Mimpi Mbah Baedhowi
Bertemu Rasulullah untuk Mendirikan Cabang NU
Munculnya kesepakatan
bersama antara Mbah Ma'soem, Mbah Baedhowi, Mbah Cholil dengan Mbah Wahab
Hasbullah dan Mbah Hasyim Asyari. Kelima ulama ini merupakan kerabat karib,
yang kesehariaan sering berbincang dan berdiskusi bersama. Awalnya yang
memiliki gagasan untuk mendirikan Nahdlatul Ulama adalah Mbah Wahab Hasbullah.
Dimana beliau pernah berriyadhoh hingga 41 hari untuk mendirikan Jam'iyyah
Nahdlatul Ulama.
Pada awal tahun 1926
bersamaan dengan akan didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama, suatu ketika Kiai
Baedhowi bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, sedang duduk bersama dengan
Mbah Baedhowi. Kemudian datanglah para tokoh NU bertamu di kediaman Mbah
Baedhowi. Melihat para tokoh NU ini, kemudian Nabi Muhammad mempersilahkan para
tokoh NU untuk masuk dan duduk bergabung dengan Mbah Baedhowi bersama Nabi yang
sedang duduk berbincang.
Datangnya mimpi ini,
diartikan oleh Mbah Baedhowi, bahwa Rasulullah mengizinkan NU masuk Lasem.
Kemudian Mbah Baedhowi membicarakan hal ini dengan sejumlah ulama di Lasem
diantaranya Mbah Ma'soem dan Mba Cholil, mengenai sudah saatnya Lasem
untuk mendirikan Cabang Nahdlatul Ulama di Lasem. Maka dalam hal ini, NU Cabang
Lasem secara Nasional dan Jawa Tengah termasuk urutan cabang yang berdiri
ke-11.
Setelah melalui
mufakat bersama dengan seluruh ulama yang ada di Lasem, dalam hal pendirian NU,
masyarakat dari kaum santri pun menyambut baik kabar pembentukan Cabang NU di
Lasem. Meskipun di lain pihak, sebagian orang Lasem terdiri dari bermacam
golongan, diantaranya Masumi yang menjadi mayoritas, PKI, dan Wong Abangan yang
tidak memihak manapun.
Mulai awal berdirinya
Cabang NU di Lasem pada tahun 1926-1960 NU di Lasem mendapatkan respon dari
kaum santri yang sangat luar biasa, meski belum merata. Hanya bisa mendominasi
wilayah tertentu, dan beberapa desa yang menjadi simpatisan NU di level paling bawah.
Pada masa ini,
perjuangan NU pun sangat luar biasa. Persaingan dalam hal mempertahankan
idiologi menjadi hal yang biasa. Perjuangan Nahdliyin yang mempertahankan
idiologi Nusantara mendapatkan perlawanan dari sejumlah kelompok yang
menebar pemikiran mereka untuk mendirikan negara khilafa yang di motori oleh
sejumlah ormas. Belum lagi komunisme yang juga melakukan sejumlah agresi untuk
menanam faham komunis dikalangan pemuda dan generasi muda NU dan kelompok
pelajar santri di Lasem melalui berbagai metode.
Perjuangan warga NU
di Lasem bukan hanya dalam mempertahankan idiologi nusantara saja, tetapi
perlawanan secara tidak langsung melalui parlemen sebagai upaya mematikan dan
melinghilangkan Nahdlatul Ulama pun sangat kuat. Tetapi, persatuan dan ketakziman
para santrilah yang membuat NU secara kultural menjadi sangat kuat mulai dari
level yang paling bawah. []
Ahmad Asmu'i
Ditulis berdasarkan
ngobrol sejarah NU Lasem dengan sesepuh Habib Ridwan (Wakil Ketua Tanfidiyah
PCNU Lasem)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar