Kamis, 10 Agustus 2017

(Ngaji of the Day) Ketika Cemburu Melanda Istri Nabi Muhammad SAW



Ketika Cemburu Melanda Istri Nabi Muhammad SAW

Memiliki istri lebih dari satu adalah salah satu budaya Arab saat itu. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun memiliki istri lebih dari satu. Salah satu konsekuensi memiliki istri lebih dari satu adalah kecemburuan yang dialami oleh salah satu istri dengan istri yang lain, termasuk para ummul mukminin (istri-istri Rasulullah SAW).

Walaupun Nabi Muhammad SAW ingin dan selalu berusaha keras untuk berlaku seadil-adilnya kepada para istrinya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada saja rasa cemburu yang melanda istrinya bahkan pada orang yang sudah tiada.

Dalam hadits Bukhari dikisahkan bahwa Aisyah RA pernah cemburu kepada Siti Khadijah RA karena nabi sering menyebut-nyebut namanya dan sering memuji-mujinya di hadapan Aisyah RA. Walaupun saat itu Khadijah RA telah meninggal dunia, namun tetap saja Aisyah masih cemburu dengan Khadijah.

Dalam hadits Bukhari juga, suatu hari nabi pulang ke rumah istrinya, yaitu Zainab binti Jahsy. Namun nyatanya di rumah, Aisyah sedang mempersiapkan sesuatu dengan Hafsah. Mereka berdua bersepakat untuk bilang kepada nabi bahwa ia mencium sesuatu yang tidak enak setelah pulang dari rumah Zainab.

Setibanya nabi dari rumah Zainab.

“Nabi, aku mencium bau yang tidak sedap dari mulutmu? Apa yang engkau makan saat berada di sana?” tanya Aisyah kepada nabi.

Nabi pun menjawab, “Wahai Aisyah, aku hanya minum madu. Mana mungkin madu itu menjadikan mulutku berbau?”

Setelah bertemu Aisyah, nabi pun bertemu dengan Hafsah. Tanpa disangka oleh nabi, Hafsah pun mengatakan hal yang sama seperti Aisyah. Mendengar perkataan Hafsah tersebut, nabi masih tetap berkata sama.

“Tidak, wahai Hafsah. Aku hanya minum madu.”

Dari perkataan dua orang istrinya itu, nabi pun merasa bahwa mulutnya memang benar-benar bau. Sehingga nabi pun bersumpah untuk tidak meminum madu tersebut. Sumpah tersebut tidak lain dan tidak bukan hanya untuk membahagiakan kedua istrinya yang tidak suka dengan bau madu. Turunlah Al-Quran At-Tahrim ayat 1:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya, “Wahai nabi, mengapa engkau mengharamkan sesuatu yang Allah halalkan kepadamu hanya karena ingin mengharap ridha istri-istrimu. Sungguh Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

Bahkan kitab Durarul Mantsur karya As-Suyuthi menyebutkan bahwa ada kisah lain yang menjadi sebab turunnya ayat di atas selain kisah madu, yakni sebagaimana dikutip As-Suyuthi dari An-Nasai melalui riwayat Anas bahwa nabi memiliki seorang budak perempuan dan tidur dengannya. Kemudian hal tersebut diketahui oleh Aisyah dan Hafsah. Karena peristiwa itu, nabi akhirnya mengharamkan diri untuk tidur dengan budak perempuannya. Padahal saat itu hal itu dihalalkan oleh Allah. Dari situ lalu turunlah ayat di atas (At-Tahrim ayat1).

Dari kisah kecemburuan istri-istri nabi ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kecemburuan adalah sebuah keniscayaan bagi semua manusia tak terkecuali istri-istri Nabi Muhammad SAW. Namun, jangan sampai kecemburuan itu malah menjadi sebab datangnya murka Allah. Hanya karena kecemburuan seorang istri, suami harus melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Inilah yang menjadi sebab datangnya murka Allah. Wallahu a’lam. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar