Dari The Tarix Jabrix ke Proses
Stem Cell
Senin, 02 September 2013
Sutradara muda yang sukses dengan
film trilogi The Tarix Jabrix, Iqbal Rais (29 tahun), sudah lebih setahun ini
terbaring di rumah sakit. Iqbal menderita kanker leukemia yang sulit
disembuhkan.
Semula
dia hanya merasa lemas dan sering pusing. Lalu pergi ke dokter di Jakarta.
Iqbal dicurigai terkena anemia akut. Dia pun dimasukkan ke rumah sakit.
Berbagai obat pun sudah dia minum. Tapi tak kunjung sembuh.
Ketika
ayahnya hendak check up ke Malaysia, Iqbal ditawari ikut serta. Sekalian
diperiksa di sana. Hasilnya: Iqbal dinyatakan terkena kanker darah. Dan setelah
pemeriksaan lebih detail, kankernya sudah menyebar ke sumsum.
Tentu
Iqbal tidak ikut pulang ayahnya. Dia meneruskan berobat di sana: dikemo.
Ditemani istrinya yang amat tabah. Tapi, hampir setahun di sana, tidak ada
kemajuan. Rambutnya sudah gundul. Akhirnya dia balik ke Jakarta. Hidupnya on
off antara rumah sakit dan rumah sakit. Juga tidak ada kemajuan. Dia pun
mendapat info untuk berobat alternatif di Bali. Dia jalani. Juga tidak
memperoleh kemajuan. Agar dekat dengan keluarga, akhirnya Iqbal berobat di
Surabaya.
Saya
terus memonitor keadaannya. Dia memang selalu mengontak saya setelah membaca
buku saya Ganti Hati. Ke mana pun pindah berobat, dia selalu memberi tahu saya.
Sebenarnya saya ingin segera mengusulkan cara baru, tapi saya tunggu dulu hasil
usaha-usaha yang biasa itu.
Namun,
karena tidak juga berhasil, akhirnya saya beranikan mengusulkan cara baru itu.
Tapi, bersediakah dia mencoba hal yang masih baru” Akankah dia tahan menderita
terus di tempat tidur di rumah sakit” Tidakkah dia berpikir usaha biasa-biasa
saja hanya akan terus menjadi beban” Beban untuk dirinya, istrinya, anak
tunggalnya yang baru empat tahun, dan beban untuk seluruh keluarganya”
Apalagi,
bukankah pengobatan kanker yang mahal itu harus dijalaninya dalam waktu yang
panjang?
Mendengar
usul saya itu, Iqbal semula agak bimbang. Dia bingung dengan rencana pengobatan
baru itu. Iqbal belum banyak mendengarnya: transplantasi stem cell!
Saya
terus memberinya pengertian. Juga mengenalkannya dengan tim stem cell Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan tim stem cell RSUD dr
Soetomo Surabaya. Di Unair ada lab stem cell dan bank jaringan. Ada Dr
Ferdiansyah dr SpOT yang menjadi ketua regenerative medicine sebagai tim inti
penggerak roda kegiatan stem cell.
Dibantu
Dr Heri Suroto dr SpOT, Dr Joni Wahyuhadi dr SpBS, Dr Ugrasena dr SpA, Dr Hendy
H. dr SpOG, dan Dr Dwikora dr SpOT. Total ada 50 profesor, doktor, dan dokter
yang menekuni penelitian stem cell ini. Ketuanya: Prof Dr Fedik Abdul Rantam.
Saya
mengenal baik para guru besar dan doktor di tim stem cell itu. Bukan saja
karena saya orang Surabaya. Saya memang meminta BUMN PT Kimia Farma bekerja
sama dengan Unair. Kerja sama seperti itu juga saya minta dilakukan dengan UI,
Unpad, dan UGM.
Awalnya
saya mengundang mereka ke Jakarta. Ternyata yang hadir lengkap. Full team.
Delegasi itu dipimpin langsung oleh Rektor Unair Prof Dr Fasich Apt. Tim besar
ini membeberkan semua temuan yang dihasilkan para peneliti Unair yang bisa
diwujudkan secara nyata.
Salah
satunya stem cell itu. Tim ini sudah melakukan stem cell kepada sekitar 40
orang dengan berbagai kasus penyakit. Ada yang karena patah tulang akibat
kecelakaan, ada yang karena kelainan tulang sejak lahir, ada yang kelainan
sampai jalannya membungkuk, serta ada yang karena leukemia, diabetes, stroke,
dan kanker pankreas.
Iqbal
saya tawari stem cell di Unair itu. Dia pun berdiskusi dengan tim. Iqbal
akhirnya menerima. Pertimbangannya: toh berbagai cara sudah dilakukan dan belum
berhasil. Hebatnya, Iqbal, sutradara muda berbakat ini, juga ingin mengabdikan
dirinya dengan cara mendokumentasikan proses pengobatan yang nanti dijalani
untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Minggu
lalu proses awal sudah dilakukan. Penelitian atas gen dan cell-nya sudah
selesai. Tim Unair sedang mencari cara agar Iqbal sedapat mungkin tidak
menggunakan cell-nya sendiri. Kecuali terpaksa. Biasanya cell keluarga dekatnya
cocok. Tapi, cell adik dan kakaknya ternyata tidak cocok.
“Padahal,
kalau cocok 70 persen saja sudah cukup,” kata Dr Purwati, sekretaris tim stem
cell Unair. Dr Purwati, arek Jombang yang alumni Unair itu, mengambil gelar
doktor di bidang ini. Juga di Unair. Disertasinya mengenai stem cell untuk
pengobatan HIV.
Dalam hal
Iqbal, kalau pemeriksaan atas cell orang tuanya nanti juga tidak membuahkan
hasil, masih akan dicarikan dari bank cell di luar negeri. Kalaupun tidak bisa,
baru akan diambilkan dari cell Iqbal sendiri.
Intinya,
menurut Purwati, sejumlah cell imum Iqbal akan diambil. Lalu dikembangkan di
laboratorium selama antara 12 sampai 14 hari. Setelah itu cell imum yang sudah
dikembangkan tersebut ditransplankan ke dalam darah Iqbal. Untuk itu, proses
kemonya diteruskan dulu guna mematikan kankernya. Lalu cell imum yang
ditransplankan bekerja.
Saya
bangga dengan Iqbal yang siap menjalani semua itu. Ini memang ilmu baru, tapi
Iqbal bersedia menjalaninya. Saya akan minta kepada Dr Purwati untuk
mempertemukan Iqbal dengan pasien-pasien yang sudah berhasil dengan stem cell
tersebut. Untuk membesarkan hatinya.
Kerja
sama Unair dengan BUMN sendiri tidak terbatas pada stem cell. Juga pada
pengembangan pil KB untuk pria. Penelitinya adalah Prof Dr Bambang Prayogo.
Ahli lulusan Unair ini menemukan pil KB untuk pria setelah bertugas lama di
Papua.
Waktu itu
Prof Bambang mengamati adat yang unik di Papua. Pria yang belum bisa menikah
karena belum mampu membayar mahar berupa puluhan babi tetap bisa melakukan
hubungan badan dengan kekasihnya asal tidak sampai hamil. Untuk itu, pria Papua
memakan daun tertentu sebagai pil KB untuk pria.
Tanaman
itulah yang terus diteliti Prof Bambang. Hasilnya nyata. Maka saya pun minta
Kimia Farma menyiapkan produksinya.
Belakangan
banyak orang kaya kita yang melakukan stem cell ke Eropa, Jepang, Korea, dan
Tiongkok. UI (Universitas Indonesia) dan Unair sudah mampu melakukannya! Unair
lagi mengarah ke stem cell untuk liver. Agar liver yang sudah sirosis pun bisa
diatasi! (*)
Oleh
Dahlan Iskan, Menteri BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar