Kamis, 10 Agustus 2017

Nasaruddin Umar: Ukhuwah Islamiah



Ukhuwah Islamiah
Oleh:  Nasaruddin Umar

UKHUWAH islamiah (persaudaraan keislaman) ialah persaudaraan yang juga dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah, yakni persaudaraan orang-orang yang sama-sama tunduk di bawah garis kebijakan Alquran dan hadis. Dasar persaudaraan ini bisa ditemukan dalam banyak ayat dan hadis, antara lain yang sangat populer, “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara.” (QS Ali Imran/3:103).

Dalam hadis sahih juga ditegaskan, “Sesungguhnya perumpaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana bangunan kukuh, yang saling menguatkan satu dengan lainnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Dasar untuk mencapai ukhuwah islamiah sejati tentu rasa cinta satu sama lain secara tulus, sebagaimana ditekankan Nabi dalam hadis sahih, “Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai...” (HR Muslim).

Ukhuwah islamiah sering kali juga dijadikan rujukan ayat Alquran, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat.” (QS al-Hujurat/49:10).

Jumhur ulama mengatakan yang dimaksud kata al-mu’minun dalam ayat di atas ialah orang-orang Islam, yang mengimani Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dam Mahakuasa meskipun ada juga ulama mengatakan kata al-mu’minun dalam ayat itu menunjuk kepada orang-orang yang memiliki keimanan kepada Tuhan. Soal imannya benar atau sesat atau setengah sesat, itu urusannya dengan Allah SWT dan tentunya bagian dari garapan para mubalig untuk membenarkan keimanan mereka dengan cara-cara yang dituntunkan Allah SWT.

Sebagai sesama umat Islam, segala bentuk usaha yang bisa menyebabkan perpecahan harus dihindari. Salah satunya ialah fitnah dan dan kecurigaan satu sama lain. Nabi menegaskan, “Jauhilah prasangka buruk karena prasangka buruk adalah pembicaraan yang paling dusta.” (HR Bukhari).

Dalam redaksi lain dikatakan, “Jauhilah prasangka karena prasangka itu ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, juga janganlah saling mendengki, membenci, atau memusuhi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari).

Dalam ayat Alquran juga diperingatkan, "Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim." (QS al-Hujurat/49:11).

Penegakan ukhuwah islamiah tidak mesti dipertentangkan dengan konsep ukhuwah imaniyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah karena ukhuwah-ukhuwah tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan satu sama lain. Ukhuwah islamiah tidak mesti harus diperhadap-hadapkan dengan jenis ukhuwah lain. []

MEDIA INDONESIA, 4 Agustus 2017
Nasaruddin Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar