Target Ganda Vaksinasi Corona: Kekebalan Kelompok dan Pemulihan
Oleh: Bambang Soesatyo
VAKSINASI Corona yang hingga Maret 2021 haruslah
diupayakan produktif. Maka, program vaksinasi Corona itu layak dibebani target
ganda, yakni mewujudkan kekebalan kelompok dan target pemulihan semua aspek
kehidupan, utamanya pemulihan ekonomi.
Hingga Oktober 2020, penularan virus Corona, SARS-CoV-2,
sudah menjelajah semua daerah atau provinsi, dari aceh hingga Papua. Dari total
514 kabupaten/kota di 34 provinsi, kasus Covid-19 sudah tercatat di 501
kabupaten/kota. Perkembangannya masih memprihatinkan karena kasus baru terus
bertambah. Per harinya mencapai jumlah rata-rata 4.000-an kasus baru. Sebagai
bagian dari kewaspadaan dan kehati-hatian bersama, kepatuhan mutlak pada
protokol kesehatan masih harus dijalankan.
Memang, di tengah berlanjutnya lonjakan kasus baru,
data-data kesembuhan pun semakin menguatkan harapan. Terhitung sejak kasus
pertama terdeteksi pada Maret 2020 hingga kini, sudah 301.006 pasien dinyatakan
sembuh setelah menjalani pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction
(PCR). Namun, agar semua orang tidak lengah, simak juga jumlah kematian di
dalam negeri akibat wabah Corona. Hingga pekan ini, total kematian akibat
Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 12.959 orang. Selain itu, kasus aktif
Covid-19 saat ini tercatat 66.576 pasien, yang semuanya masih menjalani perawatan
di rumah sakit atau isolasi mandiri.
Sebelum program vaksinasi Corona direalisasikan,
siapa saja boleh membuat perkiraan bahwa kasus baru Covid-19 masih akan
bermunculan di hari-hari mendatang. Potensinya muncul dari demonstrasi
berlanjut menentang UU Cipta Kerja di berbagai kota. Belum lagi kemungkinan
pelanggaran masif atas protokol kesehatan sepanjang periode kampanye Pilkada
hingga pekan pertama Desember 2020. Rangkaian libur panjang jelang akhir tahun
juga berpotensi memunculkan tambahan kasus baru. Itulah gambaran sulitnya
mengendalikan perilaku orang banyak di tengah pandemi.
Kini, satu-satunya harapan atau opsi yang tersedia
untuk mengendalikan penularan Covid-19 hanya pada vaksin Corona. Dari aspek
persiapan ketersediaan vaksin di dalam negeri, progresnya sangat menjanjikan.
Demikian prospektifnya sehingga pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah
menyusun peta jalan vaksinasi atau imunisasi Covid-19. Rencananya, vaksinasi
mulai dilaksanakan pada paruh kedua November 2020 dan berlanjut hingga Maret
2021, dengan target 160 juta penduduk. Namun, berdasarkan perkembangan hingga
Jumat (23/10) kemarin, waktu pelaksanaan dimulainya vaksinasi corona bisa saja
ditunda.
Bukan karena vaksin-nya belum tersedia, melainkan
harus menunggu terbitnya surat otorisasi penggunaan darurat atau emergency use
authorization (EUA) yang menjadi wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). EUA adalah tahap persetujuan penggunaan obat atau vaksin yang belum
mendapatkan izin edar keadaan darurat. Ada sejumlah tahap yang harus dilalui
sebelum BPOM menerbitkan EUA. Dan, untuk menghindari masalah di kemudian hari,
pemerintah memilih menjalani semua tahapan itu.
Seperti diketahui, uji klinik vaksin Corona dari
Sinovac dimulai sejak 11 Agustus 2020 dan kini sudah dalam fase III. Hingga
Rabu (21/10), dari 1.620 relawan uji klinik fase 3, sekitar 1.074 relawan telah
menerima suntikan kedua. Melegakan karena tidak ditemukan efek samping. Sesuai
prosedur, akan dilakukan evaluasi setelah uji klinik fase III. Hasil evaluasi menentukan
layak atau tidaknya vaksin Covid-19 yang nota bene baru itu bisa diberikan EUA.
Dalam evaluasi itu ada analisa tentang manfaat dan risiko serta aspek kualitas.
Layak untuk berharap agar semua rangkaian proses itu berjalan lancar sehingga
vaksinasi Corona bisa segera direalisasikan.
Kekebalan dan Pemulihan
Setelah memahami kerusakan yang ditimbulkan oleh
pandemi Covid-19 sepanjang tujuh bulan terakhir, hasil dari vaksinasi Corona
haruslah diupayakan produktif. Semua orang prihatin kepada mereka yang terpapar
virus Corona. Namun, tidak sedikit dari mereka yang sehat juga mengalami
tekanan psikis akibat penerapan ragam pembatasan sosial. Tak hanya itu, pandemi
ini juga menyeret perekonomian nasional ke zona resesi. Maka, mengharapkan
vaksinasi Corona berbuah produktif berarti tak sekadar mewujudkan kekebalan
kelompok (herd immunity), melainkan juga menjadi awal dari proses pemulihan
semua aspek kehidupan bersama, utamanya pemulihan ekonomi.
Karena itulah peta jalan vaksinasi Covid-19 yang
dirancang pemerintah sangat layak jika diselaraskan dengan program pemulihan
ekonomi. Penentuan skala prioritas dalam melaksanakan vaksinasi hendaknya
berpijak pada data. Karena persentase terbesar kasus Covid-19 tercatat di pulau
Jawa, vaksinasi di Jawa patut diprioritaskan. Bukan semata-mata karena besaran
jumlah kasus, melainkan juga karena faktor keutamaan pulau Jawa sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi nasional.
Data Covid-19 di dalam negeri sudah sangat jelas
menunjukan bahwa Pulau Jawa menjadi episentrum penularan. Data resmi Satgas
Covid-19 menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen kasus tercatat di Jawa.Banyak
klaster baru Covid-19 bermunculan di daerah industri dan pusat-pusat kegiatan
bisnis, baik di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Data dan
kecenderungan ini menjadi alasan yang kuat dan masuk akal untuk memrioritaskan
vaksinasi di Jawa. Faktor strategis lainnya yang patut digarisbawahi adalah
fakta bahwa kontribusi Pulau Jawa terhadap produk domestik bruto nasional mencapai
59%. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Jawa 5,52%, dengan kontributor utamanya
Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pemulihan ekonomi butuh kepastian baru. Dan,
kehadiran vaksin corona harus mampu menumbuhkan harapan dan mewujudkan
kepastian baru itu. Selama berbulan-bulan berbagai upaya telah ditempuh untuk
mengendalikan penularan Covid-19. Semua upaya itu tidak membuahkan hasil
maksimal, karena nyatanya jumlah kasus terus bertambah. Fakta ini memperpanjang
ketidakpastian. Hadirnya vaksin corona menjadi satu-satunya andalan dan harapan
untuk memutus rantai penularan Covid-19, sekaligus mewujudkan kepastian baru.
Menjadi sangat ideal jika vaksinasi tidak sekadar
mewujudkan kekebalan kelompok. Akan sangat produktif jika vaksinasi corona juga
bisa menjadi faktor pendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional. Untuk
tujuan strategis itu, disarankan Menteri Kesehatan juga berkoordinasi dengan
Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional. []
KORAN SINDO, 24 Oktober 2020
Bambang Soesatyo | Ketua MPR RI/Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar