Sepotong Kisah dari
NU Subang
Pada awal tahun 1970,
NU masih berstatus partai politik yang memiliki kekuatan besar. Orde Baru tidak
suka melihat rival kuat. Mereka mengikis kekuatan NU, baik di tingkat nasional
maupun lokal, dari yang halus hingga kasar.
Menurut Kia Haji
Nawawi, aktivis NU Subang sejak tahun 60-an, pernah mengalami getirnya menjadi
penggerak NU tahun 70-an. “Menjadi anggota NU waktu itu sangat menyengsarakan,”
ujarnya. Dalam hal pemilu misalya, para pencoblos yang diindikasikan NU,
kertas suara ditandai panitia pemilihan. Ketika terbukti mencoblos NU, mereka
dikumpulkan.
“Di Pusakanagara
misalnya, orang-orang yang mencoblos partai NU dikumpulkan, kemudian disuruh
mengambil pasir dari sungai. Yang tidak mau, ditalapung (ditendang pantatnya,”
ungkapnya saat ditemui NU Online di kediamannya, Pabuaran, Subang, Jumat
(16/11).
Menurut kakek
kelahiran Subang 1943 ini, tindak refresif seperti dilakukan aparat keamanan
yang berpihak kepada partai tertentu. Padahal sejatinya mereka melindungi
keamanan warganya. Lebih jauh, Nawawi yang pernah menjadi ketua di
tanfidziyah dan syuriyah ini, mengisahkan plang NU yang selalu dicabut pihak
tertentu. Nawawi ketika tahun 71 masih aktif di MWC Kecamatan Pabuaran. Ia
bersama teman-temannya membuat plang NU dari seng seluas 2 meter persegi.
“Bapak masang plang
NU di depan rumah. Malam Pemilu itu hilang. Ternyata dibuang di dekat jalan
kereta di belakang sana,” kenang kiai yang juga mubaligh yang kediamannya tidak
jauh dengan jalan kereta jalur Pantura.
Lain halnya dengan
Kiai Syuaib Sarbini, salah seorang kiai NU Subang yang bermukim di
Pusakanagara. Ia juga memasang plang NU di dekat rumah pesantrennya.
“Plang NU-nya
diangkat 40 orang teu kuateun (tidak terangkat, red.). Sebab, plang NU itu oleh
Kiai Sarbini dijampe-jampe,” ujarnya sambil tertawa terkekeh. Ia mengenang
getir tidak dengan dendam.
Tidak hanya itu, salah seorang Pengurus Wilayah NU Jawa Barat bernama Muiz Ali yang akan datang Pabuaran diteror dengan perusakan jembatan sehingga ia tak jadi datang. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar