Trik Bergaul ala Rasulullah
dan Ulama Salaf
Oleh: Muhammad Muhsin*
Allah SWT menciptakan manusia dalam keadaan
dhaif dan tiada sempurna. Oleh karena itu, kita dengan segala kekurangan dan
kebutuhan tidak akan pernah lepas dari bantuan orang lain. Akan selalu ada
ketergantungan antara si anu dan si itu. Ada keterkaitan dan rasa saling
membutuhkan. Orang miskin akan selalu membutuhkan bantuan orang kaya, begitu
pula orang kaya akan selalu membutuhkan bantuan orang miskin. Demikian roda
kehidupan di dunia ini akan terus berjalan. Dengan begitu, interaksi dan dan
pergaulan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia
sehari-hari.
Oleh karenanya, dibutuhkan seni khusus dalam berinteraksi dan bergaul dengan orang-orang di sekitar kita, agar tercipta keharmonisan dan keseimbangan dalam pergaulan kita. Berikut ini beberapa tatakrama bergaul yang benar dan dalam Islam.
1. Kenali Lawan Bicara
Dari pergaulan yang kita lakukan, tentulah kita mengail sebuah manfaat atau sebaliknya, memberikan manfaat kepada lawan bicara kita. Karena itu, sebelum kita bergaul dan interaksi dengan orang lain, ada baiknya bila kita mengenal terlebih dahulu karakter dan kapasitas dan keilmuan teman kita. Hal tentu sangat dibutuhkan dalam bergaul yang tepat dan baik. Oleh karena hal ini menentukan, kapan kita harus banyak bicara dan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat baginya, kapan pula banyak diam dan mendengarkan ilmu yang akan dia ajarkan kepada kita.
Imam al-Asmu’i—seorang ulama yang pernah hidup semasa dengan Imam Ahmad bin Hanbal—pernah berkata, “Orang-orang yang ada di sekitar saya, bisa dibedakan menjadi tiga tingkatan.
Pertama, orang yang lebih luas ilmunya daripada saya. Kedua, orang yang kira-kira ilmunya setara dengan saya. Ketiga, orang yang tingkat ilmunya lebih rendah dari saya.
Dari tingkatan yang pertama, saya lebih sering diam dan mendengarkan kata-katanya. Saya banyak mendapatkan ilmu dan meniru hal-hak positif darinya.
Dari tingkatan kedua, saya sering bertukar fikiran dengannya. Terkadang saya mendapat ilmu darinya, dan terkadang dia mendapatkan ilmu dari saya.
Dan, untuk tingkat terakhir, saya sering mengajarkan ilmu kepadanya, bila dia menghendaki. Bila tidak, juga tidak apa-apa.”
2. Terbarkan Senyuman
Di mata Anda, senyuman mungkin termasuk sesuatu yang kecil nan remah tiada berarti. Namun, survei telah membuktikan bahwa tersenyum adalah perhiasan terbaik yang dimiliki oleh wajah dan dapat membuat lawan bicara merasa dihargai dan diperhatikan.
Dengan hanya bermodalkan senyuman, kita telah memberikan penghargaan luar biasa kepada lawan bicara kita. Dengan senyuman pula kita hendak memberitahukan kepada orang lain, tentang rasa penghormatan dan penghargaan yang tersimpan dalam hati kita.
Senyum kita kepada orang yang lebih tua adalah sebuah penghormatan, dan senyum kita kepada yang lebih muda adalah suatu sikap penghargaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah SAW sebagai insan kamil juga tidak pernah terlepas dari senyuman. Sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh sahabat al-Bujali, dia pernah berkata, “Setiap kali saya berjumpa Rasulullah, pasti beliau tersenyum.”
Dalam Hadis lain, Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
3. Tidak Berkhalwat dengan Lawan Jenis
Rasa ketertarikan antara lawan jenis merupakan fitrah manusia, baik laki-laki maupun wanita. Terlebih ketika seseorang memasuki usia remaja, maka keinginan itu telah menjadi godaan yang sanagt berat, menjadi semacam alat ukur, sedalam manakah iman kita kepada Allah SWT, dan sebesar apakah kekuatan kita untuk tidak bermaksiat dan berdurhaka kepada Allah SWT. Orang yang berani bermaksiat kepadsa Allah SWT berarti telah berpaling dari jalan-Nya dan lebih menuruti ajakan setan.
Jika melihat potret remaja saat ini, kita akan melihat bahwa seakan-akan bergaul dengan lawan jenis bukanlah hal yang tabu dan dilarang oleh agam Islam. Padahal, hal itu merupakan sesuatu yang sangat tidak diperkenan oleh Islam. Karena bergaul dengan lawan jenis adalah gerbang pertama menuju fitnah yang lain.
Diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hanbal, bahwa suatu hari Amirul Mukminin, Umar bin al-Khatthab, berpidato di daerah Jabiyah, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya), karena setan adalah orang ketiganya. Barangsiapa yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya, maka dia adalah orang yang mukmin.” []
*) Penulis adalah Santri Sidogiri asal
Bondowoso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar