Rabu, 18 Maret 2015

Sepotong Kisah dari NU Subang



Sepotong Kisah dari NU Subang

Pada awal tahun 1970, NU masih berstatus partai politik yang memiliki kekuatan besar. Orde Baru tidak suka melihat rival kuat. Mereka mengikis kekuatan NU, baik di tingkat nasional maupun lokal, dari yang halus hingga kasar. 

Menurut Kia Haji Nawawi, aktivis NU Subang sejak tahun 60-an, pernah mengalami getirnya menjadi penggerak NU tahun 70-an. “Menjadi anggota NU waktu itu sangat menyengsarakan,” ujarnya. Dalam hal pemilu misalya, para pencoblos yang diindikasikan NU, kertas suara ditandai panitia pemilihan. Ketika terbukti mencoblos NU, mereka dikumpulkan. 

“Di Pusakanagara misalnya, orang-orang yang mencoblos partai NU dikumpulkan, kemudian disuruh mengambil pasir dari sungai. Yang tidak mau, ditalapung (ditendang pantatnya,” ungkapnya saat ditemui NU Online di kediamannya, Pabuaran, Subang, Jumat (16/11). 

Menurut kakek kelahiran Subang 1943 ini, tindak refresif seperti dilakukan aparat keamanan yang berpihak kepada partai tertentu. Padahal sejatinya mereka melindungi  keamanan warganya. Lebih jauh, Nawawi yang pernah menjadi ketua di tanfidziyah dan syuriyah ini, mengisahkan plang NU yang selalu dicabut pihak tertentu. Nawawi ketika tahun 71 masih aktif di MWC Kecamatan Pabuaran. Ia bersama teman-temannya membuat plang NU dari seng seluas 2 meter persegi. 

“Bapak masang plang NU di depan rumah. Malam Pemilu itu hilang. Ternyata dibuang di dekat jalan kereta di belakang sana,” kenang kiai yang juga mubaligh yang kediamannya tidak jauh dengan jalan kereta jalur Pantura.

Lain halnya dengan Kiai Syuaib Sarbini, salah seorang kiai NU Subang yang bermukim di Pusakanagara. Ia juga memasang plang NU di dekat rumah pesantrennya.

“Plang NU-nya diangkat 40 orang teu kuateun (tidak terangkat, red.). Sebab, plang NU itu oleh Kiai Sarbini dijampe-jampe,” ujarnya sambil tertawa terkekeh. Ia mengenang getir tidak dengan dendam.

Tidak hanya itu, salah seorang Pengurus Wilayah NU Jawa Barat bernama Muiz Ali yang akan datang Pabuaran diteror dengan perusakan jembatan sehingga ia tak jadi datang. []

(Abdullah Alawi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar