Pemikiran Islam Lokal
Tuan Guru Bengkel
Judul Buku :
Pemikiran Islam Lokal TGH. M. Shaleh Hambali Bengkel
Penulis
: Adi Fadli
Penerbit
: Pustaka Lombok
Cetakan
: i, 2016
Tebal
: xxvi – 358
Peresensi
: Retno Sirnopati
Muktamar ke-33 di
Kota Santri Jombang merupakan momentum untuk menjadikan Nahdlatul Ulama sebagai
organisasi keagamaan yang berpegang teguh pada Islam yang wasathiyah (moderat),
Islam Nusantara, Islam yang hidup ditengah-tengah ke-Bhineka-an. Tema yang
diusungkan dalam Muktamar tersebut adalah Meneguhkan Islam Nusantara untuk
Peradaban Indonesia dan Dunia. Tema ini menegaskan komitmen NU untuk memajukan
peradaban dari Indonesia untuk dunia dengan pendekatan yang harmonis
(pendekatan agama, sosial) secara kultural dan dalam konteks ini NU sejak
didirikan, sekarang, dan seterusnya akan mendukung peradaban.
Tema itu juga sejalan
dengan doktrin Islam Aswaja Annahdliyyah yang sering diperdengarkan oleh
organisasi Nahdlatul Ulama bertujuan agar hubungan antar manusia bisa bersikap
tawasuth (moderat), tawazun (berimbang), i’tidal (tegak lurus dalam prinsip),
dan tasamuh (toleransi). Hal ini sesungguhnya implementasi dari al-maslahah
al-mu’tabarah (hifd din, nafs, ’aql, nasl, dan mal). Ketika lima tujuan ajaran
universal Islam ini diintegrasikan dengan empat pilar kebangsaan, maka
Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa akan menjadi negara yang maju dan
berperadaban.
Terminologi “Islam
Nusantara” mendapatkan respon yang hangat baik pro dan kontra atas istilah
tersebut, di luar itu muncul banyak pendapat dan argumen untuk menegaskan bahwa
istilah “Islam Nusantara” bukanlah model Islam atau aliran baru akan tetapi
sebuah istilah yang memang hadir atas realita bahwa Islam di Indonesia adalah
agama yang hidup di tengah-tengah agama-agama lain. Di luar perdebatan
tersebut, layak untuk dibaca buku baru yang terbit awal tahun 2016 dengan judul
Pemikiran Islam Lokal TGH. M. Shaleh Hambali Bengkel.
Buku ini hadir
menguraikan sejarah perjalanan intelektual seorang ulama dan tokoh besar Lombok
NTB. TGH. M. Shaleh Hambali yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Tuan
Guru Bengkel (Bengkel merupakan nama sebuah desa tempat kelahiran dan
dimakamkan TGH. M. Shaleh Hambali) merupakan salah satu perintis kebangkitan
Islam di Lombok awal abad 20 dan merupakan Rais Syuriah pertama NU NTB. Tuan
Guru Bengkel juga merupakan salah satu tokoh yang memformulasikan dakwahnya
melalui tulisan atau seperti yang diistilahkan penulis buku “Era Fatwa” menuju
“Era Baca”.
Tuan Guru Bengkel
dalam beberapa pemikiran dan fatwanya sering dianggap kontroversi karena
beberapa pandangannya dalam persoalan agama berbeda dengan ulama pada masanya.
Buku ini merupakan hasil penelitian yang didasari pada tugas akhir (disertasi)
penulis ketika menempuh doktor di bidang Islamic Studies di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Pemikiran-pemikiran
Tuan Guru Bengkel dibagi menjadi tiga tema bidang pemikiran yaitu bidang
tauhid, fiqih dan bidang tasawuf. Pemikiran Tuan Guru Bengkel dalam persoalan
tauhid merepresentasikan bahwa Tuan Guru Bengkel adalah ulama yang memegang
paham ahl-Sunnah wa al-Jama’ah An-Nahdlyah. Tema yang disajikan merupakan tema
besar yang menjadi perhatian ulama ahl-Sunnah wa al-Jama’ah diantaranya 1)
Masalah sifat Allah dan para rasul-Nya, 2) Masalah kekuasaan Allah dan
perbuatan manusia, dan 3) Masalah keimanan dan keislaman (hal 134).
Adapun dalam bidang
fiqih merupakan bidang kajian yang banyak menjadi bahan diskusi karena dianggap
kontroversi, diantaranya masalah mati syahid dunia akhiratnya salah satu tokoh
yang meninggal disebabkan oleh perisean. Perisean merupakan sebuah tradisi
dalam masyakarat Sasak dimana dua orang pepadu saling mengadu ketangkasan
(halaman 228). Masalah kedua yang dianggap kontroversi adalah tidak
adanya Sorong Serah dalam perkawinan (halaman 238). Sorong Serah merupakan
upacara yang dilakukan untuk membayar harga seorang perempuan dalam tradisi
adat Sasak. Perkara lain dalam bidang fiqih adalah karya Tuan Guru Bengkel
tentang haji yang terdapat dalam kitab Jamuan Tersaji pada Manasik Haji. Kitab
ini menyajikan masalah haji lengkap yang diawali penjelasannya tentang masalah
rukun Islam yang lima dan rukun iman yang enam.
Sedangkan dalam
bidang tasawuf, Tuan Guru Bengkel mengajarkan salah satu bidang tasawuf
yaitu tarekat. Tarekat yang dikembangkan adalah tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
Khalwatiyah. Selain tarekat, topik pembahasan yang masih dalam kajian tasawuf
adalah masalah lagu atau nyanyian dan tarian. Tuan Guru Bengkel menulis masalah
ini dalam kitab Luqthatul Jawharah yang ditulis pada tahun 1933. Kitab
lainnya yang ditulis adalah tentang tasawuf, Cempaka Mulia Perhiasan Manusia,
Intan Berlian Perhiasan Laki Perempuan, dan Permaiduri.
Walhasil bahwa buku
karya Adi Fadli tentang sosok Tuan Guru Bengkel menjadi bahan bacaan dan kajian
awal bahwa betapa produktifnya ulama yang hidup diparo abad ke-20 yang dianggap
sebagai tokoh sang pembaru dalam model dakwah yaitu bil lisan, bil kitabah, dan
bil hal. Selain itu buku ini menambah khazanah pengetahuan kita tentang teori
masuknya Islam ke Lombok. Dalam penelitian Adi Fadli ini menjelaskan bahwa
Islam masuk ke Lombok dengan tiga teori.
Buku ini seperti yang
dikatakan salah satu Guru Besar Sejarah UGM dalam pengantarnya layak untuk
menjadi bacaan khalayak ramai, khususnya bagi mereka yang menggeluti kajian
sejarah Islam di Indonesia, atau Islam di Nusantara, maupun sejarah lokal.
Selain itu mereka yang tertarik pada persoalan sejarah keagamaan, sejarah
sosial-budaya, dan segi-segi lainnya perlu untuk menjadikan buku ini sebagai
salah satu referensi penting. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar