Syair-syair Hikmah KH Wahid Hasyim (2)
Ketika bergabung di Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), usianya baru genap 25 tahun. Namun setahun kemudian, Wahid justru mengetuai federasi organisasi massa dan partai Islam ini.
Karir perjuangannya menanjak cepat. Wahid turut memimpin PBNU, menjadi anggota BPUPKI, dan akhirnya ditunjuk sebagai menteri agama. Artinya, selain berjihad menumpas kaum penjajah, Wahid terlibat aktif dalam segenap tahapan paling menentukan dalam proses pendirian negara.
Masa-masa hidup Wahid hampir dihabiskan seluruhnya dengan penuh manfaat. Ulama dan tokoh nasional ini tutup usia pada 19 April 1953, sebelum ulang tahunnya yang ke-38 diperingati. Berikut ini adalah sejumlah syair inspiratif pegangannya, yang sarat pesan perjuangan, kerja keras, penghargaan atas waktu, cita-cita, serta keinsafan tentang dinamika hidup.
وَلَمْ
أَجِدِ الْإِنْسَانَ إِلاَّ ابْنَ سَعْيِهِ # فَمَنْ كَانَ أَسْعَى كَانَ
بِالْمَجْدِ أَجْدَرَا
وَبِاْلهِمَّةِ
العُلْيَا تَرَقَّى إِلَى العُلىَ # فَمَنْ كَانَ أَعْلَى هِمَّةً كَانَ أَظْهَرَا
وَلَمْ
يَتَأَخَّرْ مَنْ أَرَادَ تَقَدُّماً # وَلَمْ يَتَقَدَّمْ مَنْ أَرَادَ
تَأَخُّرَا
Setiap manusia adalah anak dari jerih
payahnya. Semakin keras berusaha, semakin pantas ia jaya. Cita-cita yang tinggi
dapat mengangkatnya ke derajat yang tinggi. Semakin keras berkemauan, semakin
terang derajat itu. Tak ada langkah mundur bagi orang yang ingin maju. Tak ada
kemajuan bagi orang yang menghendaki mundur.
وَلَا
تَحْتَقِرْ كَيْدَ الضَّعِيْفِ وَرُبَّمَا # تَمُوْتُ الأَفَاعِي مِنْ سُمُومِ
العَقَارِبِ
وَقَدْ
هَدَّ قِدْماً عَرْشَ بُلْقِيْسَ هُدْهُدٌ # وَخَرَّبَ حَفْرُ الفَأْرِ سَدَّ
الْمَأرِبِ
Jangan remehkan siasat sesuatu yang (tampak)
lemah. Terkadang, ular ganas mati oleh racun kalajengking. Ternyata, burung
Hudhud sanggup menumbangkan singgasana ratu Bulqis, dan liang tikus mampu
meruntuhkan bangunan kokoh.
وَمِنْ
عَادَةِ اْلأَيَّامِ أَنَّ خُطُوْبَهَا # إِذَا سُرَّ مِنْهَا جَانِبٌ سَاءَ
جَانِبُ
Sudah menjadi tabiat waktu, membahagiakan
satu pihak akan menyedihkan pihak lainnya.
بِذَا
قَضَتِ الْأَيَّامُ مَا بَيْنَ أَهْلِهَا # مَصَائِبُ قَوْمٍ عِنْدَ قَوْمٍ
فَوَائِدُ
عَرَفْتُ
سَجَايَا الدَّهْرِ أَمَّا شُرَوْرُهُ # فَنَقْدٌ وَأَمَّا خَيْرُهُ فَوعُوْدُ
Begitulah waktu menentukan takdir untuk
penghuninya (manusia). Musibah bagi sekelompok orang adalah keberuntungan bagi
kelompok lain. Aku sudah mafhum dengan kelakuan zaman yang sekilas ini: keburukannya
merupakan kritik, sedangkan kebaikannya hanyalah janji.
فَإِنَّ
غُبَارَ الصَّافِنَاتِ إِذَا عَلاَ # نَشَقْتُ لَهُ رِيْحاً ألَذُّ مِنَ النَّدِّ
وَرَيْحَانَتِي
سَيْفِيْ وَكَأْسَاتُ مَجْلِسِيْ # جَماَجِمُ سَادَاتٍ حِرَاصٍ عَلَى الْمَجْدِ
Ketika debu kavaleri berhamburan, aku justru
menghirup keharuman yang melampaui wangi kemenyan. Semir mata pedang dan
gelas-gelas di meja rapatku pun menjelma tengkorak para pembesar (musuh) yang
rakus kejayaan.
جَزَى
اللهُ خَيْراً كُلَّ مَنْ لَيْسَ بَيْنَنَا # وَلَا بَيْنَهُ وُدٌّ وَلَا
مُتَعَرِّفُ
فَمَا
نَالَنِي ضَيْمٌ وَلَا مَسَّنِي أَذَى # مِنَ النَّاسِ إِلاَّ مِنْ فَتَى كُنْتُ
أَعْرِفُ
Semoga Allah melimpahkan kebaikan pada setiap
manusia yang belum saling sayang dan saling kenal. Tak pernah aku mengeluh dan
diterpa kesulitan kecuali dari orang yang sudah aku kenal.
وَلَدَتْكَ
أُمُّكَ يَابْنَ آدَمَ بَاكِياً # وَالنَّاسُ حَوْلَكَ يَضْحَكُوْنَ سُرُوْرًا
فَاجْهَدْ
لِنَفْسِكَ أَنْ تَكُوْنَ إِذَا بَكَواْ # فِيْ يَوْمِ مَوْتِكَ ضَاحِكاً
مَسْرُوْراً
Saat bunda melahirkanmu, engkau menangis,
sementara orang-orang sekeliling menyambutmu dengan tawa gembira. Berjuanglah,
hingga saat mautmu tiba, mereka manangis, sementara engkau tertawa ria. []
Mahbib Khoiron
Dikutip dan diterjemah ulang dari KH A Wahid
Hasjim, Mengapa Saya Memilih Nahdlatul Ulama, Bandung: Mizan, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar