Senin, 11 Januari 2021

(Ngaji of the Day) Rabiah bin Ka’ab, ‘Menolak Kawin’ Demi Melayani Nabi Muhammad

Nabi Muhammad saw sangat menghormati para pelayannya, memahami perasaan mereka, mengakui hak-hak mereka, dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang. Bahkan, suatu ketika Nabi Muhammad menegaskan bahwa pelayan (budak pada saat itu) adalah saudara bagi majikan. Maka sudah seharusnya seorang majikan bersikap kepada para pelayannya sebagaimana dia bersikap kepada dirinya sendiri; memberi makan sesuai yang dia makan, memberi pakaian layaknya yang dia pakai, dan lainnya.

 

Karena diperlakukan seperti itu, maka para pelayanan Nabi Muhammad juga sangat cinta dan sayang kepada beliau. Mereka dengan senang hati memberikan pelayanan terbaiknya untuk Nabi Muhammad. Mereka tidak menuntut atau meminta yang aneh-aneh kepada Nabi Muhammad. Permintaan mereka hanya satu, yakni bisa terus bersama Nabi Muhammad di dunia ini dan di akhirat kelak.

 

Rabiah bin Ka’ab al-Aslami adalah salah seorang pelayan Nabi Muhammad. Tugasnya adalah mempersiapkan keperluan wudhu dan hajat Nabi Muhammad. Dia melayani Nabi Muhammad sepanjang hari. Meski demikian, dia selalu siap siaga jika tiba-tiba Nabi Muhammad memanggilnya pada malam hari untuk melakukan ini dan itu.

 

Melihat dedikasi Rabiah bin Ka’ab al-Aslami yang begitu tinggi, Nabi Muhammad mencoba untuk membalas budi. Beliau meminta Rabiah untuk mengutarakan permintaannya. Dan Nabi Muhammad akan mengabulkannya.

 

Rabiah adalah sahabat yang miskin dan tidak memiliki rumah. Dia tinggal di emperan Masjid Nabawi bersama dengan Ahlus Shuffah lainnya. Meski demikian, dia tidak meminta harta benda, kekayaan, atau hal-hal yang bersifat duniawi ketika Nabi Muhammad memintanya untuk mengajukan suatu permintaan. Dia hanya ingin bisa terus bersama Nabi Muhammad, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

 

Kata Nabi Muhammad, jika ingin bersamanya di surga nanti maka Rabiah harus banyak bersujud kepada Allah. Sejak saat itu, Rabiah beribadah dengan sungguh-sungguh. Sehingga harapannya untuk terus bersama Nabi Muhammad hingga di akhirat kelak bisa tercapai.

 

Rabiah juga sahabat yang belum berkeluarga. Rupanya keadaan ini membuat Nabi Muhammad prihatin dan kasihan. Beliau kemudian mendorong Rabiah bin Ka’ab untuk kawin agar memiliki teman hidup dan bercengkerama. Namun, Rabiah tidak bersedia. Dia berdalih, jika menikah maka tugasnya melayani Nabi Muhammad akan terganggu.

 

“Aku tidak ingin ada sesuatu yang mengganggu tugasku melayanimu, Nabi,” kata Rabiah, dikutip buku Bilik-bilik Cinta Muhammad saw (Nizar Abazhah, 2018).

 

Nabi Muhammad tidak menyerah. Setelah beberapa waktu, Nabi Muhammad kembali menanyakan hal yang sama kepada Rabiah. Mengapa Rabiah tidak kunjung menikah? Kali ini Rabiah menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki segenggam harta pun yang bisa diberikan kepada seorang wanita. Keadaannya yang seperti itu membuatnya pesimis ada seorang wanita yang mau dinikahinya.

 

Singkat cerita, Nabi Muhammad mengutus Rabiah untuk pergi ke suatu kaum dan menikahi seorang wanita dari kaum tersebut. Tidak ketinggalan, beliau memberikan sebutir emas untuk mahar dan seekor kibas untuk pesta pernikahan Rabiah. Rabiah akhirnya pergi ke kaum tersebut dan menikah dengan wanita pilihan Nabi Muhammad itu. []

 

(Muchlishon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar