Jumat, 12 Maret 2021

Nasaruddin Umar: Etika Politik dalam Al Qur'an (19) Menepati Perjanjian Damai

Etika Politik dalam Al Qur'an (19)

Menepati Perjanjian Damai

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Al Quran sangat melarang seseorang atau kelompok menghianati perjanjian yang telah disepakati, walau itu dengan kelompok agama lain. Di antara ayat itu ialah: Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya/Q.S. al-Isra'/17:34). Yata lain: Wahai orang_orang yang beriman penuhilah janji_jani itu (Q.S. Al- Maidah/5:1) dan banyak lagi ayat lainnya.

 

Nabi sendiri pernah menegakkan perjanjian di dalam suasana yang amat sulit di dalam Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian itu baru saja ditandatangani Nabi Bersama Suhail ibn Amru, pimpinan delegasi non-muslim Quraisy. Salah satu Perjanjian itu menyatakan jika umat Islam ditangkap di wilayah yang dikuasai non-muslim Quraisy maka ia harus ditahan dan kalau umat non-muslim Quraisy ditangkap maka harus segera dibebaskan ke negerinya. Belum bubar acara itu tiba-tiba salah seorang tawanan sahabat bernama Jandal ibn Suhail lari dari tahanan kaum Quraisy untuk meminta perlindungan Nabi. Namun ia lebih dahulu disergap oleh Suhail dan menamparnya di depan Nabi sambil mengatakan: Lihat orangmu ini Muhammad, baru saja kita menandatangani Perjanjian Damai sudah mau kabur. Nabi menjawab: Engkau benar wahai Suhail sambil memegang pemuda itu. Nabi meminta pemuda itu untuk kembali ditahan demi menaati perjanjian damai tadi. Pemuda itu berteriak: Wahai umat Islam yang hadir di sini, apakah kalian rela kalau aku diserahkan ke tangan mereka? Sahabat Nabi pada diam. Nabi melanjutkan perkataannya dengan mangatakan: Wahai Abu Jandal, kembalilah dan bersabarlah, Allah Swt akan memberikan jalan keluar untukmu bersama orang-orang yang bersamamu. Kami barui saja mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan kami telah berjanji untuk menaati mereka pedrjanjian itu dan tidak mungkin kami bisa melanggar perjanjian itu. Para sahabat terdiam menyaksikan pemandangan itu dan pasukan non-muslim Quraisy menyaksikan kuatnya komitmen Nabi terhadap apa yang telah dinyatakannya.

 

Nabi memberikan nasihat kepada para sahabatnya dan sekaligus kepada seluruh umatnya agar selalu menaati janji, sekalipun kepada musuh. Ia menegaskan agar umat Islam jangan munafik. Menurut beliau, ciri-ciri orang munafik itu ada empat, yaitu 1) Bila dipercaya ia khianat. 2) Bila bicara ia bohong. 3) Bila betrjanji ia tidak tepati. 4) Bila bersengketa ia curang. (HR. Bukhari-Muslim).

 

Al Quran juga telah memperingatkan agar orang-orang menempati janji ke dalam bentuk sebuah perumpamaan menarik, yaitu: Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan itu. (Q.S. al-Nahl/16: 92).

 

Ayat dan hadis di atas menunjukkan betapa agungnya pribadi Nabi. Ia bisa saja membela si pemuda itu tetapi karena nilai sebuah perjanjian, maka dengan berat hati ia mengembalikan sahabatnya untuk ditahan oleh kaum Quraisy. Ayat di atas juga sangat indah melukiskan bagaimana perumpamaan orang-orang begitu gampang berjanji tetapi begitu gampang juga mengingkari janjinya.

 

Tentu ini pelajaran berharga buat kita semua dan sekaligus Nabi mencontohkan bahwa menepati janji itu memang memerlukan pengorbanan dan pengertian yang mendalam. Namun setelah kita menepati janji, maka Tuhan pun tidak diam. Ia memberi berkah kepada orang-orang yang menempati janji. Tidak lama setelah peristiwa itu, orang-orang Quraisy melanggar janjinya. Akibatnya keadaan berbalik. Orang-orang non-muslim Quraisy ramai-ramai memeluk agama Islam. Tidak lama setelah itu kota Mekah direbut kembali (Fathu Makkah) tanpa setetes darah mengucur. []

 

DETIK, 10 Oktober 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar