا عباد الله إخوانا المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله، ولا
يحقره التقوى هاهنا " ويشير إلى صدره ثلاث مرات " بحسب امرئ من الشر أن
يحقر أخاه المسلم، كل المسلم على المسلم حرام: دمه وماله وعرضه "
Saat ini kita butuh pada persatuan umat dan
merapatkan barisan, melaksanakan perintah Allah agar kita berpegang taguh pada
tali-Nya, demi menjaga masa depan umat. Agama kita mempersatukan, bukan memecah
belah, lalu mengapa kita terpecah tidak mau bersatu? Agama Islam menyeru kita
untuk saling mencintai dan bekerjasama, lalu mengapa kita saling membenci dan
menjauh? Bukankah Nabi Muhammad SAW dalam hadits shahih mengingatkan,
“Janganlah saling hasud, berseteru, saling membenci, saling menjauh. Sebagian
kalian tidak boleh menjual atas jualan sebagian yang lain. Jadiah hamba Allah
yang bersaudara. Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Ia tidak boleh
menganiaya, merendahkan, dan menghinanya. Ketakwaan itu ada di sini (Nabi
menunjuk dada beliau sebanyak tiga kali). Cukuplah kejelekan seseorang, dengan
dia merendahkan saudaranya yang muslim. Setiap muslim bagi muslim yang lain,
haram darah, harta, dan kehormatannya.”
إن
ما يجمع كلمتنا على تعدد آرائنا واختلاف اجتهاداتنا أكثر مما نختلف عليه. فلا
ينبغي أن نمكن الشيطان من أن يفسد العلاقة الأخوية التي عقدها الله بيننا. ألم يقل
لنا ربنا: {إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ} الحجرات 10. ألم يحذرنا ربنا ممن
يفسد العلاقة بيننا وبيّن لنا أنه الشيطان فقال: {وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ
الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ
كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوّاً مُّبِيناً } الإسراء 53. والشيطان هنا قد يكون من
الجن، وقد يكون من الإنس؛ فكل من يريد بث الفرقة والكراهية بيننا يمارس دور
الشيطان.
Sesungguhnya faktor yang dapat menyatukan
kita, meski dengan beragamnya pendapat dan perbedaan ijtihad, lebih besar
daripada faktor yang dapat memisahkan kita. Tidak selayaknya kita memberi
kesempatan pada setan untuk merusak hubungan persaudaraan yang telah
diamanahkan Allah di antara kita. Bukankah Allah berfirman kepada kita:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah di
antara kedua saudaramu (yang berselisih). Bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapatkan rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10). Bukankah Allah mengingatkan kita,
terhadap siapapun yang merusak hubungan di antara kita, dan Allah menjelaskan
kepada kita bahwa dia adalah setan. Allah berfirman: “Dan katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik.
Sungguh, setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh
setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 53). Setan pada ayat
ini, terkadang berbentuk jin, terkadang pula berbentuk manusia. Siapapun yang berkeinginan
menyebarkan perpecahan dan kebencian di antara kita, dia telah memerankan
pekerjaan setan.
إخواني
الكرام
تعالوا
بنا إلى عقد ميثاق ننطلق فيه من ثوابت ديننا، ومما تتفق عليه النصوص الشرعية التي
لا خلاف فيها تجتمع عليه كلمتنا وتتوحد عليه صفوفنا وننطلق به إلى غد يجمع ولا
يفرق، وينشر بيننا المحبة لا الكراهية.
Saudaraku yang mulia. Marilah kita mengadakan
perjanjian berdasarkan prinsip-prinsip agama kita, berpondasikan hal-hal yang
telah disepakati oleh nash-nash syari’at, yang tidak ada perbedaan di dalamnya.
Berdasarkan hal itu semua persatuan kita terjaga dan barisan kita menjadi
kokoh.Berdasarkan hal itu kita bersatu, menebarkan cinta di antara kita, bukan
kebencian.
-
كلنا نؤمن بالقرآن الكريم ,والسنة المطهرة مصدراً لشرعنا، عملاً بقوله تعالى: {يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا
تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ } محمد 33
Semua kita beriman kepada al-Qur’an dan
Sunnah yang suci, sebagai sumber syariat, dalam rangka mengamalkan firman
Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
Rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.” (QS. Muhammad: 33)
-
كلنا نحب أهل بيت النبوة الذين نعد محبتهم جزءاً من ديننا، وعترة النبي ﷺ قدوتنا،
ومحبة الصحابة كلهم على نهج جمع كلمة الأمة كما أرادها أجلاء الصحابة أمر لا يجوز
إنكاره. ألم يقل الله تعالى:{قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلَّا
الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَن يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهُ فِيهَا
حُسْناً إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ} الشورى 23، ولا ننسى حديث النبي ﷺ الذي رواه
الترمذي والنسائي بلفظ قريب: عن جابر بن عبد الله قال: رأيت رسول الله ﷺ في حجته
يوم عرفة وهو على ناقته القصواء يخطب، فسمعته يقول: " يا أيها الناس إني تركت
فيكم ما إن أخذتم به لن تضلوا: كتاب الله، وعترتي أهل بيتي" . ولعلكم تعلمون
أن أهل بيت النبوة ممن كانوا السبب في دخول الإسلام إلى بلادكم.
Kita semua cinta kepada keluarga Nabi, di
mana kecintaan kepada mereka merupakan bagian dari ajaran agama kita. Keturunan
Nabi Muhammad SAW adalah panutan kita. Cinta kepada semua sahabat, sesuai
prinsip persatuan umat, seperti yang dimaksud oleh kebanyakan sahabat, adalah
perkara yang tidak dapat dipungkiri. Bukankah Allah berfirman: “Katakanlah
(Muhammad), ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu impalan pun atas seruanku,
kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan, dan barang siapa mengerjakan kebaikan
akan kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha
Mensyukuri.” (QS . al-Syura: 23). Kita tidak lupa terhadap hadits Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan al-Nasai, dengan redaksi yang
mirip, dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, Rasulullah SAW dalam hajinya, pada
hari Arafah, berkhutbah - sedang beliau berada di atas unta beliau “Qashwa”.
Aku mendengar beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku
meninggalkan untuk kalian sesuatu yang bila kalian berpegang teguh padanya,
kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Itrah, keluargaku.” Dan
pastinya kalian tahu, bahwa keturunan Nabi Muhammad SAW adalah penyebab
masuknya Islam di negara kalian, Indonesia.
-
كلنا متفقون على أن من واجبنا أن نتعلم الضروري من أمور عقيدتنا، والضروري من
أحكام شريعتنا؛ مما نصحح به عبادتنا ومعاملتنا، وأن السبيل إلى ذلك إنما هو العودة
إلى أهل العلم الذين وصفهم الله في كتابه بأنهم أهل الذكر فقال: {وَمَا
أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ
الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ}الأنبياء 7 .
Kita semua sepakat bahwa di antara tugas kita
adalah mempelajari hal pokok dalam akidah kita, hal pokok dari hukum-hukum
syariat. Hal itu dapat menjadikan sah ibadah dan muamalah kita. Jalan menuju ke
sana adalah dengan cara kembali kepada ulama yang disebut sebagai “orang yang
berilmu” oleh Allah dalam kitabsuci-Nya: “Dan Kami tidak mengutus (Rasul-Rasul)
sebelum Engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri
wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak
mengetahui.” (QS. Al-Anbiya: 7)
-
إذ ليس كل الناس قادراً على أخذ الحكم من كتاب الله وسنة نبيه، فكان لا بد من عودة
العامة إلى العلماء المتخصصين، والعلماء المتخصصون ليسوا قادرين على تحقيق شروط
الاجتهاد، فكان لا بد لهم من العودة إلى ما قاله المجتهدون، وقد جرت الأمة على
اتباع أئمة المذاهب المجتهدين، لا بالنظر إلى أشخاصهم وما ذهبوا إليه في
اجتهاداتهم هم، بل إلى ما وصل إليه مذهبهم من خلال مراحل تحقيق المذهب بطبقة
الأصحاب، ثم المجتهدين في المذهب، ثم المرجحين، ثم طبقة المفتين وذلك عبر قرون من
التحقيق والمناقشة حتى صار المذهب إلى ما صار إليه من التمحيص، مما لا يمكن للفرد
منا أن يصل إلى تحقيقه.
Karena tidak semua orang mampu mengambil
hukum dari al-Qur’an dan Sunnah, maka menjadi suatu keniscayaan orang awam
kembali kepada ulama yang kompeten. Mereka tidak mampu mempraktikkan syarat
ijtihad, maka mereka harus kembali kepada hasil ijtihad para ulama mujtahid.
Umat Islam selalu konsisten dan terbukti selalu mengikuti imam-imam mujtahid
madzhab. Mengikuti mereka bukan karena mereka atau hasil ijtihad mereka belaka,
namun capaian madzhab mereka dalam dinamika perjalanan madzhab, mulai generasi ashhab,
kemudian ulama mujtahid madzhab, lalu pen-tarjih, dan mufti. Hal itu terjadi
berabad-abad, melalui proses penelitian mendalam (tahqiq) dan diskusi (munaqasyah)
hingga madzhab mereka teruji, di mana salah seorang di antara kita tidak dapat
melakukannya.
-
وليس من الحكمة أن نبدأ من حيث بدأ الأئمة الذين لا يفصل بينهم وبين النبي ﷺ سوى قرنين
من الزمن، ونهمل تلك الجهود العظيمة والمكتبة الزاخرة من الفقه والعلم والبيان
لنصوص الشريعة؛ بينما نحن في هذا العصر يفصلنا عن تاريخ النبوة أربعة عشر قرناً
وقد غدت لغتنا أضعف عن فهم النص ومعرفتنا بكثير من شروط الاجتهاد وأدواته ضعيفة.
إن تجاوز المذاهب الفقهية الشائعة إضاعة لتراث فقهي عظيم بذل فيه آلاف العلماء
جهوداً عظيمة للتحقيق والتمحيص في اجتهادات أئمة الفقه وأصحابهم ومن بعدهم وإتمام
عملهم في بناء فقه يعالج القضايا القائمة عند ورود النص او النوازل التي وقعت أو
يتوقع وقوعها. ومناقشات العلماء لبعضهم تعتبر كنوزاً غنية في الحوار البديع ووجوه
الاستدلال المذهلة في قوتها وجمالها.
Bukanlah suatu kebijaksanaan, kita memulai
sesuatu yang telah dilakukan oleh para imam yang jeda masa mereka dengan Nabi
Muhammad SAW hanya dua abad. Kita tidak dapat acuh terhadap usaha mereka,
perpustakaan besar yang mengoleksi karya fiqih, dan segala apapun yang
menjelaskan tentang syariat. Sedangkan kita di masa ini dipisahkan oleh 14
abad. Bahasa kita lebih lemah untuk memahami nash (dalil). Penguasaan kita
terhadap syarat ijtihad dan pirantinya sangat lemah. Tidak mengindahkan
madzhab-madzhab fiqih berarti memusnahkan khazanah keilmuan klasik, sesuatu
yang telah dihasilkan oleh ribuan ulama. Mereka mengerahkan segenap usaha untuk
meneliti produk-produk ijtihad para imam fiqih dan para pengikut mereka pada
era berikutnya.
-
وإتمام عملهم في بناء فقه يعالج القضايا القائمة عند ورود النص او النوازل التي
وقعت أو يتوقع وقوعها. ومناقشات العلماء لبعضهم تعتبر كنوزاً غنية في الحوار
البديع ووجوه الاستدلال المذهلة في قوتها وجمالها.
Mereka juga menyempurnakan amal usaha dalam
membangun keilmuan fiqih ini untuk menyelesaikan berbagai kasus yang terjadi
saat sudah tersedia nash, atau hal-hal yang telah terjadi atau dipotensikan
akan terjadi. Hasil diskusi antar ulama merupakan simpanan kekayaan besar,
dalam pola diskusi yang baik, sisi pengambilan hukum dari dalil (idtidlal),
dalam kekuatan dan keelokannya.
-
الأمة المسلمة مهما اختلفت أطيافها تجتمع على أصول الدين وثوابته، من حقائق
الإيمان ومصادر الحكم الشرعي ونحو ذلك. وقد اختلف المسلمون في الماضي فعالجوا
خلافاتهم بالحوار العلمي الذي عقدت حلقاته في المساجد أو أمام ولاة الأمر. ولم
يلجأ إلى أسلوب العنف إلا من ضعفت حجته. لم يتعامل المسلمون من أهل السنة والجماعة
مع المخالف بأسلوب القمع والإلغاء والإقصاء. ولا ينبغي ذلك. فإننا إذا كنا مكلفين
بان لا نجادل أهل الكتاب وسائر المخالفين إلا بالتي هي أحسن، فلماذا نلجأ إلى أسلوب
العنف والتكفير والقمع مع إخواننا الذين قد يخالفوننا في أمور تغلب عليها أنها
اجتهادية أو محتملة.
Umat Islam meskipun berbeda, namun mereka
bertemu dalam pokok dan prinsip agama yang sama, berupa hakikat keimanan,
sumber hukum, dan lainnya. Umat Islam sebenarnya sejak dulu telah berbeda
pendapat, namun mereka menyudahi perbedaan mereka dengan diskusi ilmiah,
dilakukan di masjid-masjid, atau di depan pemerintah. Mereka tidak
menyelesaikan perselisihan itu dengan kekerasan, kecuali yang memang hujjahnya lemah.
Umat Islam dari kalangan Ahlussunnah Wal-Jama’ah tidak berinteraksi dengan
kelompok yang berbeda dengan cara keras dan lalim. Hal itu memang tidak
sepatutnya terjadi. Kita, jika diperintahkan untuk bedebat dengan ahli kitab
atau kelompok yang berbeda lainnya, harus hanya dengan cara yang baik. Lalu,
mengapa kita lebih memilih cara ekstrim, takfiri, dan keras terhadap
saudara-saudara kita sendiri yang terkadang mereka berbeda dengan kita yang
umumnya dalam masalah ijtihadiyah, atau yang kebenarannya relatif (tidak
absolut).
-
إذا كان ربنا قد أمرنا أن نقول لأهل الكتاب: (قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ
تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ)فمن باب أولى أن نبحث
عن الوصف الجامع الذي يجمع بيننا لا أن نبحث ونتصيد الخلافات وما قد نراه خطأً عند
إخواننا. إن إطلاق وصف الكفر والشرك ضد مخالفينا لا يخدم وحدة الأمة التي عقدها
ربنا بيننا، ويتناقض مع قوله تعالى: (إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ)الحجرات 10 ويتعارض مع قوله تعالى: (وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ
وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ) ويجعل أمتنا أشلاء ممزقة
ضعيفة عن مواجهة عدوها، ضعيفة عن تحقيق مصالحها.
Allah telah memerintahkan kita untuk
mengatakan kepada Ahli Kitab: “Katakanlah:"Hai Ahli Kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu.” (QS. Ali Imran: 64). Jika Allah memerintahkan kita
sedemikian rupa dalam menyikapi non Muslim, maka lebih utama lagi bagi kita
untuk mencari pola yang dapat menyatukan kita. Bukan dengan cara mencari dan
memanfaatkan perselisihan, atau mencari-cari hal-hal yang kita anggap salah
pada saudara kita. Penyematan kata kufur dan syirik terhadap kelompok berbeda
tidak menguntungkan persatuan umat yang telah diperintahkan Allah. Hal itu
bertentangan dengan firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara, karena itu damaikanlah di antara kedua saudaramu (yang berselisih).
Bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapatkan rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10).
“Dan
janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmt.” (QS. Al-Anfal: 46)
Semua perselisihan itu telah menjadikan umat
Islam berkeping, tercerai-berai, lemah dalam menghadapi musuhnya, tidak mampu
mewujudkan berbagai kemaslahatannya.
-
إن ربنا تبارك وتعلى وصف المسلمين بأنهم: (مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ)
Allah telah menyebut umat Islam bahwa mereka
adalah “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”
-
وأخيراً أيها الإخوة الأحبة: إن بلادكم أمانة في أعناقكم فلا تضيعوها بإهمالكم
وتنازعكم، وإن أمتكم أمانة في أعناقكم فلا تمزقوها بخلافاتكم ونزاعاتكم وأنتم
الشعب المؤمن الطيب الذي حافظ على هويته الإسلامية على الرغم من تعرضها لغزوات
معادية كثيرة عبر أكثر من ثلاثة قرون. وأخوتكم الإسلامية أمانة عهد الله إليكم بها
فلا تضيعوها، وهو سوف يسألكم عنها: ألم يقل: إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين
أخويكم ...
Sebagai penutup, wahai saudara yang saya
cintai, sesungguhnya negeri kalian adalah amanah di pundak. Karena itu jangan
kalian rusak dengan keteledoran dan perselisihan. Umat kalian adalah amanah di
pundak, jangan diceraiberaikan dengan polemik dan perseteruan. Kalian adalah
bangsa yang beriman, yang baik, yang tetap menjaga persatuan umat meski pernah
digampur oleh banyak serangan, selama lebih dari 3 abad. Persaudaraan Islam
adalah amanah Allah, karena itu jangan dirusak. Allah akan menanyai kalian
tentang hal ini.
حفظ
الله أندنوسيا وشعب أندنوسيا ودين أندنوسيا وشباب أندنوسيا وفتيات اندنوسيا ومعاهد
أندنوسيا وجامعاتها وجعلها في ظل عنايته. وفقكم الله لما فيه رضاه ويسر لكم
ولبلادكم أسباب الخير والسعادة والازدهار
Semoga Allah menjaga Indonesia, bangsa,
agama, pemuda, pemudi, pesantren, dan universitas negeri ini. Semoga Allah
menjadikannya senantiasa berada dalam bimbingan-Nya. Semoga Allah
memberipetunjuk terhadap hal yang Dia ridhai. Semoga kalian dan negeri kalian
mendapatkan kebaikan, kebahagiaan, dan kemakmuran. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar