Etika Politik dalam Al-Qur'an (22)
Inklusifisme Syari'ah
Oleh: Nasaruddin Umar
Sejak awal turunnya Al-Qur'an selalu memperkenalkan keutamaan nilai-nilai kemanusiaan. Syari'ah yang diperkenalkan kepada nabi Muhammad Saw juga sangat inklusif. Turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur membuktikan betapa Al-Qur'an sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun tidak ada yang bisa menghalangi Allah Swt menurunkan Al-Qur'an sekaligus tetapi memang terasa tidak manusiawi jika dalam waktu sekejap nilai-nilai luhur-universal yang sudah tertanam sekian lama tiba-tiba harus dicabut secara serentak.
Penerapan nilai-nilai Syari'ah Islam dikenal prinsip tadarruj, yaitu penerapan nilai-nilai secara berangsur tahap demi tahap (al-tadrij fi al-tasyri'). Selain itu juga dikenal dengan sedikit demi sedikit (taqlil al-taklif) hingga pada saatnya menjelma menjadi nilai-nilai yang utuh. Proses sosialisasinya pun berusaha menghindari kesulitan ('adam al-haraj). Keutuhan nilai-nilai universalitas Islam dicapai melalui sinergi antara nilai-nilai lokal dengan ajaran dasar Islam.
Dengan demikian, Islam dirasakan sebagai kelanjutan sebuah tradisi yang sudah
mapan di dalam masyarakat. Bukannya menghadirkan sesuatu yang serba baru
melalui penyingkiran nilai-nilai lokal. Bisa dibayangkan misalnya, bagaimana
nilai-nilai lokal Minangkabau yang matriarchal bisa menyatu dengan nilai-nilai
Islam yang cenderung patriarchal.
Jika di sana ada kelompok radikal berusaha mengembangkan Islam ekslusif, yang
kemudian menimbulkan kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan, maka di Indonesia
ada suguhan Islam inklusif, ditampilkan oleh orang-orang yang penuh kearifan,
memahami sumbstansi ajaran, dan dialektika perjuangan Nabi. Pemahaman Islam
secara inklusif selalu berusaha menampilkan Islam sebagai ajaran agama yang
penuh dengan kasih sayang (rahmah), tolerans (tasamuh), keadilan ('adalah),
menekankan aspek pertemuan, titik temu, dan perjumpaan (kalimah sawa');
bukannya menampilakan kekerasan (tasyaddud) dan terorisme (irhab).
Inklusifisme Syari'ah sesungguhnya juga ramah bagi lingkungan alam dan
lingkungan sosial. Islam yang bisa tegak di atas atau di samping nilai-nilai
lokal-kultural, Islam yang memberi ruang terhadap kearifan lokal. Bahkan Islam
yang mampu menjadi wadah peleburan (melting pot) terhadap pluralitas nilai dan
norma yang hidup di dalam masyarakat. Kehadiran Islam tidak mesti menyingkirkan
nilai-nilai lokal setempat. Meskipun Islam sarat dengan nilai-nilai universal
tetapi konsep universalitasnya tidak tertutup, melainkan terbuka.
Sejarah dunia Islam menunjukkan betapa indahnya perpaduan nilai-nilai Islam
yang bersifat universal dan budaya dan peradaban lokal. Satu Sama lain tidak
saling mengorbankan tetapi saling mengisi dan sangat menguntungkan untuk dunia
kemanusiaan. Amyata keduanya tidak perlu diperhadap-hadapkan karena nilai-nilai
universal Islam bersifat terbuka, dalam arti feleksibel dan dapat mengakomodir
berbagai nilai-nilai lokal. Bukti keterbukaan itu, Islam dapat diterima dari
Timbektu, ujung barat Afrika sampai Merauke, ujung Timur Indonesia.
Nabi Muhammad Saw mambangun peradaban Islam bukan memulai dari nol tetapi
bagaimana melestarikan yang sudah baik dan mengembangkan yang masih sederhana,
dan mengkreasikan sesuatu yang belum ada. Ini dipertegas dalam hadis Nabi:
Innama bu'itstu li utammi makarim al-akhlaq (Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak mulia). Tamma berarti menyempurnakan yang sudah ada dan
akhlaq ialah sebuah kreasi positif. Nilai-nilai lokal tidak perlu terancam
dengan kehadiran Islam. Ketegangan konseptual terjadi manakala nilai-nilia universal
dipahami secara kaku di satu sisih, sementara di sisi lain berhadapan dengan
fanatisme buta penganut nilai-nilai local. Dalam Islam hal ini dimungkinkan
karena penerapan nilai-nilai Islam tidak serta-merta harus dilakukan sekaligus.
Penyatuan kedua system budaya ini ternyata melahirkan sintesa kebudayaan yang
indah, misalnya lahirnya istilah" Adat bersendi Syara', Syara' bersendi
Kitabullah. []
DETIK, 13 Oktober 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar