Mayoritas ulama menyebutkan bahwa Al-Qur’an terdiri atas 114 surah. Dari sejumlah itu, ada surah yang panjang. Ada pula surah pendek. Surah terpendek berjumlah tiga ayat sebagaimana antara lain keterangan Al-Qadhi Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwarut Tanzil sebagai berikut:
والسورة الطائفة من
القرآن المترجمة التي أقلها ثلاث آيات
Artinya, “Surah adalah sekelompok ayat Al-Qu’ran yang terjelaskan. Satu surah
paling kurang terdiri atas 3 ayat,” (Al-Qadhi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil,
[Istanbul, Darul Haqiqah: tanpa tahun]).
Syekh Jamaliddun Al-Qasimi dalam tafsirnya Mahasinut Ta’wil menyatakan serupa.
Menurutnya, surah merupakan sekelompok ayat Al-Qu’ran mulia yang terjelaskan.
Paling sedikit surah terdiri atas tiga ayat. Huruf wawu pada “surah” merupakan
wawu asli yang diambil dari kata “surul balad” atau pagar kota. Surah
memisahkan sekelompok ayat Al-Qur’an dari ayat lainnya. Sebuah surah terdiri
atas pelbagai jenis ilmu dan informasi.
Surah dalam Al-Qur’an dari segi keutamaan dan kemuliaan atau panjang dan pendeknya memiliki kedudukan di mana pembaca dapat mencapainya sedikit demi sedikit.
Syekh M Sayyid Thanthawi dalam At-Tafsirul Wasith ketika menafsirkan surat
An-Nur menyatakan bahwa bentuk jamak dari “surah” adalah “suwar.” Kata “surah”
dipinjam dari surul madinah atau pagar kota. Surah Al-Qur’an dinamai demikian
karena ia mencakup ayat-ayat di dalamnya.
Ada lagi yang mengartikan bahwa surah bermakna kedudukan yang tinggi. Ia
dinamai demikian karena kedudukannya yang tinggi dan mulia. Sayyid Thanthawi mengutip
Imam Al-Qurthubi bahwa surah adalah sebutan untuk kedudukan yang mulia. Itulah
kenapa gugusan ayat dalam Al-Qur’an disebut sebagai surah.
Seorang penyair An-Nabighah, sebagai dikutip oleh Al-Qurthubi, mengatakan,
“Tidakkah kaulihat Allah memberikanmu surah atau kedudukan yang
tinggi//Kaulihat setiap penguasa di bawah kedudukan itu gelisah
terombang-ambing.”
Sejumlah kamus membahas secara berbeda kata surah. Anthoni Elias dalam Kamus
Modern Kontemporernya menyebut surah sebagai sura, chapter of the koran,
section, dan pasal. Sedangkan Al-Fairuzabadi dalam Qamus Al-Muhith-nya menyebut
surah sebagai manzilah, satu tempat karena surah dalam Al-Quran hadir setelah
yang lainnya dan terpisah satu sama lain. Ia adalah bangunan tinggi yang
menjulang ke langit. Ia juga berarti pokok dari fondasi tembok.
Louis Maluf dalam Kamus Al-Munjid fil Lughah menyebut surah dengan jamak suwar,
sur, surat, suwarat yang artinya bangunan tinggi yang menjulang ke langit.
Surah juga berarti kebaikan dan kedudukan.
Ibrahim Anis dkk dalam Mu’jamul Wasith mengartikan surah sebagai bangunan yang tinggi dan indah; pokok dari tembok; dan salah satu kedudukan dalam sebuah bangunan. Surah juga berarti kedudukan tinggi, utama, mulia, dan tanda. Demikian arti kata “surah” yang kami temukan dalam beberapa sumber tersebut. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar