Menjadi Pekerja Seni atau
Mengikuti Kata Orang Tua?
Pertanyaan:
Assalamualaikum wr. wb. Saya Nadya dari
Probolinggo, umur 19 tahun. Saya adalah warga NU yang taat. Sedari keluarga
saya tergolong keluarga dengan aturan ketat, terkait agama dan keilmuan. Selama
ini tidak pernah ada sejarah di keluarga besar saya seseorang yang berprofesi
di bidang seni. namun saya justru ingin sekali bergerak di bidang seni. Banyak
teman-teman saya memuji bakat seni saya yang floating, katanya, dan saya
harus mengejar impian saya.
Saya ingin menjadi seorang penulis lagu.
Namun pandangan kedua orang tua saya terlalu kaku untuk menerima pekerjaan
tersebut disandang oleh anaknya, dengan berbagai alasan. sebagai tambahan,
setelah melalui beberapa tes, saya tergolong berada di depresi tingkat sedang.
Hal ini dikarenakan orang tua yang terlalu mengekang dan terlalu mengontrol,
bahkan dalam urusan 'saya ingin menjadi apa'.
Mohon solusinya secara keagamaan, saya harus
bagaimana. Saya ingin menjadi seorang penulis lagu yang tidak melanggar
ketentuan agama sama sekali. tidak ada niatan untuk melanggar aturan Allah.
Terimakasih.
Wassalamualaikum wr wb.
Jawaban:
Wa’alaikumsalam wa rahamatullah wa barakatuh.
Saudari Nadya yang mudah-mudahan selalu di bawah naungan ridha Allah. Kehidupan
akan menjadi terasa indah apabila seseorang mampu memahami dan menikmati arti
dan nilai sebuah kesenian. Hal ini juga tidak dipungkiri dalam kebudayaan
manapun di muka bumi, terlebih lagi bagi mereka yang menggandrungi dan
mengedepankan nilai-nilai estetika dalam kehidupannya.
Islam sebagai agama yang membawa misi
kesejukan bagi umat manusia (rahmatan lil ‘alamin) tentunya mengakomodir setiap
hal yang mengarah kepada keindahan serta luhurnya nilai-nilai kebudayaan suatu
masyarakat. Dalam sejarahnya, Rasululullah saw cukup memberi apresiasi terhadap
kesenian masyarakat Arab waktu itu yang gemar menikmati keindahan syair.
Dalam sebuah hadis, beliau pernah mengatakan:
إِنَّ مِنَ
الشِّعْرِ حِكْمَةً
وفي
حديث اخر حكما
Artinya: sesungguhnya dari bait-bait syair
terdapat hikmah.
Dalam hadis yang lain (disebutkan bahwa dalam
seni) terdapat kandungan hukum. (HR. Abu Dawud)
Saudari penanya yang kami hormati. Keinginan
untuk menjadi pencipta lagu maupun terjun serta aktif di bidang seni yang lain
(menjadi seniman) pada hakikatnya bukanlah hal yang dilarang oleh agama
sepanjang masih dalam koridor-koridor yang dibenarkan. Namun mengingat apa yang
anda cita-citakan sekarang ini sedang berhadapan dan bertolak belakang dengan
keinginan dan pemahaman orang tua, maka taatilah mereka dan adakan komunikasi
serta pendekatan secara intensif dengan mereka. Usahakan jangan sampai
menyinggung apalagi melukai dan menyakiti perasaan serta hati mereka mengingat
ajaran agama Islam sangat menekankan kepatuhan dan ketaatan seorang anak kepada
orang tua.
Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang berisi
perintah untuk berbakti kepada orang tua, disamping juga banyak hadis-hadis
Nabi yang mengarahkan demikian. Bahkan dalam kitab Hadis Shahih Bukhari
diceritakan bahwa menjelang keberangkatan Rasulullah saw beserta rombongannya
untuk berjihad fi sabilillah, datanglah seorang pria menawarkan diri dan
berkeinginan kuat untuk ikut serta dalam rombongan tersebut yang akhirnya oleh
Rasulullah saw diarahkan untuk tidak ikut dan kembali ke rumah demi berbakti
kepada orang tuanya karena dalam diri merekalah terdapat hakikat jihad.
Saudari Nadya yang disayangi Allah. Cerita
dari hadis di atas bukan bermaksud menghambat, memberangus apalagi memasung
inspirasi, kreatifitas, serta keinginan seorang anak dalam mewujudkan
cita-citanya, namun lebih pada penghormatan dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada orang yang telah melahirkan dan menjadi sebab dirinya ada.
Oleh karena itu, sekali lagi pendekatan yang
santun tanpa mengenal lelah harus diupayakan semaksimal mungkin karena justru
dengan pendekatan semacam inilah tidak sedikit hati dan perasaan orang tua yang
tergugah serta mengubah pemikiran dan perlakuan terhadap anaknya. Mudah-mudahan
Allah menjadikan kita semua sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua,
dan membuka hati kedua orang tua kita sehinga mereka mau menerima serta
mendukung aspirasi maupun cita-cita mulia yang kita inginkan. Amin. []
Maftukhan
Tim Bahtsul Masail NU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar