Jumat, 26 Februari 2021

Buya Syafii: Muhammadiyah Cabang Babat yang Sulit Ditandingi

Muhammadiyah Cabang Babat yang Sulit Ditandingi

Oleh: Ahmad Syafii Maarif

 

Bermula dari kiriman gambar RS Muhammadiyah Cabang Babat oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, awal Februari 2021, saya melacak lebih jauh berdasarkan informasi Ketua Cabang H Abdul Ghoffar MM, tentang gambaran lebih utuh cabang ini.

 

RS bertingkat lima itu, untuk ukuran cabang jumlahnya amat sedikit, mungkin malah satu-satunya di Indonesia. Juga fenomena cabang yang punya RS itu sangat langka. Ada apa dengan cabang ini, berani-beraninya membangun RS dengan dana hampir Rp 100 miliar itu?

 

Artikel saya tentang cabang Muhammadiyah berprestasi di Republika ini adalah yang ketiga sesudah Gombong dan Sruweng di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Ketiganya mempunyai amal usaha kompetitif, termasuk RS.

 

Babat, sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sudah dikenal sejak zaman Majapahit, delapan abad silam. Luasnya 6.375.475 ha. Lokasinya sekitar 30 km dari pusat kota, di persimpangan jalur Surabaya-Bojonegoro-Cepu-Jombang-Tuban.

 

Ada 27 cabang Muhammadiyah di kabupaten itu dengan tingkat kemajuan bervariasi. Sudah sekitar 1924, Muhammadiyah bertapak di Babat, dipelopori Mochammad Shaleh (keturunan Madura), santri KH Mas Mansur, ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, 1937-1946.

 

Pengurus dan anggota Muhammadiyah di Babat umumnya petani, pedagang, PNS, dan wiraswasta. Sampai 2020, tercatat anggota yang punya KTAM (kartu tanda anggota Muhammadiyah) sejumlah 2.141 orang.

 

Tentu mereka dalam kategori simpatisan lebih banyak lagi. Saat saya sampaikan kepada ketua cabang via WA agar anggota jangan sampai ada yang serba kekurangan, jawabannya berikut ini (kutipan sedikit diedit tanpa mengubah substansi):

 

“Kami setiap Jumat Wage ada pengajian pimpinan AUM (amal usaha Muhammadiyah). Dan sebelum dimulai, ada santunan berupa biaya untuk sekolah anak yang tidak mampu. Dan setiap Jumat Kliwon juga diadakan pengajian pimpinan di ranting-ranting. Dan sebelum pengajian, ada santunan berupa bahan makanan untuk dhuafa di ranting tersebut.

 

Selain itu, ada bakti sosial, berupa pengobatan gratis, khitanan gratis. Saat Covid-19 ini, setiap warga yang terpapar kami perhatikan makan keluarganya, di samping pengobatan.”

 

Terhadap jawaban itu, saya beri komentar pendek, “Ini praktik ajaran Islam di tingkat akar rumput. Selamat, saya bangga sekali.”

 

Dari sisi amal usaha, Cabang Babat mempunyai 17 masjid, 10 mushola, 23 TPQ (taman pendidikan Alquran), dua madrasah diniyah, 12 TK, 12 kelompok bermain, dua SD, enam madrasah ibtidaiyah, dua SMP, satu SMA, satu SMK, dua panti asuhan yatim, satu pondok pesantren, dua rumah sakit, satu BTM (baitut tamwil Muhammadiyah), satu KKM (Kesejahteraan Keluarga Muhammadiyah), satu Perumahan Muhammadiyah, dan 90 bidang tanah tersebar di beberapa ranting.

 

Dari sekian aset itu, kita batasi saja pembicaraan selanjutnya untuk dua RS karena dinilai di antara paling menonjol dengan dana besar. Asal RS Muhammadiyah Cabang Babat berupa poliklinik Islam, yang bekerja sama dengan seorang dokter dari Jerman.

 

Berdiri pada 1959, tetapi tidak bisa berkembang. Baru pada 1973, poliklinik Islam digabungkan dengan BKIA ‘Aisiyah menjadi BAKIS (balai kesehatan Islam) yang dikelola pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat.

 

Pada 1976, berubah menjadi RS Muhammadiyah pertama. Dibangun di atas tanah seluas sekitar 22.422 m2 dengan luas bangunan sekitar 1.966, 95 m2. Pimpinan sekarang untuk RS pertama adalah Dr Ernik Saptowati dengan 166 tenaga medis dan nonmedis.

 

RS ini didukung dokter spesialis penyakit dalam, spesialis anak, spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis bedah umum, spesialis saraf, spesialis mata, spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis THT, spesialis kulit dan kelamin, spesialis paru, spesialis radiologi, spesialis bedah ortopedi, spesialis urologi.

 

RS kedua dengan bangunan lima lantai. Karena terbentur regulasi yang tak mengizinkan penggabungan dua RS maka RS berlantai lima yang baru dibangun, harus berdiri sendiri dengan nama RSU Muhammadiyah Babat, dengan Izin Operasional Kemkes No. 445/342/RS/413.111/2020, tertanggal 18 Februari 2020.

 

Dipimpin Dr Farah Nurdiana MKes, dengan 70 orang tenaga medis dan nonmedis. Pelayanan rawat inap meliputi ruang perawatan umum, ruang kamar bersalin, HCU, dan ruang isolasi. Dibangun di area tanah seluas 11.155 m2, luas bangunan 1.200 m2.

 

Tanah seluas 7.000 m2 berasal dari wakaf, yang 4.155 m2 dibeli dengan dana pinjaman bank dan para dermawan. Gedung lima lantai ini program permulaan. Masih direncanakan dua gedung lagi yang luasnya mencapai 21 ribu m2.

 

Inilah moto RSUM Babat itu: melayani dengan profesional, santun, dan berdedikasi. Salah satu buktinya, setiap Jumat dilakukan khitanan gratis untuk lima anak.

 

Dalam sejarah Muhammadiyah, RS baru berdiri pada 1923 dengan nama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem). Istilah “kesengsaraan umum” sesungguhnya lebih tajam, karena sebagian rakyat kita masih saja sengsara sampai hari ini.

 

Itulah Muhammadiyah, tidak pernah merasa lelah dalam menabur kebajikan, menyantuni manusia tanpa pilih kasih. Muhammadiyah Babat, salah satu cabang yang sukar dicari tandingannya. Selamat! []

 

REPUBLIKA, 16 Februari 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar