Firaun Mati Beriman?
Oleh: Ach Fauzi Mf
KARENA keangkuhannya, jasad Firaun hingga
kini masih diabadikan oleh Allah. Karena kesombongannya, dia berani
memproklamirkan diri sebagai Tuhan, sekalipun dia meyakini kekurangan dan
kelemahan yang dimilikinya. Karena kedigdayaannya, dia tidak mau tahtanya
digulingkan oleh orang lain, maka dia membunuh setiap bayi laki-laki yang
diyakini kelak akan menghancurkan kerajaannya.
Al-Quran dalam beberapa ayatnya mengisahkan raja kerdil yang hingga sekarang jasadnya masih utuh walau tanpa ruh itu. Kehidupan raja mesir ini diselimuti dengan despotisme, kekejaman, ketamakan, kezaliman dan keburukan yang bertumpuk-tumpuk. Namun keangkuhan dan kesombongan yang tumbuh subur dalam jiwanya tidak dia bawa mati, karena ketika dia hampir tenggelam di tengah laut, pada waktu mengejar Nabi Musa dan pengikutnya yang akan ia tumpas, raja kejam dan sadis ini sempat menyatakan keimanannya kepada Allah sebagaimana dikisahkan dalam surat Yunus yang artinya sebagaimana berikut:
Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga tatkala Firaun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tiada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada Allah)”,(QS.Yunus [010] : 90)
Dalam ayat di atas terdapat tiga pernyataan iman yang Firaun ucapkan yaitu pertama kata ‘âmantu (aku telah beriman), kedua kata lâ ilâha illal-ladzî ‘âmanat bihi Banû Isrâ’îl (tiada Tuhan kecuali Dzat yang Bani Israil telah mengimaninya) dan ketiga kata wa ana minal-muslimin (dan saya termasuk orang muslim). Maka dengan demikian, sepintas ayat tersebut menjelaskan bahwa akhir hidup Firaun ditutup dengan pengakuan imannya kepada Allah, sehingga dia punya kesempatan untuk tidak kekal dalam neraka dan akan pindah kesurga tempat segala kenikmatan yang tiada tara. Tapi apakah benar Firaun mati membawa keimanan dan tergolong orang muslim?
Untuk mengetahui hal itu, kita perlu merujuk kepada kitab-kitab tafsir yang memiliki otoritas di bidang tafsir al-Quran. Dalam hal ini, Syekh ash-Shawi, Fakhruddin ar-Razi dan pakar tafsir yang lain, menjelaskan bahwa pengakuan iman Firaun itu tidak mendapat respon dari Allah, bahkan menurut Syekh ash-Shawi, apabila ada orang yang mengklaim Firaun mati beriman karena berlandaskan ayat diatas, tidak perlu digubris, karena tidak memiliki dasar yang kuat dan akurat.
Tidak adanya respon dari Allah tentang pengakuan keimanan Firaun itu, menurut para pakar tafsir, disebabkan beberapa faktor berikut:
1. Karena pengakuan iman Firaun diungkapkan
ketika siksa Allah telah menimpanya, dan taubat seseorang pada waktu siksa
sudah turun menimpanya tidak diterima, sesuai dengan firman Allah yang artinya
“Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa
kami” (QS. al-Mu’min/Ghafir [40]: 85)
2. Pengakuan Firaun tidak bermaksud beriman melainkan agar dia diselamatkan dari terjangan gelombang laut, seperti yang sudah mentradisi di kalangan pembangkang dan penentang perintah Allah ketika sudah tidak bisa menyelamatkan diri dari mara bahaya, dan setelah diselamatkan, dia kembali ingkar dan menentang Allah.
3. Ikrarnya tidak memenuhi persyaratan, yaitu pengakuan terhadap Nabi Musa sebagai utusan Allah, karena ikrar keesaan Allah yang tidak disertai ikrar kerasulan utusan yang tidak sah, sedangkan Firaun hanya meyakini keesaan Allah tanpa mengakui kerasulan Nabi Musa.
4. Sebenarnya firaun tidak beriman kepada Allah melainkan iman kepada dzat yang Bani Israil beriman kepadanya, yang pada waktu itu mereka menyembah anak sapi, karena dalam pengakuannya dia mengatakan “tiada Tuhan kecuali Dzat yang Bani Israil beriman kepadanya” bukan ” tiada tuhan kecuali Allah”.
5. Pada umumnya orang-orang Yahudi (Bani Israil) cenderung menyamakan Allah dengan makhluk dan menjisimkannya. Maka Tuhan yang diyakini Firaun adalah Tuhan yang diyakini orang-orang Yahudi (memiliki kesamaan dengan makhluk dan mempunyai jisim).
6. Pengakuan Firaun itu murni mengekor (taklid) terhadap pengakuan orang-orang Israil, sedangkan keimanan yang dihasilkan dengan cara ikut-ikutan tidak sah, dan pengakuannya tetap dihukumi kafir. Bukankah dia berkata “Saya beriman bahwa sesungguhnya tiada Tuhan kecuali dzat yang orang-orang Israil berimankepadanya”?
Dengan uraian diatas, dapat kita simpulkan
bahwa iman yang diproklamirkan Firaun tidak diterima oleh Allah dan tidak
berguna untuk menyelamatkan dia dari jilatan kobaran api neraka yang maha
dahsyat. Artinya Firaun mati tetap dalam keadaan kafir. Mudah mudahan kita,
orang tua, dan anak cucu kita tidak mewarisi sikap yang dimiliki oleh Firaun
dan orang-orang yang satu bendera dengannya di akhirat kelak. Amin. []
Sumber: Buletin Pondok Pesantren Sidogiri,
Pasuruan – Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar