Senin, 08 Maret 2021

Mengenang Syekh KH Muhadjirin Amsar, Ulama Produktif dari Betawi (2)

Masa Belajar Syekh KH Muhadjirin Amsar

 

Menginjak remaja dan selama di tanah air, KH Muhadjirin Amsar menuntut ilmu kepada kepada banyak guru. KH Muhadjirin Amsar berguru kepada ulama dari Tanah Betawi sampai Banten.

 

Kiai Muhadjirin Amsar menuntut ilmu kepada Guru Asmat (Kampung Baru, Cakung), H Mukhoyyar, Mu`allim H Ahmad, Mu`allim KH Hasbialloh (pendiri Yayasan Al-Wathoniyah), Mu`alim H Anwar, Muallim H Hasan Murtaha, Syekh Muhammad Tohir, Ahmad bin Muhammad murid dari Syekh Mansyur Al-Falaky, KH Sholeh Ma`mun (Banten), Syekh Abdul Majid, dan Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang).

 

Ilmu falak (astronomi) menjadi salah satu ilmu yang dikuasai oleh KH Muhammad Muhadjirin. Pada awalnya ia berguru kepada Syekh Ahmad bin Muhammad, salah seorang murid dari Syekh Mansyur Al-Falaky. Ilmu yang menuntut kecekatan mata dan kemampuan berhitung yang baik sesungguhnya telah lama menjadi daya tarik bagi KH Muhammad Muhadjrin.

 

Beberapa waktu kemudian, KH Muhadjirin pun belajar ilmu falak kepada Syekh Mansyur bin Abdul Hamid Al-Falaky. Sejak menguasai ilmu falak, ia telah melakukan praktik melihat awal bulan (ru’yatul hilal) di kampung halamannya, Kampung Baru, sebuah wilayah yang saat itu sangat strategis untuk menantikan munculnya bulan (hilal).

 

Posisi di pematang sawah merupakan posisi tepat dan strategis yang ditemukan oleh Syekh KH Muhadjirin setelah sebelumnya beberapa kali tidak berhasil melihat bulan (hilal) karena posisi yang tidak tepat. Pelaksanaan ru’yatul hilal di Kampung Baru dimulai sejak tahun 1936 yang dipimpin oleh KH Muhadjirin.

 

Mulai tahun 1947 pelaksanaan rukyatul hilal diteruskan oleh murid-muridnya yang tidak lain merupakan adik-adik sepupunya, yaitu KH Abdul Hamid, KH Abdul Halim, KH Abdullah Azhari, KH Abdul Salam. Hal ini disebabkan KH Muhammad Muhadjirin telah memutuskan untuk berangkat ke Mekkah guna menuntut ilmu.

 

Pada awalnya pelaksanaan ru’yatul hilal di Kampung Baru hanya dilaksanakan sebanyak 6 kali setiap tahunnya, mulai bulan Rajab hingga Dzulhijjah. Namun apabila dianggap perlu pelaksanaan rukyatul hilal dilakukan setiap bulannya selama 7 tahun berturut-turut. Dan itu pernah dilakukan.

 

Revolusi kemerdekaan negara Indonesia menghadapi kembalinya penjajah Belanda yang membonceng tentara Sekutu. Revolusi menandai keberangkatan KH Muhadjirin ke tanah suci Makkah. Keberangkatannya untuk memperdalam ilmu agama sesungguhnya merupakan ikhtiar yang berkelanjutan untuk terus memuaskan dahaga akan ilmu agama.

 

Bahkan salah seorang gurunya pernah mengatakan kepadanya bahwa keberangkatan ke Makkah sekadar untuk menjaga ”ketajaman pisau” yang telah dimiliki oleh Syekh KH Muhammad Muhadjirin. Meskipun demikian, ia berpandangan bahwa Makkah dan Madinah merupakan pusat ilmu agama yang idealnya patut dikunjungi untuk menggali ilmu pengetahuan agama.

 

KH Muhadjirin melanjutkan pendidikan formalnya di Darul Ulum Ad-Diniyah, Makkah Al-Mukarramah, Arab Saudi dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1955. Selama di Makkah, ia juga mengikuti pendidikan di Masjidil Haram dan setiap musim panas di Masjid Nabawi.

 

Sumbangan pemikirannya yang paling berharga adalah dalam hal ilmu falak. Ia membuat teknologi dan tempat rukyatul hilal sendiri untuk melihat penampakan hilal (bulan sabit pertama) sesaat sesudah matahari terbenam sebagai tanda dimulainya hari pertama dari bulan-bulan dalam kalender hijriyah atau untuk menentukan hari raya, seperti Idul Fithri dan Idul Adha.

 

Pelaksanaan rukyatul hilal dengan alat buatannya, terutama untuk menentukan awal Ramadhan, Idul Fithri, dan Idul Adha dilakukan bersama rekan-rekannya selama bertahun-tahun bertempat di Gedung Lajnah Falakiyah, Cakung, Jakarta Timur. Hasil pengamatannya lambat laun menjadi rujukan banyak pihak, terutama umat Islam yang berada di sekitar Cakung dan Bekasi.

 

Bahkan pada bulan Februari 2002, penetapan awal bulan Dzulhijah 1422 H untuk menentukan Idul Adha pada sidang itsbat yang dipimpin Menteri Agama Prof Dr KH Said Agil Husin Almunawar di Departemen Agama, Jakarta, dan dihadiri anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama, wakil-wakil dari organisasi massa Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan instansi terkait seperti Badan Meteorologi dan Geofisika, Dinas Hidro Oceanografi Mabes TNI Angkatan Laut, dan Planetarium Jakarta.

 

Sidang itsbat kali itu didasarkan pada hasil rukyatul hilal Tim Cakung (santri-santri binaan Syekh KH Mohammad Muhadjrin Amsar Ad-Dary). Yang mengagumkan, hasil rukyatul hilal Tim Cakung ini sesuai dengan hasil hisab yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau ormas Islam, antara lain Almanak Menara Kudus, Almanak Muhammadiyah, Persis dan Al Irsyad, kalender Ummul Qura Makkah, Kalender PBNU, dan Kalender DDII.

 

Setelah Kiai Muhadjirin wafat pada tanggal 31 Januari 2003, Tim Cakung yang setia mengikuti ajaran falaknya tetap eksis dan masih menjadi rujukan di tingkat lokal maupun nasional. Selain itu, Gedung Lajnah Falakiyah, Cakung diakui sebagai salah satu dari Pos Observasi Bulan (POB) di Indonesia.

 

Kiai Muhadjirin adalah salah seorang ulama Betawi yang produktif dalam menulis di berbagai bidang disiplin ilmu keislaman dengan bahasa Arab dengan jumlah keseluruhan berjumlah 34 kitab, tetapi yang sempat saya catat sekitar 31 kitab. Kitab-kitabnya adalah sebagai berikut:

 

a. Mishbāh Az-Zulām syarah Bulūgh al-Marām sebanyak 8 Juz (kitab fiqih).

b. Idhahy Maurud sebanyak 2 Juz (kitab ushul fiqih).

c. Fan al-Muthāla`ah sebanyak 3 Juz (kitab lughah/tata bahasa).

d. Qawā’id an-Nahwiyah sebanyak 2 Juz (kitab lughah/tata bahasa).

e. Mahfūzhat (kitab lughah/tata bahasa).

f. Al-Bayān (kitab balaghah/sastra).

g. Mukhtārat Al-Balāghah (kitab balaghah/sastra).

h. Malkhash at-Ta`līqat`alā Matan al-Jauharah (kitab tauhid).

i. Syarah Talī`qat `alā Matan al-Jauharah (kitab tauhid).

j. Taysīr al-Wushūl fī `Ilmi al-Ushūl (kitab ushul fiqih).

k. Istikhrāj al-Furū` `alā al-Ushūl (kitab ushul fiqih).

l. Khilāfiyah (kitab ushul fiqih).

m. Falsafah At-Tasyri` (kitab ushul fiqih).

n. Ma`rifah Turuq Al-Ijtihad (kitab ushul fiqih).

o. Takhrīj Al-Furū` `alal Ushūl (kitab ushul fiqih).

p. Al-Qaul Al-Hatsīts Musthalah Al-Hadīts (kitab musthalah al-hadits).

q. Ta`līqat `Alā Matan Al-Bayquni (kitab mustholah al-hadits).

r. Al-Istidzkār fī Taqyīd Mā Lā Budda min Thalā`ah Al-Anwār (kitab musthalah al-hadits).

s. Al-Mudārik fī Al-Manthiq (kitab ilmu manthiq).

t. An-Nahj Al-Mathlūb ilā Al-Manthiq Al-Marghūb (kitab ilmu manthiq).

u. Al-Qaul Al-Fā`id fī Ilm Al-Farā’id (kitab ilmu waris/faraid).

v. Mar`ah Al-Muslimīn (kitab tarikh).

w. Al-Mantakhab min Tārikh Daulah Banī Umayyah (kitab tarikh).

x. Tārikh Al-Adab Al-`Araby (kitab tarikh).

y. Tārikh Muhammad Rasūlillah wa Al-Khulafa Ar-Rasyidīn (kitab tarikh).

z. At-Tanwīr fi Ushūl At-Tafsīr (kitab ushul tafsir).

 

aa.Tanbīq Al-Āyah bi Al-Hadīts (kitab ushul tafsir).

bb.Qawā`id Al-Khams Al-Bahiyyah (kitab qawaid fiqih).

cc.As-Saqāyah Al-Mar`iyah fī Al-Bahts wa Al-Munāzharah (kitab adab).

dd.Al-Qur`ū As-Sam`u Fi Al-Wudhū` (kitab fiqih bab wudhu).

ee.At-Ta`ārruf fi At-Tasawwuf (kitab tasawwuf).

 

KH Muhammad Muhadjirin menikah dengan Hj Hannah. Keduanya dikaruniai delapan anak, yaitu Hj Faiqoh Muhadjirin, H Muhammad Ihsan Muhadjirin, H Ahmad Zufar, Hj Badi`ah Muhadjirin, Hj Farhah Muhadjirin, Hj Rufaida Muhadjirin, H Dhiya Al-Maqdisi Muhadjirin, dan H Muhammad Aiz Muhadjirin. (bersambung...)

 

(Rakhmad Zailani Kiki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar