Nabi Muhammad bertawaf di Ka’bah setelah Kota Makkah berhasil dibebaskan. Sambil bertawaf, Nabi Muhammad menghancurkan patung-patung yang berdiri di sekeliling Ka’bah dengan tongkat atau panahnya. Saat itu, kira-kira ada 360 berhala dan patung yang ada di sekitar Ka’bah.
Ketika membabat berhala-berhala itu, Nabi Muhammad sambil menyerukan QS. al-Isra ayat 81 secara berulang-ulang. Seketika itu, berhala dan patung itu hancur berantakan. “Kebenaran telah datang dan kebatilan telah hancur. Sesungguhnya kebatilan akan musnah selamanya,” kata Nabi. Hal itu kemudian diikuti oleh para sahabatnya. Selesai bertawaf, Nabi Muhammad melaksanakan shalat di Maqam Ibrahim. Dilanjutkan menuju ke sumur zam-zam dan meneguk airnya.
Pada saat itu, Utsman bin Thalhah adalah juru kunci Ka’bah. Dia lah yang memegang kunci Ka’bah. Nabi Muhammad kemudian memanggilnya untuk membuka Ka’bah. Namun beliau tidak langsung masuk ke Ka’bah karena di dalamnya masih banyak berhala dan gambar. Beliau kemudian memerintahkan para sahabatnya untuk membawa keluar berhala dan menghapus gambar yang ada di dinding Ka’bah.
Nabi Muhammad bersama Usamah, Bilal, dan Utsman bin Thalhah baru masuk ke dalam Ka’bah setelah tidak ada lagi berhala dan gambar di dalamnya. Satu riwayat beliau shalat dua rakaat di dalam Ka’bah, sementara riwayat lain menyebut beliau tidak shalat. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), setelah keluar dari Ka’bah, Sayyidina Ali bin Abi Thalib meminta kepada Nabi Muhammad agar memberikan kunci Ka’bah kepadanya.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Abbas bin Abdul Muthalib lah yang meminta kunci Ka’bah ketika Nabi Muhammad menerima kunci dari Sayyidina Ali di sumur zam-zam. Pada masa itu, Abbas adalah orang yang bertugas menyediakan air bagi pengunjung Ka’bah. Dengan meminta kunci Ka’bah, ia berharap bisa menggabungkan pengurusan Ka’bah dengan tugasnya itu.
Namun Nabi Muhammad menolak permintaan itu. Beliau kemudian mencari Utsman bin Thalhah untuk menyerahkan kunci Ka’bah, sambil melantunkan Al-Qur’an Surat an-Nisa ayat 58 yang baru saja diterimanya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.”
Pada saat menyerahkan kunci Ka’bah kepada Utsman bin Thalhah, Nabi Muhammad berucap: “Ini kuncimu wahai Utsman. Hari ini adalah hari kebajikan dan kesetiaan, ambillah ini (wahai Utsman beserta keturunanmu) selama-lamanya sepanjang masa, tidak ada yang merebutnya dari kalian kecuali dzalim atau penganiyaya.”
Demikian sikap tegas Nabi Muhammad tentang siapa yang berhak menjaga kunci Ka’bah. Beliau tetap memberikan kepada pihak yang berhak, meski ada kerabat dekatnya sendiri yang meminta kunci Ka’bah itu.
Di dalam buku Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim dijelaskan, dulu Suku Quraisy membagi tiga jabatan untuk memperbaiki pengelolaan kota Makkah. Pertama, al-Siqayah. Posisi yang tugasnya menyiapkan air dan kebutuhan pokok lainnya untuk mereka yang berziarah ke Ka’bah.
Kedua, al-Rafadah. Mereka bertugas untuk menyediakan akomodasi dan konsumsi bagi para jamaah yang datang ke Ka’bah. Ketiga, al-Sadanah. Jabatan ini bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan menjaga kunci Ka’bah. Qusai bin Kilab adalah orang yang ditugaskan untuk mengisi posisis ini ketika itu. Qusai kemudian menyerahkan kunci Ka’bah kepada anak pertamanya, Abdu al-Dar. Lalu, Abdul al-Dar menyerahkan kunci Ka’bah kepada anak pertamanya. Dan begitu pun cucu-cucunya, selalu menyerahkan kunci Ka’bah kepada anak pertamanya. Pada zaman Rasulullah, yang bertugas merawat Ka’bah dan memegang kuncinya adalah Utsman bin Thalhah.
Utsman bin Thalhah lalu mewariskan kunci Ka’bah itu kepada saudaranya, Syaibah. Hingga hari ini, kunci Ka’bah dipegang oleh anak cucu keturunan dari Bani Syaibah. Sampai hari ini, anak cucu keturunan dari Bani Syaibah bertanggung jawab untuk merawat Ka’bah, termasuk membuka dan menutupnya, membersihkan dan mencucinya, serta merawat Kiswah atau kelongsongnya.
Kunci Ka’bah sendiri sudah beberapa kali mengalami perubahan. Terakhir, kunci Ka’bah diperbaharui pada November 2013 lalu. Kini, kunci Ka’bah terbuat dari nikel. Panjangnya 35 cm dan dilapisi dengan emas 18 karat. Di Turki, ada sebuah museum yang menyimpan 48 kunci Ka’bah –dengan bentuk yang berbeda-beda- sejak era Kekaisaran Turki Usmani. Sementara di Arab Saudi ada dua replika kunci yang terbuat dari emas murni. []
(A Muchlishon Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar