Bunga Rampai Pemikir
Muda NU
Judul
buku : Dinamika Pemikiran Intelektual
Muda NU
Penulis
: Rohmat Zaini, dkk (ISNU TULUNGAGUNG).
Penerbit
: Lentera
Kreasindo Yogyakarta
Tahun Terbit
: April 2016
Tebal
: 270 halaman
Peresensi
: Rizal Mubit, Peneliti Farabi
Institute
Semangat jihad
intelektual masih tetap dan terus tumbuh di beberapa kalangan yang
sungguh-sungguh memahami arti perjuangan NU. Untuk itu “kembali ke khittah”
selalu menjadi diskursus yang hangat diperbincangkan. Kiranya, semangat itulah
yang menjadi intisari buku yang ditulis oleh Ikatan Sarjana Nahdhatul Ulama
(ISNU) Tulungagung.
Buku ini berawal dari
perbincangan santai pengurus ISNU Cabang Tulungagung yang merasa bahwa tradisi
menulis di kalangan NU masih kurang. Ceramah dan berdiskusi sudah biasa di
kalangan Nahdliyin, tetapi untuk menulis masih belum. Memang ada beberapa warga
NU yang rajin menulis, tetapi jumlahnya tidak berbanding dengan jumlah warga
NU.
Nahdhatul Ulama yang
identik dengan pondok pesantren; mulai dari gaya hidup, metode pembelajaran dan
pengajaran, sampai pola pikir dalam segala bidang perlu untuk dituliskan
sebagai inspirasi masyarakat Islam pada umumnya dan manusia seluruhnya.
Sehingga NU bisa dipahami banyak orang di semua kalangan tidak hanya sebatas
orang-orang yang mampu membaca kitab kuning dengan pemaknaan yang tepat menurut
gramatikal bahasa arab, atau mereka yang aktif di Lajnah Bahtsul Masail dengan
segudang problematika fiqih serta jawaban yang acap kali tanpa menggunakan
pertimbangan kajian holistik dan sumber rujukan yang kolektif.
Kehadiran buku kumpulan
tulisan para intelektual NU ini cukup kaya warna dan menggugah pemikiran
kalangan muda. Kajiannya mampu memberikan jawaban atas kegelisahan pengikut NU
pada umumnya. Pertama, topik yang ditulis mencakup tema yang variatif. Ada yang
menulis masalah ideologi, politik, ekonomi, manajemen, pendidikan, budaya,
sampai soal hadits. Topik yang melintas batas tersebut sungguh merupakan
kekayaan warna dalam dimensi intelektual. Kedua, latar belakang penulis yang
beragam. Ada yang berlatar belakang guru, dosen, mahasiswa, santri, hingga
enterpreneur. Latar belakang mereka memengaruhi terhadap tulisan yang mereka
buat. Ketiga, keragaman geografis. Memang buku ini yang menerbitkan ISNU
Tulungagung. Tetapi penulisnya tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Eko
Siswanto misalnya, ia adalah dosen STAIN Alfatah Jayapura, tetapi beliau dulu
adalah Pengurus IPNU Tulungagung. Ada juga penulis dari Jambi, Ponorogo,
Malang, Surabaya, Lamongan dan dari beberapa kota lain. Tetapi sebagian besar
diisi pengurus ISNU Tulungagung.
Para penulis
menghadirkan data, informasi, dan pemikiran-pemikiran cerdas para intelektual
NU Tulungagung dan sekitarnya. Misalnya tulisan Sekretaris Umum ISNU
Tulungagung. Pembaca akan menemukan pernik-pernik ideologis ke-NU-an dan
kecerdasan argumentatif di dalam ulasannya. Pembaca mungkin akan
tergelitik saat membaca ulasan dari Agus Zaenul Fitri yang juga Wakil
Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung ketika merangkai narasi Gus Dur. Juga
bagaimana secara elok ia bertutur tentang pluralisme Gus Dur lewat tangan Kiai
Marzuki Mustamar.
Bagaimana NU di
Papua? Mungkin kita akan terkejut dengan pertanyaan ini. NU cukup eksis di
Papua. Gerak dan aktivitas NU cukup produktif, khususnya dalam konteks
kerukunan umat beragama. Secara detail Ketua Tanfidziyah NU Jayapura periode
2009-2014, Eko Siswanto bertutur kompleksnya kehidupan sosial keagamaan di
Jayapura. Pelan tapi pasti NU menancapkan kiprahnya di bumi Indonesia ujung
timur tersebut. Baca dan simak uraian Eko dan kita akan menemukan spirit
transformasi yang kuat.
Buku ini
diharapkan memberikan kontribusi untuk mengaktualkan potensi warga NU.
Pengalaman dan pengetahuan mereka cukup kaya semoga menjadi respon atas bentuk
keprihatinan terhadap fenomena masyarakat. Meskipun tidak semua tema terangkum
di dalamnya, termasuk solusi pertanian ekonomi yang akhir-akhir ini menjadi
kekurangan NU. Selamat membaca. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar