Adzan merupakan panggilan bagi kaum Muslimin untuk menunaikan shalat fardhu. Pada umumnya adzan dikumandangkan dari masjid atau mushala lewat pengeras suara atau langsung tanpa sarana teknologi. Orang yang mengumandangkan adzan disebut muadzin. Adzan harus dilafalkan dalam bahasa Arab. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah ulama dari kalangan mazhab Hanafiyah, Hanabilah, dan Syafi’iyah.
Adapun bacaan adzan selengkapnya adalah sebagai berikut:
(٢x) اَللهُ أَكْبَرُ،اَللهُ أَكْبَرُ
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar (2x)
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
(٢x) أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ
Asyhadu allâ ilâha illallâh. (2x)
(Aku Bersaksi Tiada Tuhah selain Allah)
(٢x) اَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh. (2x)
(Aku bersaksi sesugguhnya Muhammad adalah utusan Allah)
(٢x) حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
Hayya 'alash shalâh (2x)
(Marilah laksanakan shalat)
(٢x) حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
Hayya 'alal falâh. (2x)
(Marilah menuju kepada kejayaan.)
(١x) اَللهُ أَكْبَرُ ،اَللهُ أَكْبَرُ
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
(١x) لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ
Lâ ilâha illallâh (1x)
(Tiada Tuhan selain Allah)
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudhâharah wal Muwâzarah (Dar Al-Hawi, 1994, hal. 94) memberikan petunjuk tentang bacaan-bacaan apa yang sebaiknya kita ucapkan pada saat dan setelah adzan dikumandangkan oleh muadzin sebagai berikut:
وإذا سمعت المؤذن فقل مثل ما يقول إلا في الحيعلتين فقل: "لا حول ولا قوة إلا بالله" وفي التثويب صدقت وبررت، فإذا فرغت من جوابه فصل على النبي صلى الله عليه وسلم.
Artinya: “Dan apabila Anda mendengar suara adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin kecuali ketika ia mengucapkan: حَیَّ عَلَی الصَّلاةِ dan .حَیَّ عَلی الفَلٰاحِ Sebagai jawabannya, ucapkanlah لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ. “Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi.” (Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah). Demikian pula ketika mendengar seruannya: اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ “Ash-shalatu khairun minan naum.” (Shalat lebih baik dari pada tidur) pada adzan Shubuh, ucapkanlah: صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ “Shadaqta wa bararta.” (Engkau benar dan engkau telah berbuat kebajikan). Selesai itu, bacalah shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Dari kutipan di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, tirukanlah persis sama bacaan-bacaan yang diucapkan muadzin segera setelah ia selesai mengumandangkan adzan mulai dari اللّهُ أَکْبَرُ، اللّهُ أَکْبَرُ lalu أَشْهَدُ أَنْ لا إِلٰهَ إلّا اللّهُ dan أَشْهَدُ أَنْ لا إِلٰهَ إلّا اللّهُ hingga أَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللّهِ , masing-masing diucapkan sebanyak dua kali.
Kedua, ketika muadzin selesai mengumandangkan: حَیَّ عَلَی الصَّلاةِ dan حَیَّ عَلی الفَلٰاحِ, ucapkanlah: "لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ"“Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi.” (Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah) setelah masing-masing bacaan itu.
Ketiga, pada adzan Shubuh muadzin menambahkan kedua bacaan di atas (poin kedua) dengan bacaan: اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ “Ash-shalatu khairun minan naum.” (Shalat lebih baik dari pada tidur). Ucapkanlah صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ “Shadaqta wa bararta.” (Engkau benar dan engkau telah berbuat kebajikan)” setelah bacaan tersebut.
Keempat, tirukanlah persis sama bacaan-bacaan yang diucapkan muadzin segera setelah ia selesai mengumandangkan dari اللّهُ أَکْبَرُ، اللّهُ أَکْبَرُ dan لا إِلٰهَ إلّا اللّهُ sebagai penutup adzan.
Kelima, setelah adzan selesai dikumandangkan, ucapkanlah shalawat untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang berbunyi: اللهم صل على سيدنا محمد “Allahumma shalli ‘ala sayyidana Muhammad.” (Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Muhammad).
Selanjutnya Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad menjelaskan begitu adzan selesai dikumandangkan kita sebaiknya segera membaca shalawat dan kemudian ditutup dengan membaca doa sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةْ وَالصَّلاةِ القَائِمَةْ آتِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدَنِ اْلوَسِيْلَةَ وَاْلفَضِيْلَةْ وَابْعَثْهُ مَقَاماً مَحْمُوْدًا اَّلذِيْ وَعَدْتَهْ
"Allâhumma rabba hâdzihid da'watit tâmmah, washshalâtil qâ-imah, âti sayyidana muhammadanil washîlata wal fadhîlah, wab'atshu maqâmam mahmûdanil ladzî wa'adtah.”
Artinya: “Wahai Tuhanku, yang memiliki seruan sempurna ini serta shalat yang segera akan dilaksanakan, berilah kepada Junjungan kami Nabi Muhammad kedudukan sebagai wasilah serta kemuliaan dan bangkitkanlah ia dalam kedudukan yang terpuji sebagaimana telah Engkau janjikan.”
Demikianlah bacaan-bacaan yang sebaiknya kita ucapkan pada saat dan setelah adzan dikumandangkan oleh muadzin. Artinya begitu adzan dikumandangkan kita sebaiknya mendengarkannya dengan baik dan kemudian memberikan jawaban dengan bacaan-bacaan tertetu sebagaimana telah diuraikan di atas. Jumhur ulama berpendapat bahwa menjawab adzan hukumnya sunnah berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Sayyidina Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, sebagai berikut:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا قال المؤذن الله أكبر الله أكبر فقال أحدكم الله أكبر الله أكبر ثم قال أشهد أن لا إله إلا الله قال أشهد أن لا إله إلا الله ثم قال أشهد أن محمدا رسول الله قال أشهد أن محمدا رسول الله ثم قال حي على الصلاة قال لا حول ولا قوة إلا بالله ثم قال حي على الفلاح قال لا حول ولا قوة إلا بالله ثم قال الله أكبر الله أكبر قال الله أكبر الله أكبر ثم قال لا إله إلا الله قال لا إله إلا الله من قلبه دخل الجنة
Artinya: “Rasulullah shallallahu a’aihi wa sallam bersabda: ‘Jika muadzin mengucapkan, ‘Allâhu akbar Allâhu akbar’ lalu ada orang yang menjawab ‘Allâhu akbar… Allâhu akbar’, kemudian muadzin mengucapkan, ‘Asyhadu allâ ilâha illallâh’, lalu orang itu menjawab, ‘Asyhadu allâ ilâha illallâh’, kemudian muadzin mengucapkan, ‘Asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh’, lalu orang itu menjawab, ‘Asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh’, kemudian muadzin mengucapkan, ‘Hayya 'alash shalâh’, lalu orang itu menjawab, ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi’, kemudian muadzin mengucapkan, ‘Hayya 'alal falâh’. Lalu orang itu menjawab: ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhi’, kemudian muadzin mengucapkan, ‘Allâhu akbar Allâhu akbar’, lalu ada orang yang menjawab, ‘Allâhu akbar Allâhu akbar’, kemudian muadzin mengucapkan, ‘Lâ ilâha illallâh’, lalu orang itu menjawab, ‘Lâ ilâha illallâh’ dari lubuk hatinya, maka orang tersebut akan masuk surga.”
[]
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar