Hukum Menggunakan Buku
Primbon
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Bapak Ustadz, saya mau bertanya seputar adat
atau kebiasaan seseorang yang menggunakan primbon, seperti: 1. Kalau mau
membuka warung harus menunggu hari yang bagus (Kamis legi dll); 2. Jika mau
menikahkan Anaknya menunggu atau ditepatkan dengan hari kelahirannya (padahal
hari kelahirannya masih lama); 3. Apabila mau bangun rumah menanti hari yang
Bagus (Rabu legi dll). Yang menjadi pertanyaan saya, Apakah ada pengajaran
dalam kitab kuning dll dalam agama Islam terkait Topik tersebut?.
Wassalamu'alaikum. Wr. Wrb. Terima Kasih.
Syaiful, Jawa Timur
Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Bapak Syaiful yang kami hormati, Islam tidak mengajarkan tentang berpegang pada waktu tertentu entah itu jam, hari, bulan, atau pasaran (Pon, Wage, dll.) untuk memulai sesuatu yang baik. Islam mengajarkan agar membaca Basmalah untuk memulai pekerjaan yang baik kapanpun itu. Dalam sebuah hadits yang statusnya hasan lighairihi disebutkan:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أقطع-- رواه ابن حبان
Artinya: Setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan bismillah adalah terputus (HR. Ibn Hibban)
Dalam ajaran membaca basmalah ini terkandung maksud untuk selalu menggantungkan semuanya kepada Allah dan bahwa sesuatu terjadi hanya dengan seizin-Nya. Untuk itu kita harus selalu husnudz-dzon (berbaik sangka) kepada Allah SWT. Prasangka kita terhadap Allah akan kembali pada diri kita sendiri, begitulah yang disebutkan dalam salah satu hadits qudsi.
Kemudian, Apakah ada pengajaran dalam kitab kuning tentang primbon? Kalau tentang pasaran (wage, legi dll.) jelas tidak ada. Tapi, ada metode penentuan waktu tertentu untuk melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda seperti yang ditanyakan di atas.
Dalam khazanah keilmuan pesantren ada sebuah
kitab Astrologi (ilmu perbintangan) yang ditulis oleh Ilmuwan muslim pada zaman
Abbasiyah, Abu Ma’syar Al-Falaki. Beliau adalah murid Al-Kindi. Kitab yang
beliau tulis berjudul seperti nama penulisnya sendiri, Abu Ma’syar Al-Falaki.
Dulu, kitab tersebut banyak beredar di pesantren-pesantren salaf. Dalam kitab
tersebut dijelaskan waktu-waktu tertentu, watak manusia yang lahir di waktu
tertentu (seperti layaknya zodiak), dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya silahkan
rujuk kitab tersebut.
Selanjutnya, yang terpenting menurut kami bukan masalah ada dan tidaknya kitab seperti itu, melainkan bagaimana kita menyikapi data-data yang disebutkan oleh penulis kitab yang dimaksud agar kita tetap berada pada jalan yang benar dalam keimanan. Kitab Astrologi seperti itu hanya boleh dijadikan sebagai data sementara untuk kita melakukan sesuatu, sedangkan hasil yang akan terjadi tetap kita serahkan pada Allah SWT, karena Allah SWT yang mempengaruhi segalanya. Jika kita menyikapi begitu, sebagian ulama memperbolehkan. Ini bisa kita lihat dalam kitab Ghayatu Talkhishi Al-Murad min Fatawi ibn Ziyad, Hamisy Bughyatul Mustarsyidin, hal. 206 ;
مسألة: إذا سأل رجل آخر: هل ليلة كذا أو يوم كذا يصلح للعقد أو
النقلة؟ فلا يحتاج إلى جواب، لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجراً بليغاً،
فلا عبرة بمن يفعله، وذكر ابن الفركاح عن الشافعي أنه إن كان المنجم يقول ويعتقد
أنه لا يؤثر إلا الله، ولكن أجرى الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا، والمؤثر هو
الله عز وجل، فهذا عندي لا بأس به، وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم
وغيرها من المخلوقات
Artinya: Jika seorang bertanya kepada orang
lain, apakah malam tertentu atau hari tertentu cocok untuk akad nikah atau
pindah rumah? Maka tidak perlu dijawab, karena syariat melarang meyakini hal
yang demikian itu bahkan sangat menentang orang yang melakukannya. Ibnul Farkah
menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Syafii bahwa jika ahli astrologi berkata
dan meyakini bahwa yang mempengaruhi adalah Allah, dan Allah yang menjalankan
kebiasaan bahwa terjadi demikian di hari demikian sedangkan yang mempengaruhi
adalah Allah. Maka hal ini menurut saya tidak apa-apa, karena yang dicela
apabila meyakini bahwa yang berpengaruh adalah nujum dan makhluk-makhluk (bukan
Allah).
Bapak Syaiful yang baik, kita harus selalu menjaga keimanan kita. Waktu-waktu tertentu yang ada dalam primbon jangan sampai membuat keimanan kita berpaling kepada selain Allah SWT. Semua waktu itu baik asalkan digunakan untuk melakukan kebaikan, boleh digunakan untuk memperkuat kemantapan hati. Namun hendaknya kita selalu berbaik sangka kepada Allah SWT dan memulai melakukan segala hal yang baik dengan membaca basmalah. Semoga langkah-langkah kita dalam kehidupan ini selalu diridhoi oleh Allah SWT. Aaamiin…
والله أعلم بالصواب
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ihya’
Ulumuddin
Tim Bahtsul Masail NU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar