Belajar dari Nabi Ibrahim
Oleh: Khofifah Indar Parawansa
Umat Islam di dunia sedang melaksanakan Hari Raya
Idul Adha. Momen yang memiliki banyak makna. Antara lain, kesabaran,
keikhlasan, dan ketakwaan. Tiga unsur itu tercermin pada kisah yang dialami
Nabi Ibrahim Alaihis
Salam dan Nabi Ismail Alaihis Salam.
Sejarah awal munculnya ibadah qurban sudah menjadi
cerita rutin. Anak kecil, dewasa, bahkan orang tua masih sering mendengar
cerita itu. Kisah Nabi Ibrahim yang diperintah Allah untuk menyembelih anaknya,
yakni Nabi Ismail Alaihis Salam.
Saat penyembelihan berlangsung, sosok Nabi Ismail Alaihis Salam diganti
Allah dengan domba. Perintah Allah terlaksana dan Nabi Ismail Alaihis Salam tetap
hidup. Cerita yang sudah dihafal umat Islam seantero dunia.
Namun belum banyak yang memahami hikmah dari
peristiwa itu. Nabi Ibrahim Alaihis Salam sudah lama menantikan lahirnya
anak dari rahim Siti Hajar. Cukup lama. Doa dan kesabaran Nabi Ibrahim Alaihis Salam didengar
Allah. Seorang putra akhirnya lahir dan diberi nama Ismail.
Kebahagiaan yang luar biasa bagi Nabi Ibrahim Alaihis Salam.
Anak laki-laki yang sudah lama didambakan, ada di depan mata. Tapi kebahagiaan
itu berubah menjadi rasa sedih dan galau. Yakni ketika Allah memerintah Nabi
Ibrahim Alaihis
Salam untuk menyembelih putranya.
Kala itu, Ismail kecil adalah karunia luar biasa bagi Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Tapi Allah memintanya untuk disembelih. Sangat berat, tapi harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim Alaihis Salam menyampaikan perintah Allah itu kepada Ismail kecil. Di luar dugaan, Ismail justru mempersilakan orang tuanya menyembelih dirinya.
Dua pembelajaran muncul pada sepenggal cerita itu.
Kesabaran dan ketaqwaan. Bersabar dalam mengharapkan ridho Allah. Yakni ridho
untuk memiliki momongan. Lalu bersabar dalam menerima ujian Allah untuk menyembelih
anak kesayangannya itu.
Pembelajaran berikutnya adalah ketaqwaan. Wujudnya,
sikap Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan kesediaan Nabi Ismail Alaihis Salam untuk
menjalankan perintah Allah. Teladan yang luar biasa.
Keduanya ihlas merelakan apa yang dimiliki untuk menjalankan perintah Allah. Ketaqwaan untuk mendapat ridho dari Allah SWT.
Setidaknya, pembelajaran itu bisa menjadi bekal bagi
manusia pada era Pandemi Covid-19. Penyakit datang dari Allah. Dan Allah
yang menyembuhkan penyakit tersebut. Manusia hanya bisa menjalani ujian dari
Allah. Termasuk ujian saat pandemi ini mewabah.
Langkah Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan Nabi
Ismail Alaihis
Salam yang sabar menghadapi ujian adalah guru terbaik bagi semua
orang. Kesabaran akan membawa kebaikan. Dan sesungguhnya Allah selalu menyertai
orang-orang yang sabar.
Dari kesabaran itu muncul rasa ihlas. Pandemi
Covid-19 membawa dampak yang luar biasa. Semua sektor usaha merasakan.
Pertumbuhan ekonomi melambat, aktivitas sekolah anak-anak terganggu. Begitu
juga ritme kerja karyawan, banyak yang berubah.
Sabar menjadi kunci utama. Ini dalah ujian dari
Allah. Mereka yang sabar adalah yang menang. Kesabaran dalam menjalani ujian
akan membuahkan keihlasan. Semua itu bagian dari upaya meningkatkan ketaqwaan
manusia kepada Allah.
Selalu ada hikmah dibalik semua peristiwa. Allah juga
berfirman pada surat Al Insyiroh ayat 5 dan 6 yang artinya “Sesungguhnya
bersamaan dengan kesusahan dan kesempitan itu terdapat kemudahan dan kelapangan’’.
Allah menekankan kalimat bersamaan. Artinya, ketika terjadi musibah, bersamaan
itu pula ada kemudahan dan kelapangan.
Firman Allah yang ditujukan kepada hamba yang
bertaqwa. Mari, kita jadikan momen Idul Adha sebagai pembangkit kesabaran,
keihlasan, serta ketaqwaan diri. Ketiganya akan membawa manusia pada
ketenangan, kepasrahan, serta ketentraman dalam menjalani hidup. Termasuk saat
menghadapi wabah pandemi ini.
Kesabaran diwujudkan dengan ihtiar menjalani kebiasan
baru. Kebiasaan sesuai standar protokol kesehatan. Keihlasan berada pada masa
sulit dengan tanpa mengeluh dan tetap berpikir optimistis. Serta meningkatkan
ketaqwaan dengan tetap berdoa, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
[]
REPUBLIKA, 30 Juli 2020
Khofifah Indar Parawansa | Gubernur Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar