Alat
Vital Baru dengan Harga Bermiliar
Oleh: Dahlan Iskan
Sukses ini begitu penting di
Amerika. Sukses uji coba transplan penis. Jadi salah satu berita terpenting.
Sebab, begitu banyak tentara yang rusak kemaluannya di medan perang. Utamanya
di Afghanistan, Iraq, dan sekitarnya. Mereka adalah orang-orang perkasa. Masih
muda. Belia. Banyak yang baru 20 tahun. Kuat-kuatnya. Meski tidak mati, tanpa
penis bisa ganda penderitaannya: fisik dan psikis.
Uji coba
itu dilakukan awal bulan ini. Tepatnya 8 dan 9 Mei lalu. Tempatnya di
Massachusetts General Hospital, Boston. Yang memimpin operasi Dr Curtis L.
Cetrulo. Yang dioperasi Thomas Manning, bujangan 64 tahun. Setahun lebih muda
daripada saya.
Manning
harus kehilangan penis karena terkena penyakit kanker. Awalnya bukan kanker.
Saat bekerja empat tahun lalu terjadilah kecelakaan ini: Alat berat menimpanya.
Dia pengantar barang di sebuah bank dari Halifax, 200 km selatan Boston.
Lama-kelamaan,
bentuk penisnya berubah aneh. Ketika dilakukan pemeriksaan, ditemukan kanker.
Kanker penile. Kanker langka. Dan ganas. Dan akan segera membunuhnya.
Untuk
menyelamatkan nyawanya, tidak ada jalan lain: disunat sampai pangkal.
Tertinggal satu inci. Kalau kencing harus duduk. Seperti perempuan. Kalau
tidak, air kencingnya menciprat ke mana-mana.
Habislah
sudah harapannya. Sebagai laki-laki. Meskipun bujangan. Manning tidak
menyembunyikan rahasia itu. ”Banyak teman minta saya merahasiakannya, tapi saya
tidak mau berbohong,” katanya.
Media
secara luas mengutip keterbukaannya itu. Dan itu menguntungkannya. Tawaran uji
coba transplan dia terima. Sudah tiga tahun tim dokter Massachusetts General
Hospital mendalami soal itu. Termasuk uji coba mengambil tissue dari penis enam
mayat yang masih segar.
Pengambilan
tissue adalah bagian yang paling sulit. Di samping terlalu banyaknya saluran
darah menuju penis.
Manning
adalah pasien hidup pertama di situ. Hampir 15 jam tim dokter mengerjakan
penggantian penis Manning. Sukses. Minggu lalu, setelah keluar dari ruang
perawatan, dia merasa segar. Dan lebih percaya diri. ”Saya akan jadi pria
sebenarnya seperti semula,” ujar Manning. Dr Cetrulo terlihat tidak kalah
gembira. Keduanya tampil di depan pers yang meliput secara luas.
Transplantasi
penis termasuk yang paling rumit. Terlalu banyak saluran darah menuju organ
itu. Yang fungsinya membuat gerakan ereksi. Dan gerakan menyengat.
Penis
sumbangan yang dipasang untuk Manning diambil dari seseorang yang baru saja
meninggal. Sakit biasa. Tidak disebutkan namanya. Atau umurnya. Dan ukurannya.
Memang
itu bukan yang benar-benar pertama. Tiongkok pernah mencoba. Tapi gagal. Afrika
Selatan juga pernah melakukan. Tapi, yang di Boston ini disebut sukses besar.
Artinya: bisa untuk kencing dan yang lainnya itu. Belum sekarang, masih perlu
waktu beberapa minggu lagi.
Manning
tentu harus minum obat seumur hidupnya. Tacrolimus. Seperti yang saya minum
sampai sekarang. Obat itu bertujuan menjaga agar organ baru tersebut bisa
bekerja sama dengan badan. Tidak ditolak tuan rumahnya.
Uji coba
pun akan dilanjutkan dengan pasien lain: anak muda yang kemaluannya ikut
terbakar. Saat terjadi tabrakan mobil. Dia sudah antre di rumah sakit. Tinggal
tunggu donor yang cocok dengan badannya. Bukan cocok dalam hal ukuran. Atau
warna. Tapi golongan darah, saraf, dan segala macam kesamaan lain.
Kementerian
Pertahanan pun serius memikirkan hal tersebut. Perang memang bisa membuat
tentara kehilangan tangan. Atau kaki. Tapi, jika kehilangan penis, susahnya
berlipat. Untuk dirinya. Dan istrinya. Dan harga dirinya. Dan kejantanannya.
Maka,
begitu uji coba untuk kalangan sipil itu dianggap sempurna, sasaran berikutnya
adalah veteran perang. Dokter-dokter tentara akan diajari untuk melakukannya.
Antara 2011–2013 saja, tentara seperti itu mencapai 1.376 orang.
Manning
termasuk beruntung. Bank organ di dekat Boston memiliki stok penis yang cocok.
Di AS pun, semula sulit dapat pasokan penis. Orang dengan mudah mendonorkan
ginjal atau liver. Tapi penis? Tidak. Keluarga, terutama istri, banyak yang
berkeberatan. Jangankan mendonorkan, meminjamkan pun akan berkeberatan.
Tim
dokter begitu berterima kasih kepada Manning, yang mau bercerita blak-blakan.
Bahkan mau difoto. Biasanya orang malu. Apalagi, disebut pakai penis yang bukan
aslinya. Manning sendiri tahu itu. Bahkan, dia tidak memberi tahu ibu dan tiga
saudaranya (satu laki-laki, dua perempuan). Mereka diberi tahu setelah terjadi.
”Saya
bicara ini bukan untuk gagah-gagahan,” ujar Manning. ”Tapi, betapa banyak anak
muda yang malu karena tidak punya penis lagi? Ayolah,” tambah dia, memberi
semangat.
Tentu,
kelak, bukan hanya untuk korban kecelakaan. Atau korban perang. Bisa jadi itu
new hope juga untuk yang setengah laki-laki. Hanya biayanya yang masih mahal:
sekitar Rp 5 miliar.
Maka,
bagi yang masih memiliki aslinya dan masih berfungsi dengan baik, bersyukurlah.
Diam-diam ternyata Anda memiliki harta karun senilai Rp 5 miliar di dalam
celana Anda. (*)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar