Kata ‘al-habib’ dalam Qashidatul Burdah dapat ditemukan pada larik “Hual habîbulladzî turjâ syafâ’atuhû/li kulli haulin minal ahwâli muqtahimi.” Sebagian orang membacanya muqatahami. Sebelum melihat varian arti kata ‘al-habib’, ada baiknya dikutip larik tersebut dan terjemahannya.
هُوَ الحَبيبُ الذي تُرْجَى شَفاعَتُهُ ** لِكُلِّ هَوْل من الأهوال مُقْتَحِمِ
Artinya, “Dialah al-habib, sang kekasih yang diharapkan syafaatnya/bagi setiap huru-hara yang menyergap tiba-tiba.”
Kata ‘al-habib’ pada larik di sini merujuk pada kata ‘Muhammadun' pada 'Muhammadun sayyidu kaunaini was tsaqalain’ atau ‘Nabiyyuna' pada 'Nabiyunal amirun nahi’ yang terdapat pada larik sebelumnya. Ke mana pun rujukan tekstualnya, kata ‘al-habib’ di sini merujuk pada sosok pribadi Nabi Muhammad SAW.
Syekh Ibrahim Al-Baijuri menyebutkan sejumlah varian arti kata ‘al-habib’, sang kekasih, sebagai berikut ini:
الضمير راجع لمحمد أو لنبينا والحبيب إما بمعنى محبّ فيكون اسم فاعل أو بمعنى محبوب فيكون اسم مفعول. وعلى كل فالمراد هو الحبيب لله أو لأمته لأنه أعظم محبّ لله وأفضل محبوب له وهو أيضا محبّ لأمته ومحبوب لها إذ من شرط كمال الإيمان أن يكون أحبّ من المال والولد والنفس
Artinya, “Dhamir atau kata ganti (hual habib) merujuk pada kata ‘Muhammadun’ atau kata ‘Nabiyunal amiru’. Kata ‘al-habib’ bisa jadi bermakna orang yang mencintai, berarti dibaca sebagai ism fa‘il, tetapi bisa jadi bermakna orang yang dicintai, berarti dibaca sebagai ism maf‘ul. Tetapi dibaca apapun, yang dimaksud dengan kata itu adalah orang yang mencintai Allah atau mencintai umatnya karena Rasulullah adalah orang yang paling mencintai Allah dan paling dicintai oleh-Nya. Rasulullah SAW juga orang yang sangat mencintai umatnya dan dicintai oleh umatnya karena syarat kesempurnaan iman umatnya adalah mencintai Rasulullah SAW melebihi harta, anak, bahkan diri mereka sendiri,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 22).
Salah satu varian arti kata ‘al-habib’ atau sang kekasih adalah orang yang seharusnya paling dicintai di muka bumi ini dibandingkan siapapun. Rasulullah SAW harus menjadi orang pertama yang dicintai oleh umat Islam. Bahkan cinta kepada Rasulullah SAW menjadi syarat kesempurnaan iman seorang Muslim. Hal ini tercatat dalam riwayat hadits yang sangat terkenal berikut ini:
فقد قال عمر رضي الله عنه لرسول الله صلى الله عليه وسلم لأنت أحبّ إليّ من مالي وولدي والناس أجمعين دون نفسي فقال له عليه الصلاة والسلام لا يكمل إيمانك حتّى أكون أحبّ إليك من نفسك التى بين جنبيك فقال عمر رضي الله عنه لأنت أحب إليّ من نفسي فقال له عليه الصلاة والسلام قد كمل إذا إيمانك وهذا ترق لسيّدنا عمر في الحال ببركته صلى الله عليه وسلم
Artinya, “Sayyidina Umar RA pernah berkata kepada Rasulullah, ‘Kau lebih kucintai daripada hartaku, anakku, dan seluruh manusia, kecuali diriku sendiri.’ ‘Keimananmu belum sempurna sehingga aku lebih kaucintai dibandingkan dirimu sendiri yang berada di antara sisi kanan-kirimu,’ jawab Rasulullah. Sayyidina Umar RA menjawab ‘Kau lebih kucintai melebihi diriku sendiri.’ ‘Kalau demikian, keimananmu telah sempurna,’ jawab Rasulullah SAW. Seketika derajat keimanan Sayyidina Umar RA meningkat sebab keberkahan Rasulullah SAW,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 23).
Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shabihi ajma'in. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar