Menjunjung Tinggi Wasathiyyah dalam Islam
Ciri Islam yang paling menonjol adalah
tawassuth, ta’adul, dan tawazun. Ini adalah beberapa ungkapan yang memiliki
arti yang sangat berdekatan atau bahkan sama. Tiga ungkapan tersebut bisa
disatukan menjadi “wasathiyah”, yakni moderasi, adil, atau seimbang.
Khotbah I
الحمد
لله الذى جعلنا أُمَّةً وَسَطًا و وَأمَرنَا بِالعَدْلِ وَالإحْسَانِ أشْهد أن
لااله إلا الله وحده لاشريك له رب الناس وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الموصوف بأكمل
صفات الأشخاص. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وسلم تسليما
كثيرا، أما بعد.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian (pula) kami menjadikan kalian
(umat Islam), umat penengah (adil dan pilihan), agar kamu menjadi saksi atas
seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad SAW) menjadi saksi atas kamu.” (QS.
Al-Baqarah;143).
Kata وَسَطًا dalam firman Allah di atas bermakna
adil atau menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ayat tersebut memperjelas bahwa wasathiyah
merupakan karakter esensial ajaran Islam. Islam menjunjung tinggi sikap
“tengah-tengah” dalam pengertian adil, proporsional dan berimbang.
Dalam salah satu riwayat hadits disebutkan:
وَخَيْرُ
اْلأَعْمَالِ أَوْسَطُهَا وَدِيْنُ اللهِ بَيْنَ الْقَاسِىْ وَالْغَالِىْ
“Dan sebaik-baik amal perbuatan adalah yang
pertengahan, dan agama Allah itu berada di antara yang beku dan yang mendidih.”
Jamaah Jum’at yang semoga dimuliakan
Allah,
Wasathiyyah yang kerap diterjemahkan dengan
moderasi memiliki beberapa pengertian, antara lain pertama, keadilan di
antara dua kezhaliman (عَدْلٌ بين ظُلْمَيْنِ) atau kebenaran di antara dua kebatilan (حَقٌّ بَيْنَ بَاطِلَيْنِ), seperti wasathiyah antara ateisme dan politeisme.
Islam ada di antara atheisme yang mengingkari adanya Tuhan dan politeisme yang
memercayai adanya banyak Tuhan. Artinya, Islam tidak mengambil paham ateisme
dan tidak pula paham poleteisme, melainkan paham tauhid (monotheisme),
yakni paham yang memercayai Tuhan Yang Esa. Begitu juga wasathiyyah
antara boros dan kikir yang menunjuk pada pengertian tidak boros dan tidak
kikir. Artinya, Islam mengajarkan agar seseorang di dalam memberi nafkah tidak
kikir dan tidak pula boros, melainkan ada di antara keduanya, yaitu al-karam
dan al-jud. Allah berfirman;
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67)
Kedua, pemaduan antara dua
hal yang berbeda/berlawanan. Misalnya, wasathiyyah antara rohani dan
jasmani yang berarti bahwa Islam bukan hanya memerhatikan aspek rohani saja
atau jasmani saja, melainkan memerhatikan keduanya. Islam pun merupakan agama
yang menyeimbangkan antara `aql (akal) dan naql. Bagi Islam, akal
dan wahyu merupakan dua hal yang sama-sama memiliki peranan penting yang
sifatnya komplementer (saling mendukung antara satu sama lain). Islam pun
menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara individu dan masyarakat,
antara ilmu dan amal, antara ushul dan furu’, antara sarana
(wasilah) dan tujuan (ghayah), antara optimis dan pesimis, dan
seterusnya.
Pengertian wasathiyah yang ketiga adalah realistis (wâqi’iyyah). Islam adalah agama yang realistis, tidak selalu idealistis. Islam memunyai cita-cita tinggi dan semangat yang menggelora untuk mengaplikasikan ketentuan-ketentuan hukumnya, tapi Islam tidak menutup mata dari realitas kehidupan yang–justru–lebih banyak diwarnai hal-hal yang sangat tidak ideal. Ini tidak berarti bahwa Islam menyerah pada pada realitas yang terjadi, melainkan justru memerhatikan realitas sambil tetap berusaha untuk tercapainya idealitas.
Saat seseorang tak sanggup shalat dengan cara
berdiri lantaran sakit, maka Islam memberi rukhsah (keringanan) bisa
dilaksanakan dengan cara duduk. Ketika dakwah tak digubris oleh sasaran dakwah,
Nabi dan ulama mencontohkan sikap menghargai proses dan tahapan, bukan
cara-cara kekerasan dan pemaksaan. Inilah wasathiyah yang berarti realistis:
merealisasikan idealitas sembari mempertimbangkan secara serius kondisi dan
situasi yang sedang dihadapi.
Khotbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ
وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ
لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Disarikan dari “Khashaish Aswaja” hasil
Muktamar Ke-33 NU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar