Tiba Begitu Ruwetnya, Pulang
Begitu Indahnya
Senin, 23 September 2013
Hampir 3.000 pemain bridge dan
keluarga mereka dari seluruh dunia berkumpul di Bali. Mereka lagi bertanding di
kejuaraan dunia ke-43 yang berlangsung di Nusa Dua.
“Waktu
tiba di Bali Anda mungkin mengeluh. Bandaranya ruwet dan jalan menuju Nusa Dua
macetnya bukan main,” kata saya dalam pidato pembukaan Kamis lalu.
“Tapi
waktu Anda-anda meninggalkan Bali minggu depan keadaan sudah berbeda. Anda
kembali ke bandara akan melewati jalan baru di atas laut yang sangat indah. Dan
Anda akan meninggalkan Bali melalui bandara baru yang juga sangat indah,” kata
saya.
Saya adalah
Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GABSI). Peserta
dari 63 negara itu bertepuk tangan gemuruh. Kejuaraan dunia ini memang
berlangsung hampir dua minggu sehingga bisa mengalami dua dunia: tiba serba
ruwet pulang serba indah.
Jalan tol
dan bandara baru Bali itu diresmikan Bapak Presiden SBY hari ini. Inilah jalan
tol terindah dengan waktu pembangunan tercepat di Indonesia. Dua-duanya
didesain, dibangun, dibiayai, dan dioperasikan oleh BUMN: PT Jasa Marga Bali
untuk jalan tol dan PT Angkasa Pura 1 untuk bandara.
Selama
seminggu ke depan masyarakat diberi kesempatan secara gratis untuk mencoba tol
atas laut. Sekalian untuk menguji keandalan sistemnya.
Sedang
untuk New Ngurah Rai, ujicoba sudah dilakukan Jumat lalu dengan mengalihkan
seluruh kedatangan internasional ke bandara baru. Alhamdulillah. Lancar. Mulai
dari sistem imigrasi, visa on arrival, bea cukai, sampai ke pengambilan
bagasinya.
Penggunaan
bandara baru, di mana-mana di seluruh dunia, selalu ruwet. Terutama handling
bagasinya. Karena itu boyongan bandara ini dilakukan bertahap. Untuk seluruh
keberangkatan internasional baru boyongan tanggal 29 minggu depan.
Kalau
boyongan itu nanti lancar, maka ini akan mengulang sukses boyongan di Medan
dari bandara Polonia ke Kuala Namu, Juli lalu.
Akhir
tahun ini akan menyusul bandara baru Sepinggan Balikpapan yang selesai
dibangun. Juga tidak kalah indah dan besarnya. Bahkan bandara baru Sepinggan
ini akan jadi bandara-mal pertama di Indonesia. Di dalam bandara itu benar-benar
ada mal sungguhan.
Pada saat
yang hampir bersamaan Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya juga selesai dibangun.
Hanya bandara baru Semarang yang masih memerlukan proses. Perencanaan sudah
matang, dana BUMN sudah tersedia, dan kegiatan fisik sudah lama siap dimulai.
Tapi lokasinya masih harus di-clear-kan. Bandara baru itu akan menempati tanah
milik TNI sehingga harus diselesaikan prosesnya.
Bandara
memang persoalan rumit. Jumlah pesawat bertambah terus dengan derasnya.
Pertambahan penumpang juga tidak terbendung. Pengaturan lalu-lintas udaranya
benar-benar menantang.
Banyaknya
pesawat yang dulu harus muter-muter di udara menunggu giliran landing sudah
bisa diatasi. Caranya: Airnav Indonesia, BUMN baru, meningkatkan kapasitas
sistemnya untuk Soekarno-Hatta Jakarta. Kalau dulu satu jam hanya bisa
naik-turun sebanyak 60 kali, sekarang sudah bisa 69 kali.
Bahkan
Airnav mengatur lalu-lintasnya sejak dari bandara asal. Keberangkatan pesawat
dari bandara asal akan diminta maju atau mundur beberapa menit daripada memaksa
berangkat on time tapi harus muter-muter di udara Jakarta menunggu giliran
landing.
Memang ke
depan sudah harus diputuskan untuk mengurangi frekuensi penerbangan dari dan ke
Jakarta. Antre take off di Cengkareng sudah sangat mengganggu kepastian jadwal
pesawat. Urgensi banyaknya penerbangan dari Jakarta ke Surabaya (lebih 40 kali
sehari) atau Jakarta-Medan (lebih 30 kali sehari) harus dipertanyakan. Untuk
apa harus 40 kali sehari” Bukankah 30 kali juga sudah cukup?
Perusahaan
penerbangan sudah harus di-warning untuk segera memiliki pesawat yang lebih
besar dari B737 atau sejenisnya. Tentu yang masih ekonomis untuk jarak pendek.
Membangun landasan ketiga di Cengkareng memang penting, tapi terobosan
manajemen lebih penting lagi.
Saya
ingat apa yang dilakukan Dirut Pelindo II RJ Lino di Padang. Di masa lalu kapal
harus antre sampai 15 hari di pelabuhan Teluk Bayur. Semua pihak berpendapat
harus segera dibangun dermaga baru. Tentu amat mahal. Hanya Lino yang tidak
sependapat. Dia lakukan perubahan manajemen.
Lino
benar. Sejak enam bulan lalu kapal tidak perlu antre sama sekali di Teluk
Bayur. Kapal datang bisa langsung berlabuh.
Dermaga
baru tidak jadi dibangun. Uang triliunan bisa dihemat. (***)
Dahlan
Iskan, Menteri BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar