Jejak dan Derap Peradaban Islam
Rumah Sakit Percontohan (3)
Oleh: Nasaruddin Umar
Rumah sakit yang layak disebut percontohan ialah Rumah Sakit Marrakesh, yang didirikan oleh amirul mukminin Manshur Abu Yusuf, raja Muwahhidin di Maghrib (Marocco). Rumah sakit Marrakesh diambil dari nama taman luas Marrakesh, lahan terbaik yang dianggap tepat membangun rumah sakit. Rumah sakit ini mirip kualitas bangunan istana. Ada taman air mengitari seluruh bangunan rumah sakit, di samping empat buah kolam yang di bagian tengahnya terdapat marmer putih, juga dihamparkan permadani indah dari berbagai jenis wol, katun, sutera, kulit dan lain-lain.
Seperti rumah sakit lain di Bagdad dan di Damaskus,
Rumah Sakit Marrakesh juga didirikan apotek dan laboratorium untuk meramu
obat-obatan. Para pasien disediakan baju tidur malam dan siang sebagaimana
lazimnya rumah sakit modern saat ini. Pasien juga diberi uang cash seusai
menjalani rawat inap, terutama dari kalangan yang tidak mampu demi untuk
memberi kemudahan sang pasien. Rumah sakit ini tidak terbatas hanya untuk
orang-orang miskin saja tapi juga untuk orang kaya. Yang menarik dari rumah
sakit ini ialah mendapat perhatian khusus dari raja. Bukan hanya dari segi
pendanaan tetapi juga perhatian secara pribadi raja kepada para pasien. Setiap
hari jum`at Amirul Mukminin menginspeksi pelayanan rumah sakit sekaligus
mengunjungi pasien.
Rumah sakit lain yang layak disebut rumah sakit percontohan ialah rumah sakit yang dibangun oleh Khalifah Harun Al-Rasyid berkuasa. Rumah sakit ini betul-betul diperhatikan oleh Raja. Cucu sang raja bernama Ibnu Bahtishu bersama dengan dokter istana bernama Jibril untuk menangani membangun Rumah Sakit Bagdad. Pada akhirnya rumah sakit ini berkembang menjadi sebuah pusat kesehatan yang amat penting. Salah seorang tokoh di balik rumah sakit ini ialah Al-Razi, seorang ahli penyakit dalam termasyhur termasyhur di dunia Barat hingga saat ini.
Selain
Marocco, di Mesir sebagai salah satu Negara Afrika juga sudah mengembangkan
rumah sakit modern yang dapat dijadikan contoh bagi kawasan sekitar Afrika
bagian tengah. Kemajuan dunia kedokteran di Mesir tidak kalah dengan
pusat-pusat kerajaan dunia Islam lainnya sudah begitu canggih. Dalam tahun 872
M, Ahmed Ibnu Tulun membangun rumah sakit
Al-Fusta di Kota Al-Fustat, sekarang Kairo. Rumah sakit ini juga sudah
memperlakukan pasien sebagai obyek yang harus didekati secara manusiawi. Tidak
boleh hak-haknya sebagai manusia, meskipun sudah dalam keadaan sakit parah,
tetapi harus diindahkan. Euthanasia sudah mendapat perdebatan luas di kalangan
dokter dan para ulama Fikih saat itu. Mestikah pengobatan tetap diteruskan atau
dihentikan ketika sang pasien diketahui sudah amat sangat kecil kemungkinannya
untuk tertolong. Karena itu rumah sakit selalu mengembangkan wacana-wacananya
bersama para ulama.
Rumah sakit lain yang layak disebut di sini ialah
rumah sakit Al-Qairawan, yang dibangun oleh Pangeran Ziyayadad Di Tunisia,
dalam 830 M. Rumah sakit Al-Qayrawan di wilayah Kota Al-Dimnah. RS ini sudah
menerapkan pemisahan antara ruang tunggu pengunjung dan pasien. Sistem
kebersihan ruangan perlakuan secara manusiawi bagi para pasien juga terlihat di
rumah sakit ini. Masih banyak lagi rumah sakit lain di negara-negara dan atau
pusat-pusat kerajaan Islam dalam era kejayaan Islam telah berdiri tegak di
tempat-tempat umum. []
DETIK, 07 Juni 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar