“Mungkin aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian setelah tahun ini dan aku tidak akan berhaji lagi setelah tahun ini,” kata Nabi Muhammad di hadapan para sahabatnya saat haji wada’ pada tahun ke-10 Hijriyah.
Nabi Muhammad merasakan sakit pada kepalanya setelah menghadiri penguburan jenazah di kuburan Baqi'. Kejadian itu terjadi pada hari Senin di akhir bulan Safar tahun ke-10 Hijriyah dan dinilai sebagai awal mula sakit yang diderita Nabi Muhammad sebelum wafat. Adalah istrinya, Sayyidah Aisyah, yang menceritakan hal tersebut. Semula Sayyidah Aisyah mengeluh kepada Nabi Muhammad kalau kepalanya sakit. Kepada Sayyidah Aisyah, Nabi Muhammad kemudian mengaku kalau kepalanya juga sakit.
Menurunnya kondisi kesehatan Nabi Muhammad juga dipengaruhi oleh efek racun dalam daging domba hadiah Zainab binti al-Harits setelah Perang Khaibar lalu atau akhir tahun ke-6 H. Zainab binti al-Harits adalah salah satu Yahudi Khaibar yang tidak terima dengan hasil perang Khaibar. Ia tidak rela dengan kaum Muslim karena telah membunuh orang-orang terkasihnya. Ia mencari berbagai macam cara untuk membalas dendam dan membunuh Nabi Muhammad.
Ia kemudian berpura-pura memberikan hadiah makanan kesukaan Nabi Muhammad, daging domba panggang. Naasnya, hidangan tersebut ditaburi dengan racun yang paling mematikan. Nabi Muhammad bersama para sahabat memakan domba panggang tersebut dengan lahap. Hingga ketika hendak menyantap bagian paha depan, Nabi Muhammad baru menyadari kalau hidangan itu mengandung racun setelah melihat kaki domba. Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Muhammad diberi tahu oleh tulang domba yang berada di tangannya (setelah mendapatkan wahyu Allah) kalau makanan itu beracun.
Nabi Muhammad beserta pasukan umat Islam pergi ke Khaibar. Beliau meminta penduduknya menyerah karena sebelumnya diketahui kalau Khaibar dijadikan tempat konsolidasi untuk menyerang Madinah. Penduduk Khaibar yang mayoritas kaum Yahudi menolak seruan Nabi Muhammad.
Kondisi kesehatan Nabi Muhammad semakin menurun beberapa bulan setelah kepalanya sakit usai dari Baqi'. Beliau menderita sakit yang cukup parah sehingga membuat para keluarga dan sahabatnya bersedih dan khawatir. Mereka tidak rela kalau Nabi Muhammad akan secepat itu meninggalkannya.
Meski sudah sakit parah, Nabi Muhammad masih tetap menjadi imam shalat lima waktu. Merujuk buku Sirah Nabi (Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, 2012), pada hari-hari terakhirnya Nabi Muhammad hendak pergi ke masjid untuk mengimami Shalat Isya. Namun karena kondisinya yang tidak memungkinkan, beliau akhirnya pingsan. Setelah bangun, beliau berupaya untuk berangkat ke masjid lagi. Namun Lagi-lagi pingsan. Hal ini berlangsung hingga tiga kali.
Akhirnya Nabi Muhammad meminta Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq untuk menjadi imam shalat, menggantikan posisis beliau yang tidak sanggup mengimami lagi. Maka sejak saat itu, Sayyidina Abu Bakar menjadi imam shalat di Masjid Nabawi. Total ada 17 shalat dimana Sayyidina Abu Bakar menjadi imam dan Nabi Muhammad masih hidup.
Pada hari terakhir, Nabi Muhammad merasakan kalau kondisinya membaik. Demam yang menyergap tubuhnya selama ini menjadi reda. Beliau kemudian menuju ke masjid untuk mengerjakan Shalat Shubuh. Sebagaimana keterangan dalam buku Tarikh Muhammad saw: Teladan Perilaku Umat (Tahia al-Ismail, 1996), Nabi Muhammad dibopong Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan al-Fadhl bin Abbas ketika hendak menuju masjid.
Para sahabat gembira sekali ketika melihat kondisi Nabi Muhammad yang membaik sehingga bisa datang ke masjid. Sayyidina Abu Bakar yang sudah mengambil posisi imam shalat hendak mundur setelah melihat kedatangan Nabi Muhammad. Ia mempersilahkan Nabi Muhammad untuk mengimami Shalat Shubuh, namun Nabi Muhammad tidak berkenan. Beliau meletakkan tangannya di pundak Sayyidina Abu Bakar dan memintanya tetap menjadi imam shalat. Dan Shalat Shubuh ini menjadi shalat terakhir Nabi Muhammad bersama para sahabatnya. Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu atau Ahad di hari-hari terakhir wafatnya Nabi.
Setelah shalat, Nabi Menyampaikan ceramah. Para sahabat duduk mengelilingi Nabi Muhammad dan mendengarkan ceramah dengan seksama. Kata Nabi Muhammad, “Api terus berkobar dan godaan datang seperti potongan-potongan malam yang gelap. Aku tidak menghalalkan kecuali yang dihalalkan oleh Al-Qur’an dan aku tidak akan mengharamkan kecuali yang diharamkan oleh Al-Qur’an.”
“Sepeninggalku kalian akan banyak berselisih. Apa saja yang sesuai dengan Al-Qur’an itu berasal dariku, apa saja yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an itu bukan dariku,” lanjut Nabi Muhammad.
Kemudian pada hari Senin waktu shubuh Nabi Muhammad menyingkap biliknya. Beliau melihat Sayyidina Abu Bakar mengimami Shalat Shubuh di masjid dan memperhatikan para jamaah. Ia kemudian tersenyum.
Mengetahui hal itu, Sayyidina Abu Bakar hendak mundur ke belakang di shaf makmum. Ia mengira Nabi Muhammad akan menuju ke masjid dan mengimami mereka. Namun, Nabi Muhammad memberikan isyarat agar Sayyidina Abu Bakar menyempurnakan shalatnya. Beliau kemudian menutup biliknya dan masuk kembali ke dalam kamar. Setelah kejadian itu, Nabi Muhammad tidak memperoleh kesempatan untuk melaksanakan shalat lagi karena ajalnya sudah datang. []
(A Muchlishon Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar