10 Alasan Pentingnya
Memperingati Maulid Nabi (3)
Alasan kelima adalah sebuah hadits yang
dijadikan landasan oleh as-Suyuthi dalam kitabnya Husnul Maqashid fi ‘Amalil
Maulid bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw mengakikahkan dirinya setelah
menerima wahyu kenabian. Padahal telah diriwayatkan bahwa Abdul Muthallib sang
paman Rasulullah itu telah mengakikahkannya pada hari ke tujuh setelah
kelahirannya, sedangkan akikah tidak perlu diulang dua kali.
Oleh karena itu, menurut As-Suyuthi hadits
ini memiliki makna lain bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw merupakan
bentuk syukur kepada Allah swt yang telah menciptakannya sebagai rahmat bagi
seluruh alam serta penghormatan untuk semua umatnya. Sebagaimana beliau
bershalawat atas dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kita juga disunnahkan untuk
memperlihatkan rasa syukur atas kelahiran Rasulullah saw dengan berkumpul
sesama saudara, kawan, member makan fakir miskin serta bentuk-bentuk peringatan
lain yang menunjukkan kebahagiaan.
Alasan keenam adalah keterangan dari beberapa
hadits yang mengistimewakan hari Jum’at sebagai hari kelahiran Nabi Adam as.
hal ini bisa dijadikan qiyas (analogi) kemuliaan hari kelahiran Rasulullah saw.
Dalam sunan at-Turmudzi hadits no. 491 Rasulullah saw menyatakan bahwa
خيريوم
طلعت فيه الشمس يوم الجمعة فيه خلق أدم
Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at,
hari diciptakannya nabi Adam.
Begitu juga yang diriwayat an-Nasa’ai dan Abu
Daud dengan sanad Sahih bahwa Rasulullah saw bersabda:
إن
من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق أدم وقبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي
من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي
“Sesungguhnya hari yang paling mulia diantara
hari-hari kalian adalah hari jum’at. Pada hari itulah Adam diciptakan,
diwafatkan, ditiupkan ruh dan dibangkitkan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku
(kepada Rasulullah saw) pada hari itu. Sesungguhnya shalawat kalian akan sampai
padaku…”
Sebenarnya objek kajian dalam dua hadits di
atas tidak sekedar keisitmewaan hari Jum’at tetapi momentum yang termuat di
dalamnya yaitu hari kelahiran, hari kewafatan dan hari kebangkitan Nabi Adam as
sebagai bapak manusia.
Dengan kata lain, kemuliaan dan keagugan itu
sama sekali tidak mengacu pada hari itu sendiri. Melainkan pada apa yang pernah
terjadi pada hari itu. Dengan demikian, ia bisa diperingati berulang-ulang,
baik setiap minggu, atau setiap tahun sebagai wujud rasa syukur kepada Allah
ata nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.
Selaras dengan hal itu adalah alasan ketujuh
yang mengambil pelajaran dari kisah para nabi (Nabi Yahya, Nabi Isa dan Maryam
) yang diceritakan dalam al-Qur’an dengan tujuan meneguhkan hati Rasulullah saw
sebagai seorang rasul. Sebagaimana disebutkan dalam surat Hud ayat 120:
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami
ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.
Artinya, kisah-kisah Nabi yang diceritakan
Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam al-Qur’an sebenarnya bertujuan untuk
menguatkan hati Rasulullah saw. Maka kisah tentang kehidupan Rasulullah saw
(sirah nabi) yang disebut-sebut dalam acara maulidurrasul berfungsi sebagai
peneguh hati (kita) umatnya. Bukankah hal ini sebuah kebaikan dan perlu
dilestarikan? []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar