Jumat, 12 Maret 2021

(Hikmah of the Day) Mukjizat Al-Qur’an: Dahsyatnya Penciptaan Lalat

Menurut orang-orang, lalat itu hewan kotor, jijik, dan jadi biang penyakit. Namun, mengapa di balik sosoknya yang kotor itu, Allah tak ragu membuat perumpamaan dengannya, sebagaimana dalam ayat, “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu” (QS Al-Hajj [22]: 73).

 

Bahkan, selain membuat perumpamaan, Allah juga menantang dan melemahkan tuhan-tuhan selain Dzat-Nya yang biasa diseru manusia, walau hanya menciptakan makhluk yang kotor, jorok, dan menjijikkan itu.

 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَابًا وَّلَوِ اجْتَمَعُوْا لَهٗ ۗوَاِنْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنْقِذُوْهُ مِنْهُۗ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوْبُ

 

“Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah” (QS Al-Hajj [22]: 73).

 

Hati-hatilah, jangan sampai pandangan remeh kita memalingkan kita untuk merenung dan bertafakur terhadap ayat-ayat Allah yang ada di dalamnya. Sebab, tanda kuasa, keagungan, dan keajaiban-Nya selalu ada di balik ciptaan-ciptaan-Nya.

 

Mari kita renungkan sekali lagi, Allah saja tak gengsi menyebut makhluk kecil itu sebagai perumpamaan.

 

Bila tubuh lalat diperbesar sampai 100 kali, sehingga terlihat jelas detail dan organ tubuhnya, begitu pula kemampuannya, maka siapa pun yang melihat akan tercengang. Makhluk yang dipandang lemah, jijik, dan kotor itu, ternyata memiliki kemampuan bermanuver luar biasa yang tidak sanggup ditandingi oleh kapal perang terbesar dan tercanggih sekalipun. Ia mampu terbang dengan cepat untuk makhluk seukuran tubuhnya. Ia mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan gesit. Per detiknya, ia mampu mengepakkan sayap 200 hingga 400 kali. Tak heran jika ia mampu mengecoh pihak yang mengejarnya. Sungguh canggih bukan? Sampai pesawat tercanggih pun tak mampu menandingi kecepatannya. Pantas Allah berfirman, “Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya kembali darinya. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah” (QS Al-Hajj [22]: 73).

 

Yang lebih mengundang perhatian adalah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Melalui riwayat Abu Hurairah, beliau menyabdakan:

 

إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّ فِي إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالأُخْرَى شِفَاءً

 

Artinya, “Jika lalat jatuh di minuman salah seorang dari kalian, maka benamkanlah lalat tersebut, kemudian angkat kembali. Sebab, dalam salah satu sayapnya ada penyakit, sedangkan pada sayap lainnya terdapat obatnya.”

 

Dunia sains modern menguatkan kebenaran hadits tersebut. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pada salah satu sayap lalat terdapat zat penangkal kuman dan berbagai macam mikroba. Sehingga ketika ada sejumlah kuman, mikroba, atau bakteri jahat menempel pada sayap atau kaki-kaki lalat, dan lalat tersebut hinggap di sebuah benda cair, maka tenggelamkanlah sayap atau bagian tubuh lainnya. Sebab, di samping satu sayapnya yang membahayakan, terdapat sayap lain yang menjadi penawar dan penangkalnya.

 

Kemudian, penelitian lain menyebutkan, dalam tubuh lalat bahkan terdapat lebih dari 500 juta kuman. Ia biasa hinggap di tempat kotor, sehingga ketika hinggap di tempat bersih, maka besar kemungkinan ia hanya memindahkan kotoran yang ada pada tubuhnya. Maha benar Allah yang telah memfirmankan ayat 73 dalam Surat al-Hajj itu.

 

Lalat juga dikenal sebagai serangga yang cepat perpindahannya. Jika hari ini ia berada di meja makan kita, maka pada hari kedua ia mampu berada di tempat sejauh 10 kilometer. Setiap sepuluh hari, ia mampu melahirkan generasi atau lalat dewasa.

 

Selanjutnya, hal yang nyaris kita tidak percaya adalah jumlah sarafnya yang menyerupai jumlah saraf yang ada pada manusia. Kemudian matanya sangat kuat, dan penglihatannya sangat tajam. Ia juga memiliki daya tangkap yang sangat tinggi. Uniknya, ia juga bisa marah besar bila terancam bahaya. Ia pun bisa belajar dan merasakan rasa sakit. Uniknya lagi, ia memiliki daya ingat cukup baik. Padahal, berat otaknya sangat kecil. Bila satu gram dibagi satu juta bagian, maka berat otaknya hanya satu bagiannya. Meski demikian, ia mampu bekerja dengan cermat.

 

Tak hanya itu, lalat juga memiliki lebih dari 100 ribu jenis. Salah satunya adalah lalat pemangsa. Ada pula jenis lalat seperti lebah yang menghisap madu atau minuman manis. Ada pula jenis lalat yang membuat buah seperti arak.

 

Sungguh walau seluruh makhluk pada zaman puncak kejayaan sainsnya bersatu untuk mampu menciptakan lalat, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya, Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya kembali darinya. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah, (QS Al-Hajj [22]: 73).

 

Bagaimana pula hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hakikat ini? Apakah beliau memiliki alat analisis? Apakah pada zaman itu sudah ada alat canggih seperti mikroskop? Bayangkan, 15 abad yang lalu, beliau bersabda, “Jika lalat jatuh di minuman salah seorang dari kalian, maka benamkanlah lalat tersebut, kemudian angkat kembali. Sebab, dalam salah satu sayapnya ada penyakit, sedangkan pada sayap lainnya terdapat obatnya,” (lihat: Al-I‘jaz Al-‘Ilmi, jilid 2, hal. 232).

 

Sungguh itu wahyu yang diwahyukan, sekaligus sunah yang pasti sumber dan maknanya. Siapa pun yang mengingkarinya, maka ia akan terjatuh pada kekufuran. Marilah kita cermati ayat-ayat Allah yang terhampar di alam semesta, sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya, “Katakanlah, ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Namun, tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman’,” (QS Yunus [10]: 101).

 

Wallahu a’lam. []

 

(M. Tatam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar