Perguruan Tinggi NU
Bersaing
Pendidikan merupakan
panglima kemajuan sebuah bangsa. Sebab itu, tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan
pendidikan ikut menentukan kemajuan sebuah negara. Nahdlatul Ulama (NU) jauh
sebelum kelahirannya telah berjasa membidani dunia pendidikan yakni pesantren. Lembaga
pendidikan pertama di Indonesia ini bahkan hingga sekarang masih eksis menjaga
Indonesia, menjadi benteng moral, dan mencetak generasi emas bangsa.
Hingga sekarang, NU
telah berhasil mendirikan lembaga pendidikan dari berbagai jenis dan tingkatan.
Terhitung, pesantren merupakan tonggak lahirnya lembaga pendidikan lain seperti
madrasah dengan pelbagai namanya hingga perguruan tinggi NU. Bagi organisasi
sosial kemasyarakatan ini, jihad melalui pendidikan tidak akan pernah berhenti
sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus merawat pemahaman Islam
yang ramah dan toleran.
Tentang perguruan
tinggi NU inilah, Majalah Risalah mengangkat sebagai tema besar edisi
terbarunya, Edisi 64/Tahun X/1437 H/September 2016. Semangat mendirikan dan
memajukan perguruan tinggi NU menjadi agenda penting sebagai bagian dari
penceradasan anak bangsa dari berbagai jenjang pendidikan. Dengan demikian, NU
semakin lengkap dalam memperjuangkan nilai-nilai populis pendidikan sesuai
dengan semangat pencerdasan bangsa dengan mendirikan Universitas Nahdlatul
Ulama (UNU) di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam pengantar
Redaksinya, Pemimpin Redaksi Majalah Risalah NU, Musthafa Helmy mengatakan
bahwa NU semakin membuktikan diri dalam persaingan global dengan mendirikan dan
memajukan perguruan tingginya. Perguruan tinggi sudah lama menjadi kebutuhan
masyarakat sehingga NU juga harus mengembangkannya dengan segala distingsi
(kekhasan) dan ekselensi (keunggulan)-nya.
Kemajuan NU dalam
mengembangkan pendidikan tinggi patut diacungi jempol, sebab sejak dimulai
pembangunan UNU di berbagai daerah dari tahun 2010, sudah berdiri sebanyak 28
UNU. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyaknya kader NU yang ikut andil dalam
persaingan global melalui universitas, termasuk antara lain pendidikan tinggi
berbasis pesantren yaitu Ma’had Aly sebagai wadah pencetak kader ulama mumpuni.
Secara historis, NU
sudah memiliki universitas sejak akhir tahun 1950-an ketika organisasi terbesar
di dunia sempat menjadi partai politik. UNU Surakarta merupakan perguruan
tinggi NU tertua yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1958. UNU
Surakarta dulu bernama Kulliyatul Qadla karena memang hanya mengkhususkan pada
bidang hukum Islam dan sistem peradilan agama Islam. Lulusannya dulu banyak
yang mengisi jabatan di peradilan agama serta kantor urusan agama (KUA) kala
itu.
Disusul kemudian UNU
Bandung yang berdiri tahun 1959 yang kini berubah nama menjadi Universitas
Islam Nusantara (Uninus) yang tercatat sudah meluluskan sarjana sekitar 40.000,
baik strata 1 hingga strata 3.
Dalam majalah setebal
66 halaman ini, dipaparkan beberapa profil UNU yang tersebar di berbagai daerah
seperti UNU Surakarta, UNU Indonesia (Unusia) Jakarta, UNU Cirebon, UNU
Surabaya (Unusa), Unisnu Jepara, UNU Sidoarjo, UNU Lampung, UNU Kalimantan
Selatan, UNU Kalimantan Timur, Unisma Malang, dan Unisnu Bandung. Selain itu,
UNU juga telah berdiri di Nusa Tenggara Barat (NTB), serta UNU lainnya di
beberapa provinsi.
Jumlah perguruan
tinggi tersebut belum termasuk perguruan tinggi yang berbentuk sekolah tinggi
(STAINU) dalam Institut Nahdlatul Ulama, seperti Institut Agama Islam Ma’arif
Nahdlatul Ulama (IAIMNU) di Kebumen, Jawa Tengah.
Selain mengulas
tentang dinamika perguruan tinggi NU, Majalah Risalah juga menyajikan berbagai
informasi dan tulisan menarik lain seperti ulasan Ma’had Aly dari Direktur
Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Dr H Mohsen, Telaah Kitab Ihya
Ulumuddin oleh KH Abdul Moqsith Ghazali (Wakil Ketua LBM PBNU), Resensi Buku
Kebangkitan Santri Cendekia dari Dosen UIN Walisongo Semarang M. Rikza Chamami,
Obituari Mustasyar PBNU Almaghfurlah KH Mas Subadar, serta tulisan-tulisan
inspiratif lain dari para kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama seperti Gus Mus dan KH
Mujib Qulyubi. (Fathoni Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar