Sepuluh Keutamaan Ilmu
Suatu ketika, kaum Khawarij mendengar sabda
Nabi Muhammad saw. :
انامدينةالعلم
و عليّ بابها
“Aku adalah kota ilmu, dan Ali gerbangnya.”
Melihat kenyataan tersebut, mereka tidak mau
menerimanya. Lalu berkumpullah para tokoh Khawarij untuk membuktikan hal
tersebut.
“Kita tanyakan saja kepada Ali, sepuluh
pertanyaan yang sama. Jika dia memberikan alasan yang berbeda, maka benarlah
apa yang dikatakan Nabi,” usul seorang tokoh.
Mereka kemudian mendatangi Sayyidina Ali
secara bergilir dan melontarkan pertanyaan yang sama : “Lebih utama mana ilmu
atau harta?”
Sayyidina Ali pun, selalu menjawab pertanyaan
tersebut dengan jawaban yang sama: ilmu. Akan tetapi dengan alasan berbeda.
Kepada penanya pertama, ia menjelaskan ilmu warisan para nabi, harta merupakan
warisan Qarun, Fir’aun dan lainnya.
“Ilmu menjagamu, sedang harta kamulah yang
menjaganya,” terangnya kepada penanya kedua.
“Pemilik ilmu sahabatnya banyak, pemilik
harta musuhnya banyak.
“Ilmu akan bertambah jikau kau pergunakan.
Harta akan berkurang jika kau gunakan.”:
Kepada orang kelima dijawabnya, ”Pemilik ilmu
akan dohormati dan dimuliakan. Pemilik harta akan ada yang menjulukinya si
pelit.
“Harta perlu dijaga dari pencuri, ilmu tidak
perlu menjaganya.
“Pemilik harta pada hari Kiamat akan dimintai
tanggung jawab. Pemilik ilmu akan menadapat syafaat.
“Ketika dibiarkan dalam waktu yang lama harta
akan rusak. Sedangkan ilmu tak akan musnah dan lenyap.
“Harta membuat hati jadi keras. Ilmu menjadi
penerang hati.
“Pemilik harta akan dipanggil Tuan Besar.
Pemilik ilmu akan dijuluki ilmuan. Andaikata kalian hidupkan banyak orang, maka
aku akan menjawabnya dengan jawaban berbeda, selagi aku masih hidup,” tegas
Sayyidina Ali kepada penanya terakhir.
Dan akhirnya, mereka pun kembali dalam
pengakuan Islam. []
Ajie Najmuddin/ disarikan dari kitab
al-Mawaidhu al-Ushfuriyyah karya Syeikh Muhammad bin Abu Bakar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar