Politik NU sebagai “Siyasah ‘Aliyah Samiyah”
Oleh: KH M.A. Sahal Mahfudh
Sabtu, 07/09/2013 15:23
Sebagaimana telah dimaklumi bersama, NU
merupakan جمعيّة دينيّة إجتماعيّة (organisasi keagamaan yang bersifat
sosial). Sebagai organisasi keagamaan Islam, tugas utama NU adalah menjaga,
membentengi, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam menurut pemahaman أهل السّنّة والجماعة di bumi nusantara pada khususnya
dan di seluruh bumi Allah pada umumnya.
Tugas ini tidaklah sederhana, di
tengah-tengah era keterbukaan yang memberi peluang masuknya aliran-aliran dan
kelompok-kelompok keagamaan yang cenderung memanfaatkan kebebasan untuk mencaci
maki dan menyesat-nyesatkan (تضليل), bahkan menkafir-kafirkan (تكفير)
terhadap pihak lain yang berbeda pemahaman keagamaan dengan dirinya. Padahal
seharusnyalah era keterbukaan dan kebebasan membuat setiap kelompok semakin
memantapkan sikap toleran (تسامح) dalam menyikapi perbedaan.
Alangkah dalamnya makna ungkapan Al-Imam
Muhammad bin Idris asy-Syafi’i dalam kaitan ini:
مذهبنا صواب
يحتمل الخطأ, و مذهب غيرنا خطأ يحتمل الصواب
(Pendapat saya benar namun mungkin memuat
kesalahan, pendapat orang lain salah namun mungkin juga ada benarnya: Red)
Menghadapi kenyataan yang tidak
menggembirakan tersebut, menjadi tugas PBNU untuk menggerakkan secara optimal
perangkat organisasi yang terkait dengan fungsi menjaga, mengembangkan dan
melestarikan ajaran Islam ASWAJA, seperti mendorong optimalisasi peran dan
kinerja Lembaga Dakwah NU (LDNU), Lembaga Takmir Masjid NU (LTMNU) dan
Lajnatut-Ta’lif wan-Nasyr NU (LTNNU). Dengan pendekatan حكمة dan موعظة حسنة dapat
dipelihara kelangsungan ajaran ASWAJA, tanpa harus terlibat dalam
tindakan-tindakan anarkhis yang sangat merugikan citra paham ASWAJA sebagai
representasi ajaran Islam رحمة للعالمين.
Sebagai organisasi sosial (جمعيّة إجتماعيّة), NU harus mencurahkan perhatiannya secara serius pada bidang sosial, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, pertanian dan lain-lain yang menjadi problem kehidupan sehari-hari warga, masyarakat dan bangsa.
Hal ini perlu diingatkan, menjelang tahun
2014 yang merupakan tahun politik bangsa kita, karena dikhawatirkan tidak
sedikit pengurus NU di berbagai tingkatan yang memperlakukan NU seakan-akan
sebagai sebuah partai politik (حِزْبٌ سِيَاسِيٌّ), yang bergerak pada tataran politik
praktis alias politik kekuasaan.
Politik kekuasaan yang lazim disebut politik
tingkat rendah (low politics/سياسة سافلة) adalah porsi partai politik dan warga
negara, termasuk warga NU secara perseorangan. Sedangkan NU sebagai lembaga,
harus steril dari politik semacam itu. Kepedulian NU terhadap politik
diwujudkan dalam peran politik tingkat tinggi (high politics/سياسة عالية سامية ),
yakni politik kebangsaan, kerakyatan dan etika berpolitik.
Politik kebangsaan berarti NU harus إستقامة dan proaktif mempertahankan NKRI sebagai wujud final negara bagi bangsa Indonesia. Politik kerakyatan antara lain bermakna NU harus aktif memberikan penyadaran tentang hak-hak dan kewajiban rakyat, melindungi dan membela mereka dari perlakuan sewenang-wenang dari pihak manapun.
Etika berpolitik harus selalu ditanamkan NU
kepada kader dan warganya pada khususnya, dan masyarakat serta bangsa pada
umumnya, agar berlangsung kehidupan politik yang santun dan bermoral yang tidak
menghalalkan segala cara.
Dengan menjaga NU untuk bergerak pada tataran politik tingkat tinggi inilah, jalinan persaudaraan di lingkungan warga NU (أخوّة نهضيّة) dapat terpelihara. Sebaliknya,manakala NU secara kelembagaan telah diseret ke pusaran politik praktis, أخوّة نهضيّة akan tercabik-cabik, karenanya نعوذ بالله من ذلك !
Oleh karena itu, sinyalemen adanya Rais
Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah di beberapa daerah yang dicalegkan dan lain
sebagainya, wajib mendapatkan respons yang sungguh-sungguh dari Rapat Pleno
ini, sesuai dengan ketentuan AD/ART tentang larangan rangkap jabatan.
Kiranya inilah pesan dan arahan yang perlu kami sampaikan.
DR. KH. M. A. SAHAL MAHFUDH
Rais ‘Aam PBNU
*Sambutan dan Pengarahan Rais ‘Aam Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) disampaikan pada Rapat Pleno PBNU tanggal 6-8
September 2013 di Pondok Pesantren UNSIQ Al-Asy’ariyah Kalibeber, Wonosobo,
Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar