Jumat, 08 Januari 2021

(Khotbah of the Day) Sikap Bijak Menghadapi Musibah

KHUTBAH JUMAT

Sikap Bijak Menghadapi Musibah


Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰه، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ،

 

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧) (البقرة: ١٥٥-١٥٧)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

 

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

 

Kaum Muslimin yang berbahagia,

 

Dalam beberapa ayat tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. Mereka diberi kabar gembira akan mendapatkan shalawat dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Shalawat yang dimaksud dalam ayat di atas adalah rahmat (kasih sayang) yang disertai dengan kemuliaan derajat dan keagungan (ta’zhim) dari Allah ta’ala. Rahmat tersebut adalah rahmat yang khusus, bukan sekadar rahmat.

 

Karena dalam kehidupan dunia, rahmat Allah terbagi menjadi dua: rahmat umum dan rahmat khusus. Rahmat yang sifatnya umum diberikan oleh Allah di dunia ini tidak hanya kepada orang-orang yang mukmin, namun juga diberikan kepada siapa pun. Semua manusia, mukmin atau pun kafir, orang yang taat maupun pelaku maksiat, di dunia semuanya mendapatkan rahmat Allah yang umum. Di antara rahmat yang sifatnya umum itu adalah kesehatan, kekayaan, nikmat bernapas dan menghirup udara segar serta nikmat-nikmat duniawi lainnya. Hal-hal itu adalah rahmat Allah yang diberikan secara umum kepada semua orang tanpa memandang agama dan keyakinannya, tanpa memandang akhlak dan perilakunya. Semuanya diberi. Semuanya dapat. Semuanya merasakan.

 

Adapun rahmat yang khusus, yaitu rahmat yang disertai dengan kemuliaan derajat dan keagungan, tidaklah Allah anugerahkan di dunia ini kecuali kepada orang-orang yang beriman, bersabar dan ridha terhadap segala apa yang Allah takdirkan kepada mereka.

 

Jadi syarat pertama dan paling utama untuk mendapatkan rahmat khusus itu adalah iman, yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Beriman kepada Allah artinya meyakini dengan pasti dan sepenuh hati bahwa Allah ada tapi tidak serupa dengan segala yang ada, serta tidak menentang Allah dalam segala apa yang Ia tentukan bagi para hamba, baik ketentuan itu manis atau pun pahit, baik maupun buruk, menyenangkan atau pun menyusahkan, membahagiakan atau pun menyengsarakan. Sedangkan beriman kepada Rasul artinya percaya dengan pasti dan sepenuh hati tentang segala apa yang beliau beritakan, baik berkaitan dengan hukum di dunia atau pun berkaitan dengan apa yang akan terjadi di alam barzakh dan akhirat kelak.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

 

Ayat-ayat di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa rahmat Allah yang disertai kemuliaan derajat akan diberikan kepada orang-orang yang pada saat ditimpa musibah, mereka mengatakan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” serta meyakini maknanya.

 

“Inna lillah” artinya ridha dan menerima segala ketentuan Allah dan tidak protes dan menentangnya. Baik ketentuan itu sesuai dengan apa yang kita inginkan atau pun tidak. Baik ketentuan itu membuat kita senang atau pun susah. Yang demikian itu karena kita harus meyakini secara pasti bahwa diri kita dan apa yang kita miliki adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, Allah berhak bertindak apa saja yang Ia kehendaki terhadap segala apa yang menjadi milik-Nya.

 

Hadirin rahimakumullah,

 

Diri kita, anak kita, pasangan hidup kita, rumah, harta, mobil bahkan nyawa kita sejatinya adalah milik Allah ta’ala. Kesehatan bukanlah milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambilnya dari kita lalu kita dijadikan sakit, maka kita wajib ridha dan sabar. Harta juga bukanlah milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambilnya dari kita lalu kita dijadikan miskin, maka kita wajib ridha dan sabar. Anak dan pasangan kita bukan pula milik kita.

 

Jika Allah sebagai pemiliknya mengambil mereka dan mewafatkan mereka, maka kita wajib ridha dan sabar. Kepemilikan kita terhadap itu semua hanyalah kepemilikan yang majazi, bukan kepemilikan yang hakiki. Semuanya itu sejatinya hanyalah amanah yang Allah titipkan kepada kita. Karena hanya titipan, jika sewaktu-waktu diambil oleh pemiliknya, maka kita wajib menerima dengan sikap ridha dan menghadapinya dengan penuh kesabaran. Karena hanya titipan, maka kita tidak boleh dan tidak sepatutnya menyombongkan diri, sebanyak apa pun harta kita, setampan dan secantik apa pun kita.

 

Kaum Muslimin rahimakumullah,

 

“Wa Inna ilaihi raji’un” artinya kita semua pada akhirnya akan memperoleh balasan dari Allah ta’ala. Balasan yang diperoleh tentu sesuai dengan kadar iman dan amal shalih masing-masing. Orang yang imannya sempurna, begitu keluar dari dunia dan memasuki alam barzakh, maka tidak ada sedikit pun yang membuatnya susah dan sengsara. Setiap saat, setiap detik ia akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan. Keadaannya bagaikan orang yang pada awalnya hidup susah dan merasakan pengapnya penjara yang sempit lalu keluar dari penjara dan menghirup udara bebas dan merasakan kelapangan hidup. Atau ibarat orang yang awalnya kelaparan di musim paceklik lalu hidup sejahtera dan sentosa. Begitulah alam barzakh bagi seorang mukmin. Lebih-lebih seorang mukmin yang imannya sempurna.

 

Salah satu kenikmatan terbesar yang dirasakan oleh seorang mukmin di alam barzakh adalah melihat bagian dari surga yang akan ia tempati kelak di kehidupan akhirat sebanyak dua kali setiap hari, pagi dan petang. Nikmat ini melebihi seluruh kenikmatan yang pernah ia rasakan sewaktu hidup di dunia. Ia juga akan merasakan berbagai nikmat lain di alam barzakh. Nikmat-nikmat kubur tersebut hanyalah secuil dari sekian banyak kenikmatan yang akan Allah anugerahkan kepadanya kelak di akhirat.

 

Kaum Muslimin rahimakumullah,

 

Dalam ayat di atas, Allah menyebut kata “mushibah” dengan lafazh nakirah. Artinya musibah apapun, besar maupun kecil, berat atau pun ringan, akan memberikan manfaat bagi seorang Muslim jika dihadapi dengan sikap ridha dan sabar. Musibah itu akan mengangkat derajatnya dan menghapus dosanya. Sampai-sampai musibah yang sangat ringan sekali pun dan tidak dianggap sebagai musibah oleh kebanyakan orang, seperti tertusuk duri atau sedikit rasa risau di hati, juga bermanfaat bagi seorang Muslim. Semakin besar dan semakin berat musibah yang Allah timpakan kepada seorang Muslim, maka semakin banyak manfaat yang ia peroleh. Semakin banyak dosanya yang diampuni dan semakin tinggi derajatnya. Bahkan hal itu menjadi tanda bahwa Allah menghendaki kebaikan pada dirinya sebagaimana sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

 

Maknanya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari).

 

Karenanya, semakin tinggi derajat seseorang maka semakin berat musibah yang Allah kenakan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَابْنُ حِبَّانَ)

 

Maknanya: “Orang yang paling berat bala’ dan musibahnya adalah para nabi, lalu orang-orang yang berada di bawah derajat mereka lalu orang-orang yang berada di bawah derajat mereka, seseorang diuji dengan bala’ sesuai dengan kadar kekuatannya memegangteguh agama” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

 

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, PD Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar